Teknologi

Penundaan Lelang Frekuensi Berisiko Ganggu Layanan 5G, Investasi Teknologi Terancam

Penundaan lelang frekuensi 700 MHz dan 26 GHz yang diagendakan untuk awal 2025 telah mengundang perhatian serius di kalangan industri telekomunikasi Indonesia. Banyak ahli dan pelaku industri berpendapat bahwa keterlambatan ini dapat berisiko mengganggu layanan jaringan 5G di Tanah Air, yang saat ini sedang dalam tahap pembenahan dan pengembangan. Dengan semakin tingginya kebutuhan akan konektivitas yang cepat dan stabil, permasalahan ini jelas menjadi perhatian penting bagi semua pihak yang terlibat.

Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, menekankan pentingnya frekuensi dalam pengembangan jaringan 5G. Menurutnya, kebutuhan frekuensi menjadi sangat mendesak agar Indonesia dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi telekomunikasi global. Heru menjelaskan bahwa optimalisasi layanan 5G memerlukan bandwidth yang lebih besar, dengan target hingga 100 MHz agar jaringan dapat beroperasi secara efektif. Namun, hal ini menjadi tantangan tersendiri di Indonesia, mengingat tidak ada operator seluler yang saat ini memiliki frekuensi sebesar itu.

Lebih jauh, Heru mengungkapkan bahwa penundaan lelang akan berdampak negatif pada keterjangkauan dan kualitas layanan 5G di masyarakat. "Jika lelang ini terus tertunda, jaringan 5G di Indonesia akan sulit untuk berkembang secara maksimal," ungkapnya. Menurutnya, Pemerintah perlu mempertimbangkan dinamika industri telekomunikasi yang telah berubah dan tidak lagi dapat dibebankan kepada operator telekomunikasi dalam hal frekuensi. “Bisnis operator telekomunikasi juga sudah mengalami penurunan.”

Kekhawatiran yang sama diungkapkan oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Perangkat dan Pos dan Informatika (SDPPI) Kemenkominfo, Ismail, yang menyebutkan bahwa Kemenkominfo sebenarnya sudah siap untuk melaksanakan lelang. Namun, operator mengusulkan agar lelang frekuensi 700 MHz dan 26 GHz dilakukan bersamaan dengan 2,6 GHz. “Kami berharap lelang dapat digelar pada kuartal pertama 2025,” kata Ismail. Gabungan tiga spektrum itu diharapkan memberikan nilai ekonomi yang lebih baik bagi operator.

Penundaan ini bukanlah hal baru. Merujuk data dari media, lelang frekuensi ini sudah mengalami beberapa kali penundaan. Awalnya direncanakan dilakukan pada tahun ini, tetapi terus molor hingga ditentukan untuk awal tahun depan. Keterlambatan tersebut berpengaruh pada pendapatan negara yang bersumber dari sektor telekomunikasi. “Pendapatan negara tidak ada dan kontribusinya menjadi tidak maksimal,” tambah Heru.

Di sisi lain, untuk memfasilitasi operator dalam melakukan pembayaran spektrum, Kemenkominfo tengah merancang insentif yang diharapkan dapat meringankan beban mereka. Skema ini tidak dimaksudkan untuk menurunkan harga spektrum, tetapi lebih kepada memberikan keringanan dalam hal pembayaran. “Kami berharap operator dapat melakukan pembayaran dengan cicilan dan pengaturan waktu yang lebih fleksibel, agar cashflow tetap terjaga,” jelas Ismail.

Besar harapan pemerintah dan masyarakat agar pengembangan infrastruktur 5G di Indonesia tidak terhambat lebih lanjut. Sektor ini penting tidak hanya untuk peningkatan layanan komunikasi, tetapi juga untuk mendukung berbagai aspek ekonomi lainnya. Keterlambatan dalam lelang frekuensi berpotensi menyebabkan Indonesia tertinggal dalam hal adopsi teknologi canggih dan dapat mempengaruhi daya saing di level global.

Dengan situasi yang terus berkembang, penting bagi pemangku kepentingan untuk berdialog dan menyepakati langkah-langkah yang konstruktif untuk memajukan industri telekomunikasi di Indonesia. Dalam era digital saat ini, kecepatan dan kualitas layanan 5G menjadi kunci untuk peningkatan produktivitas dan inovasi di berbagai sektor. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah dan operator dapat segera menemukan solusi yang mumpuni agar Indonesia tidak terhambat dalam mengejar ketertinggalan dalam hal teknologi mobile dan digital.

Kendalanya kini kita lihat dalam pembekalan infrastruktur 5G, tetapi jika lelang dapat berlangsung tanpa ada kendala lebih lanjut, kita optimis bahwa layanan ini akan segera menjadi nyata dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Poros pembangunan jaringan 5G yang optimal diharapkan dapat dimulai secepatnya dengan frekuensi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat adil, agar semua kalangan dapat menikmati manfaat dari teknologi mutakhir ini.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button