Kesehatan

Waspada! Penyintas Demam Berdarah Rentan Alami Komplikasi Jantung, Ini Fakta yang Perlu Diketahui

Dalam sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam Journal of Travel Medicine, para peneliti mengungkapkan bahwa penyintas demam berdarah berpotensi mengalami komplikasi jantung yang jauh lebih serius dibandingkan dengan pasien yang pulih dari COVID-19. Temuan ini menyoroti pentingnya kesadaran dan perhatian lebih terhadap kesehatan pasca demam berdarah, terutama melihat risiko yang bisa timbul setelah penyembuhan.

Studi ini mengungkapkan bahwa risiko komplikasi jantung pada penyintas demam berdarah meningkat hingga 55 persen lebih tinggi. Penelitian yang dilakukan di Singapura ini melibatkan data dari 11.707 individu yang sebelumnya terinfeksi virus dengue dan 1.248.326 pasien COVID-19 yang dikumpulkan antara Juli 2021 hingga Oktober 2022. Para peneliti meneliti dampak kesehatan yang muncul, termasuk gangguan jantung, masalah neurologis, serta masalah pada sistem kekebalan tubuh yang terjadi 31 hingga 300 hari setelah infeksi.

Dari hasil penelitian, penyintas demam berdarah juga menunjukkan peningkatan risiko gangguan kognisi atau memori sebesar 213 persen. Selain itu, terdapat pula peningkatan risiko gangguan pergerakan yang mencapai 198 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dampak demam berdarah tidak hanya terbatas pada gejala fisik saat infeksi, tetapi juga dapat membawa konsekuensi jangka panjang yang signifikan bagi kesehatan individu.

Para peneliti menegaskan bahwa penggunaan kelompok pasien COVID-19 sebagai perbandingan sangat relevan, mengingat penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pasien COVID-19 juga mengalami peningkatan risiko komplikasi jantung dan masalah neurologis. Namun, hasil studi ini menyoroti bahwa kompleksitas dan risiko yang dialami penyintas demam berdarah bisa jadi lebih parah dari yang sebelumnya diperkirakan.

Asisten Profesor Lim Jue Tao, penulis utama penelitian ini yang bertugas di Sekolah Kedokteran Lee Kong Chian di Singapura, menekankan pentingnya kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya demam berdarah di lingkungan mereka. "Penelitian ini memberikan peringatan penting bagi masyarakat untuk lebih waspada terhadap demam berdarah di lingkungan sekitar mereka," ujarnya. Hal ini menandakan bahwa upaya pencegahan dan penanganan demam berdarah perlu ditingkatkan, terutama dalam menghadapi musim penghujan yang mendukung berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti, vektor utama penyebaran penyakit ini.

Lebih lanjut, Professor Kwok Kin-on, seorang ahli epidemiologi penyakit menular di The Jockey Club School of Public Health and Primary Care, Chinese University of Hong Kong, memberikan pandangan bahwa temuan dari penelitian ini harus menjadi perhatian semua pihak. Ia menegaskan bahwa hasil penelitian menekankan pentingnya peningkatan kewaspadaan dan intervensi yang tepat bagi penyintas demam berdarah untuk mengurangi dampak kesehatan jangka panjang. Hal ini menjadi semakin kritis mengingat kasus demam berdarah dapat meningkat pada waktu tertentu, dengan efek samping yang dapat berakibat fatal bagi individu yang terjangkit.

Pentingnya perhatian pasca-infeksi menjadi fokus utama dalam pengembangan kebijakan kesehatan publik. Penelitian ini dianggap sebagai perbandingan komprehensif pertama mengenai masalah kesehatan setelah pemulihan antara pasien demam berdarah dan COVID-19. Temuan inilah yang dapat digunakan sebagai landasan bagi perencanaan perawatan kesehatan dan pengelolaan pasien yang lebih baik di masa depan.

Menghadapi ancaman demam berdarah yang terus meningkat di berbagai negara, kesadaran masyarakat mengenai gejala dan cara pencegahan perlu ditingkatkan. Masyarakat diharapkan lebih proaktif dalam melakukan upaya pencegahan seperti menjaga kebersihan lingkungan, menghilangkan genangan air, serta menggunakan pengusir nyamuk. Selain itu, penyintas demam berdarah disarankan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan memperhatikan tanda-tanda gangguan kesehatan yang mungkin muncul setelah penyembuhan.

Penyintas demam berdarah juga perlu didorong untuk mendiskusikan kemungkinan komplikasi kesehatan dengan tenaga medis. Tindakan preventif ini tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga membantu dalam pengendalian penyebaran penyakit.

Dalam era informasi digital saat ini, penyebaran informasi yang akurat mengenai demam berdarah sangat diperlukan. Organisasi kesehatan dan pemerintah perlu bekerja sama dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya demam berdarah dan risiko yang dihadapi pasca-infeksi. Upaya peningkatan kesadaran ini diharapkan dapat mengurangi angkanya secara signifikan, serta menciptakan lingkungan yang lebih aman dari risiko penyebaran penyakit.

Adanya penelitian ini memberikan harapan dan solusi bagi peningkatan kesehatan masyarakat. Dengan data yang valid dan riset yang mendalam, diharapkan kebijakan kesehatan dapat diarahkan untuk mengatasi dan mengurangi dampak penyakit demam berdarah yang mungkin menyebabkan komplikasi serius bagi para penyintasnya. Seiring dengan perkembangan teknologi dan metode pengobatan, penting bagi masyarakat untuk tetap waspada dan tidak mengabaikan tanda-tanda berbeda yang mungkin muncul setelah mengalami infeksi demam berdarah.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button