Sebuah video yang menjadi viral di platform TikTok baru-baru ini memperlihatkan momen seorang guru SMK kelas 10 yang mencoba mengajarkan siswa membaca jam analog. Video yang diunggah oleh akun TikTok @sdts16 ini langsung menarik perhatian netizen dan menjadi perbincangan hangat di media sosial karena siswa yang bersangkutan tampak kesulitan untuk menentukan waktu dengan benar pada jam analog.
Dalam video tersebut, seorang guru terlihat menggambar jam di papan tulis yang menunjukkan pukul 10.12. Selanjutnya, guru meminta salah satu siswa untuk maju dan menuliskan waktu yang ditunjukkan oleh gambar jam tersebut. Sang siswa, sayangnya, tidak dapat memberikan jawaban yang tepat. Dia justru mencatat bahwa jam itu menunjukkan pukul 22.27. Kejadian ini menciptakan rasa ingin tahu di kalangan netizen terkait peningkatan ketidakmampuan dalam membaca jam analog di kalangan generasi muda saat ini.
Interaksi antara guru dan siswa tidak berhenti di situ. Untuk memberikan tantangan lebih lanjut, guru meminta siswa menggambarkan jarum jam sesuai dengan waktu yang ia sebutkan, yaitu pukul 21.45 atau pukul 22 kurang 15 menit. Namun, siswa tersebut terlihat semakin bingung. Ia beberapa kali mencoba menggambar ulang dan bahkan menghitung waktu secara berurutan. Hasilnya, siswa itu menggambar jarum pendek di angka 10 dan jarum panjang di angka 3, menunjukkan ketidakpahaman yang lebih dalam tentang cara kerja jam analog.
Video ini menjadi tren di TikTok, dengan berbagai reaksi dari netizen. Banyak warganet menunjukkan keheranan mereka terhadap ketidakmampuan siswa membaca jam analog. Beberapa komentar menyatakan betapa mudahnya membaca jam dalam kondisi yang sederhana seperti itu. Misalnya, salah satu pengguna menulis, "Harusnya jam 10.12, sedangkan ente jam 10.27 berarti jam 10.12 lebih 15 menit."
Namun, di tengah kepopuleran video tersebut, ada juga suara-suara yang membela siswa. Beberapa netizen berpendapat bahwa kemajuan teknologi dan kecenderungan untuk menggunakan perangkat digital, seperti smartphone dan jam digital, mungkin menjadi faktor utama yang menyebabkan sebagian generasi muda kurang familiar dengan jam analog. Komentar dari netizen menyebutkan bahwa "Hitung satu-satu pun masih salah, waduhh”, menunjukkan kebingungan yang dirasakan siswa.
Video ini mengundang banyak interpretasi dan opini tentang kualitas pendidikan di era modern. Kejadian ini memberi pemahaman baru bahwa pendidikan tidak hanya harus mengikuti kurikulum formal, tetapi juga menjamin siswa siap untuk menghadapi situasi sehari-hari. Kejadian ini juga mengingatkan kita tentang tanggung jawab pendidikan untuk membekali siswa dengan keterampilan praktis yang relevan, seperti membaca jam.
Penting untuk dicatat bahwa pendidikan di era digital saat ini berkaitan erat dengan cara anak-anak berinteraksi dengan berbagai alat belajar. Jam digital dan perangkat lainnya semakin menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka, sehingga dapat dimengerti jika banyak dari mereka tidak terbiasa dengan format jam analog. Ini menimbulkan kekhawatiran bahwa pendidikan formal mungkin perlu meninjau kembali pendekatan pengajaran dalam bidang-bidang tertentu.
Bukan hanya kemampuan membaca jam, fenomena ini juga dapat meluas ke banyak aspek kehidupan sehari-hari yang tersembunyi di balik penggunaan teknologi. Mungkin sudah saatnya sistem pendidikan juga memperhitungkan kebutuhan untuk mendidik generasi muda tentang teknologi yang lebih dasar dan keterampilan praktis yang mendukung kehidupan mereka, termasuk kemampuan membaca jam dalam format analog maupun digital.
Jelas bahwa insiden seperti ini menyoroti tantangan yang dihadapi pendidik dalam menyeimbangkan antara materi kurikulum formal dengan kebutuhan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan teknologi. Ini memberikan kesempatan bagi pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan untuk mengevaluasi dan menyesuaikan metode pembelajaran mereka agar lebih relevan bagi siswa.
Pada akhirnya, video tersebut tidak hanya menyajikan sebuah momen lucu tetapi juga meninggalkan refleksi yang lebih mendalam mengenai pendidikan di generasi saat ini. Hal ini mengingatkan kita bahwa keterampilan yang dianggap sepele, seperti membaca jam analog, mungkin saja menjadi tombol pengingat bagi sebuah sistem pendidikan yang perlu berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Netizen pun seharusnya memberikan dukungan kepada siswa dalam proses belajar daripada sekadar menunjukkan cemoohan.
Dengan berdasarkan pada kejadian ini, mungkin sudah saatnya untuk menggugah dialog lebih dalam mengenai standar pendidikan dan bagaimana pendekatan yang benar dapat diterapkan untuk memberikan hasil yang lebih baik. Begitu banyak dinamika di dunia pendidikan yang mengharuskan kita tidak hanya melihat aspek-aspek sejarah dan teori pendidikan tetapi juga bagaimana cara kita bisa menghasilkan individu yang siap menghadapi tantangan di masa depan, dengan keterampilan praktis yang memadai.