Gaya Hidup

Vitamin D Bisa Cegah Demensia dan Bikin Sehat Otak, Temuan Baru untuk Kesehatan Mental

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa vitamin D memiliki peran penting dalam mencegah demensia dan menjaga kesehatan otak pada orang lanjut usia. Sebuah studi observasional yang dipublikasikan di jurnal Alzheimer’s & Dementia mengungkapkan bahwa orang lanjut usia yang meningkatkan asupan vitamin D memiliki kemungkinan 40% lebih kecil untuk terkena demensia. Terlebih, studi ini memberikan gambaran bagaimana faktor-faktor individu, seperti demografi dan genetika, turut berpengaruh terhadap hasil tersebut.

Dalam penelitian tersebut, sebanyak 12.388 orang dewasa lanjut usia dengan rata-rata usia 71 tahun menjadi peserta. Para peneliti mengevaluasi efek paparan vitamin D terhadap kejadian demensia melalui data dari National Alzheimer’s Coordinating Center (NACC). Peserta dibagi menjadi dua kelompok: mereka yang terpapar vitamin D—melalui konsumsi suplemen D2, D3, atau kombinasi vitamin D dan kalsium—dan mereka yang tidak terpapar vitamin D, yaitu individu yang tidak meningkatkan asupan melalui suplementasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan vitamin D dikaitkan dengan tingkat kejadian demensia yang 40% lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang tidak terpapar. Bahkan, tingkat kelangsungan hidup selama lima tahun untuk individu yang mendapatkan asupan vitamin D juga lebih tinggi, yaitu 15% dibandingkan dengan kelompok yang tidak terpapar. Menariknya, dari peserta yang menderita demensia selama sepuluh tahun, sekitar 75% di antaranya tidak mengonsumsi vitamin D sebelum didiagnosis.

Dari segi gender, penelitian ini menemukan bahwa perempuan memiliki risiko lebih tinggi terkena demensia dibandingkan dengan laki-laki. Namun, perempuan juga lebih responsif terhadap peningkatan asupan vitamin D. Mereka yang terpapar vitamin D mengalami penurunan risiko kejadian demensia sebesar 49% dibandingkan dengan perempuan yang tidak terpapar. Hal ini menandakan bahwa asupan vitamin D dapat berfungsi sebagai proteksi tambahan bagi perempuan dalam mencegah demensia.

Selanjutnya, penelitian ini juga mencatat perbedaan berdasarkan kondisi kognitif awal peserta. Individu yang memiliki kognisi normal pada awal penelitian menunjukkan tingkat kejadian demensia yang lebih rendah dibandingkan peserta dengan gangguan kognitif ringan (MCI). Namun, menariknya, individu dengan MCI di kelompok yang terpapar vitamin D masih memiliki kejadian demensia 33% lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak terpapar. Hal ini menunjukkan bahwa paparan vitamin D memberikan manfaat bahkan bagi individu yang sudah berada dalam risiko tinggi.

Penelitian ini semakin dikuatkan dengan temuan mengenai pembawa gen APOE ε4, yang merupakan biomarker kemunculan penyakit Alzheimer. Individu dengan gen tersebut yang mendapatkan paparan vitamin D juga memiliki kejadian demensia 33% lebih rendah dibandingkan pembawa gen APOE yang tidak mendapatkan paparan. Temuan ini memberikan wawasan baru mengenai pentingnya vitamin D dalam konteks pencegahan demensia, khususnya di kalangan individu yang berisiko tinggi.

Vitamin D dikenal sebagai vitamin yang berfungsi meningkatkan kesehatan tulang, tetapi temuan ini menggambarkan fungsi tambahan dari vitamin tersebut dalam konteks kesehatan otak. Mengingat signifikansi vitamin D dalam pencegahan penyakit neurodegeneratif, penting bagi masyarakat untuk menyeimbangkan asupan vitamin D melalui makanan atau suplemen.

Makanan yang kaya akan vitamin D antara lain ikan berlemak seperti salmon dan tuna, kuning telur, serta produk susu yang diperkaya vitamin D. Sinar matahari juga merupakan sumber alami vitamin D yang penting, di mana paparan sinar matahari selama 10 hingga 30 menit beberapa kali dalam seminggu dapat membantu tubuh menghasilkan vitamin D secara alami. Namun, untuk individu yang tidak mendapatkan cukup paparan sinar matahari, suplemen vitamin D bisa menjadi alternatif penting.

Walaupun penelitian ini menunjukkan hasil yang positif mengenai hubungan antara vitamin D dan pencegahan demensia, penting untuk diingat bahwa demensia adalah kondisi multi-faktorial. Selain asupan vitamin D, faktor lain seperti gaya hidup, pola makan seimbang, serta tingkat aktivitas fisik juga memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan otak. Oleh karena itu, masyarakat dianjurkan untuk mengadopsi pola hidup sehat secara keseluruhan untuk menjaga fungsi kognitif di usia lanjut.

Ke depan, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengkonfirmasi temuan-temuan ini dan memahami mekanisme di balik bagaimana vitamin D mempengaruhi kesehatan otak. Para ahli dan peneliti berharap bahwa dengan pengetahuan ini, akan ada langkah-langkah pencegahan yang lebih konkret untuk menanggulangi meningkatnya angka penderita demensia di kalangan populasi lanjut usia.

Dalam menghadapi tantangan demensia global, penemuan ini bisa menjadi harapan baru bagi banyak orang. Dengan pemahaman lebih lanjut tentang peranan vitamin D, kita dapat melangkah ke arah pencegahan yang lebih efektif dan menjaga kualitas hidup seiring bertambahnya usia.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button