Kesehatan

Waspada! Infeksi Demam Berdarah Berulang, Simak Fakta Pentingnya di Sini

Masih banyak masyarakat yang keliru memahami demam berdarah dengue (DBD), dengan anggapan bahwa setelah terinfeksi satu kali, tubuh akan kebal terhadap virus tersebut. Namun, nyatanya infeksi DBD dapat terjadi berulang, dan bahaya yang menyertai infeksi ulang bisa lebih parah. Hal ini disampaikan oleh dokter spesialis anak, dr. Buti A. Azhali, yang juga menekankan pentingnya usaha pencegahan yang lebih baik, seperti melalui vaksinasi.

Infeksi DBD disebabkan oleh empat serotipe virus dengue, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Setelah seseorang terinfeksi oleh satu jenis serotipe, tubuh memang akan memproduksi antibodi untuk memerangi virus tersebut. Namun, orang tersebut tetap berisiko terinfeksi kembali oleh serotipe lainnya. Ketika terinfeksi untuk kedua atau lebih kalinya, risiko mengalami gejala yang lebih parah, termasuk demam berdarah berat, akan meningkat. Hal ini menjadi perhatian serius, mengingat Indonesia merupakan negara dengan jumlah kasus DBD yang cukup tinggi setiap tahunnya.

Melihat angka epidemiologis terkini, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan RI, Anas Ma’ruf, mencatat adanya beban yang signifikan akibat penyakit ini, dengan ribuan kasus dilaporkan setiap tahun. Hingga minggu ke-33 tahun 2024, Indonesia mencatat 181.079 kasus DBD dengan 1.079 kematian, angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan keseluruhan kasus tahun sebelumnya yang hanya mencapai 44.438 kasus dan 322 kematian. Kota Bandung tercatat sebagai daerah dengan jumlah kasus tertinggi, yakni 46.594 kasus dan 281 kematian pada periode yang sama.

Untuk menanggulangi masalah ini, vaksin DBD kini tersedia dan direkomendasikan oleh asosiasi medis, seperti Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), untuk kelompok usia 6 hingga 45 tahun. Walau vaksinasi dapat memberikan perlindungan, penting untuk diingat bahwa perlindungan optimal hanya dapat dicapai jika vaksin diberikan sesuai dengan dosis yang direkomendasikan. Oleh karena itu, masyarakat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan vaksin DBD bersamaan dengan vaksin lainnya.

Strategi Nasional Pengelolaan Dengue 2021-2025 yang disusun oleh pemerintah bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat demam berdarah dengue. Penguatan surveilans, pengendalian vektor, dan pemberdayaan masyarakat menjadi fokus utama dalam upaya ini. Anas Ma’ruf menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dengan masyarakat untuk menghadapi dan mencegah wabah DBD.

Pencegahan DBD tidak hanya bergantung pada vaksinasi saja, tetapi juga langkah-langkah sederhana namun efektif dalam menjaga kebersihan lingkungan. Misalnya, menguras atau menutup tempat penampungan air, membersihkan lingkungan dari sampah, serta memanfaatkan produk pengendali nyamuk. Dengan melaksanakan langkah-langkah tersebut, masyarakat dapat membantu mengurangi jumlah tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti, yang menjadi vektor penyebaran virus dengue.

Upaya meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai risiko infeksi DBD dan perlunya pencegahan terus digalakkan. Edukasi melalui berbagai media dan kampanye kesehatan juga menjadi bagian dari strategi dalam menurunkan angka kejadian DBD. Informasi tentang DBD harus disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami masyarakat, sehingga dapat menciptakan perilaku hidup bersih dan sehat yang mendukung pencegahan penyakit.

Kendati vaksin DBD telah ada, peningkatan partisipasi masyarakat dalam program vaksinasi harus diperhatikan, agar angka kejadian dapat diturunkan secara signifikan. Masyarakat perlu menyadari bahwa meski telah divaksin, protokol kesehatan dan langkah-langkah pencegahan masih diperlukan untuk melindungi diri dari infeksi dengue yang berulang.

Pentingnya penguatan koordinasi antara dinas kesehatan, pemerintah daerah, dan masyarakat menjadi faktor kunci dalam berhasilnya program-program pencegahan DBD di Indonesia. Langkah-langkah kooperatif yang dilakukan juga harus dilengkapi dengan penelitian ilmiah yang mendukung pengembangan kebijakan kesehatan berbasis bukti untuk mengatasi masalah ini secara efektif.

Melalui kolaborasi dan kesadaran yang tinggi, masyarakat diharapkan dapat mengurangi dampak dari demam berdarah dengue, yang selama ini menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Dengan dukungan dari semua pihak, tidak mustahil Indonesia dapat mengubah angka kasus DBD menjadi lebih kondusif di masa depan.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button