Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai risiko kanker paru, dr. Ririen Razika Ramdhani, dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu, menekankan pentingnya deteksi dini untuk penyakit mematikan ini. Dalam wawancara terbaru, dr. Ririen merinci gejala-gejala yang harus diwaspadai sebagai penanda awal kanker paru, serta langkah-langkah pencegahan yang perlu diambil.
Gejala awal kanker paru sering kali muncul ketika tumor mulai mempengaruhi selaput paru. Salah satu gejala yang perlu dicurigai adalah batuk yang tidak kunjung sembuh. Hal ini harus menjadi perhatian khusus, terutama jika disertai dengan kesulitan bernapas yang tidak dapat dijelaskan oleh kondisi medis lainnya. Menurut dr. Ririen, saat tumor berkembang, ia dapat menghambat saluran napas, yang pada tahap selanjutnya berpotensi menyebabkan penumpukan cairan di rongga dada. Ini adalah kondisi serius yang dapat mengarah pada penyebaran kanker ke bagian lain dari paru-paru.
Selain itu, batuk darah juga menjadi indikator krusial yang menunjukkan bahwa kanker paru mungkin sudah berada pada stadium lanjut. Dr. Ririen menjelaskan bahwa tumor yang terletak di area pusat paru dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keluarnya darah saat batuk. Keluhan nyeri dada juga sering dirasakan oleh pasien, yang diakibatkan oleh tekanan tumor pada saraf serta pembuluh darah, menambah ketidaknyamanan yang dialami.
Di Indonesia, kanker paru umumnya didiagnosis pada stadium lanjut, dengan data dari berbagai rumah sakit menunjukkan mayoritas pasien berusia antara 40 hingga 60 tahun, sebagian besar adalah laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran akan gejala awal kanker paru perlu ditingkatkan, sehingga pasien dapat mengambil tindakan lebih cepat untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Deteksi dini menjadi suatu keharusan dalam penanganan kanker paru. Dr. Ririen menyerukan perlunya melakukan skrining secara rutin, khususnya bagi individu yang memiliki faktor risiko tinggi, seperti perokok, mereka yang tinggal di daerah dengan polusi tinggi, dan orang-orang yang terpapar asbes. "Meningkatkan kesadaran tentang deteksi dini dan melakukan skrining secara rutin adalah langkah penting untuk menurunkan angka kasus baru kanker paru," ungkap dr. Ririen.
Pemeriksaan seperti Low Dose CT Scan sangat dianjurkan bagi mereka yang telah terpapar dengan faktor risiko tersebut, guna meningkatkan peluang hidup jika ditemukan kanker pada tahap awal. Proses diagnosa yang lebih cepat dan akurat memungkinkan dokter untuk segera merancang rencana perawatan yang lebih efektif, yang penting dalam memperpanjang harapan hidup pasien.
Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang paling mematikan di dunia. Namun, dengan meningkatnya kesadaran akan gejala awal, serta upaya pencegahan dan deteksi dini, diharapkan angka kejadian kanker paru dapat menurun. Kesadaran akan kekuatan skrining dapat mengubah lanskap penanganan kanker paru di Indonesia.
Dengan pengetahuan dan perhatian yang tepat terhadap gejala kanker paru, masyarakat diharapkan mampu mengambil langkah pencegahan yang diperlukan. Edukasi mengenai risiko dan tanda-tanda kanker paru perlu ditingkatkan di berbagai kalangan, agar semua orang dapat berperan dalam mencegah penyakit ini menjadi lebih parah.
Pentingnya deteksi dini tidak dapat dipandang sebelah mata. Masyarakat diimbau untuk menyadari kondisi kesehatan masing-masing dan segera berkonsultasi dengan tenaga medis jika merasakan gejala yang mencurigakan seperti batuk berkepanjangan atau batuk darah. Semakin awal kanker paru terdeteksi, semakin besar peluang untuk mendapatkan hasil pengobatan yang positif.
Dengan melakukan upaya pencegahan, mulai dari menghindari faktor risiko hingga menjalani pemeriksaan kesehatan secara teratur, kita semua bisa berkontribusi dalam perang melawan kanker paru. Peningkatan kesadaran serta tindakan proaktif akan membantu menciptakan generasi yang lebih sehat, serta meminimalkan dampak kanker paru dalam masyarakat.