Otomotif

Usai Batal Investasi di Indonesia, Tesla Juga Justru Bikin Keputusan Mengecewakan untuk Thailand?

Usai Batal Investasi di Indonesia, Tesla Juga ‘PHP’ Thailand?

Perkembangan terbaru dari perusahaan otomotif listrik terkemuka, Tesla, menimbulkan keprihatinan di kalangan pemerintahan dan industri otomotif di Asia Tenggara. Setelah menyatakan batal untuk membangun pabrik mobil listrik di Indonesia, Tesla juga dilaporkan batal untuk investasi serupa di Thailand. Hal ini semakin memperkuat dugaan bahwa perusahaan yang dipimpin Elon Musk itu sedang melakukan penarikan investasi di berbagai negara di kawasan Asia.

Kabar mengenai batalnya Tesla membangun pabrik di Thailand diungkapkan oleh portal berita setempat, The Nation. Dilaporkan bahwa keputusan ini menyusul kunjungan tim eksekutif Tesla ke Thailand yang berlangsung dari November hingga Desember 2023. Selama kunjungan tersebut, Tesla sebelumnya melakukan survei lokasi untuk pembangunan fasilitas produksi. Namun, kini mereka memutuskan untuk lebih fokus pada pengembangan stasiun pengisian daya kendaraan listrik alih-alih membangun pabrik.

Menurut seorang sumber dari pemerintahan Thailand, Tesla saat ini hanya mendiskusikan pembangunan stasiun pengisian daya dan menunda rencana pembangunan pabrik di Thailand serta di negara lain seperti Malaysia dan Indonesia. Sumber tersebut menyatakan bahwa saat ini, Tesla hanya melanjutkan rencana investasi pabrik di China, Amerika Serikat, dan Jerman, sementara negara-negara Asia lainnya tidak berada dalam radar investasi mereka.

Selain di Thailand, investasi Tesla di Indonesia juga terhenti. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia, Luhut Binsar Panjaitan, mengungkapkan bahwa pihak pemerintah kini tidak lagi berusaha keras untuk menarik minat Tesla. Pemerintah Indonesia, menurut Luhut, beralih fokus memperhatikan perusahaan mobil listrik lain asal China, BYD, yang dianggap memiliki kualitas produk yang baik dan harga yang bersaing.

Luhut menyatakan, "Appetite kami untuk masuk ke Tesla itu sekarang sudah agak kurang," dan menekankan bahwa BYD menjadi alternatif menarik bagi Indonesia. Keputusan ini menunjukkan perubahan strategi pemerintah dalam menarik investasi di sektor kendaraan listrik, mengingat Tesla belum menunjukkan minat untuk melakukan investasi dalam waktu dekat.

Kondisi ini diperparah dengan pernyataan Luhut bahwa Elon Musk tampaknya tidak berniat untuk berinvestasi di negara lain pada saat ini karena adanya oversupply mobil Tesla di pasar. "Dia memang belum mau investasi saat ini di mana saja. Jadi saya ulangi di mana saja karena memang dia punya mobil itu agak oversupply," katanya.

Sebagai latar belakang, wacana investasi Tesla di Indonesia pertama kali mengemuka setelah pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan Elon Musk melalui telepon pada Desember 2020. Menyusul itu, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia juga sempat mengklaim bahwa Tesla akan segera menandatangani kontrak investasi, meskipun penyebutan waktu yang tepat untuk realisasi janjinya tidak pernah diungkapkan secara gamblang.

Langkah Tesla yang membatalkan rencana investasi di dua negara Asia tersebut jelas menggambarkan tantangan yang dihadapi perusahaan dalam memperluas produksi dan memenuhi permintaan global saat ini. Munculnya BYD sebagai kandidat potensial dalam industri kendaraan listrik juga menunjukkan bahwa persaingan di pasar otomotif listrik semakin ketat dan beragam.

Pemerintah Thailand, pada saat pembicaraan investasi dengan Tesla, sempat menawarkan 100% energi hijau untuk mendukung fasilitas produksi yang diharapkan dapat memproduksi mobil listrik atau baterai. Namun, meski telah ada tawaran yang menarik, Tesla tetap memutuskan untuk tidak melanjutkan rencana pabrik dan lebih memilih untuk berfokus pada infrastruktur pengisian daya.

Keputusan ini tentunya menghasilkan dampak yang signifikan bagi ekonomi dan arah investasi di kedua negara. Investasi di sektor kendaraan listrik diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru, memberikan keuntungan bagi industri lokal, serta berkontribusi dalam pencapaian target lingkungan yang lebih baik. Penarikan Tesla dari rencana investasi ini mungkin mengubah strategi pemerintah dalam menarik minat investor lain atau mencari alternatif lain untuk mempercepat transisi menuju kendaraan listrik.

Meskipun langkah Tesla ini mengecewakan banyak pihak, baik di Thailand maupun Indonesia, perubahan dalam landscape investasi kendaraan listrik mungkin akan menciptakan peluang baru. Pemerintah Indonesia, sambil menggandeng BYD, berpotensi mengejar kemitraan dengan perusahaan internasional lain yang mungkin tertarik untuk berinvestasi dalam sektor ini.

Ke depannya, industri otomotif harus pantau dengan saksama bagaimana perusahaan-perusahaan lainnya merespons kondisi pasar yang berubah dan bagaimana pemerintah dapat menyesuaikan kebijakan mereka untuk menarik investasi yang diperlukan dalam mewujudkan visi kendaraan ramah lingkungan di wilayah Asia Tenggara.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button