Pendidikan

Unika Atma Jaya Gelar FGD Strategis untuk Mitigasi Masalah Sampah Antariksa

Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya baru-baru ini menjadi tuan rumah Focus Group Discussion (FGD) yang bertema "Pentingnya Kebijakan Menyeluruh dalam Mitigasi Sampah Luar Angkasa." Acara ini dilangsungkan secara luring dan daring, melibatkan pembicara dari dalam dan luar negeri, dan dihadiri oleh para ahli serta pemangku kepentingan di bidang antariksa. Diskusi ini digelar dengan kerjasama ASEAN International Advocacy and Consultancy (SAIAC) dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat Unika Atma Jaya (LPPM Atma Jaya) serta Atma Jaya Studies on Aviation, Outer Space, and Cyber Laws (AJAVoC).

Pembuka Diskusi oleh Pimpinan Unika Atma Jaya

FGD ini dibuka oleh Rektor Unika Atma Jaya, Prof. Dr. dr. Yuda Turana, Sp. S (K), yang menyampaikan betapa pentingnya membahas masalah sampah antariksa dalam era yang semakin terhubung secara global. Acara ini menjadi krusial mengingat tingginya aktivitas peluncuran satelit yang terus meningkat, yang selanjutnya berisiko menciptakan kepadatan di orbit yang dapat berpotensi menimbulkan masalah jika tidak ditangani dengan benar.

Rabuan potensi bahaya sampah antariksa

Salah satu isu utama yang diangkat dalam diskusi adalah sampah antariksa, yang dapat mengancam aset antariksa serta keselamatan manusia, baik di luar angkasa maupun di bumi. Ini menjadi perhatian utama di tengah meningkatnya jumlah satelit yang diluncurkan setiap tahunnya. Sampah-sampah ini, jika tidak dikelola, tidak hanya akan menyebabkan kerugian finansial tetapi juga dapat menimbulkan ancaman kecelakaan dalam misi-misi antariksa di masa depan.

Perspektif Global dalam Mitigasi Isu ini

Shaanti Shamdasani, CEO dan Presiden SAIAC, menjelaskan bahwa agenda diskusi ini ditujukan untuk mengumpulkan masukan dari para pemangku kepentingan baik di tingkat nasional maupun internasional. Ia menekankan perlunya duduk bersama untuk menentukan langkah-langkah konkret agar setiap negara dapat berkontribusi dalam menciptakan kebijakan yang menjaga kelestarian antariksa.

Peran Kebijakan dalam Memajukan Antariksa

Dalam kesempatan ini, Mego Pinandito, Deputi Bidang Kebijakan Pengembangan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta Damos Dumoli Agusman, Duta Besar RI untuk Austria dan Perwakilan Tetap RI di PBB, menggarisbawahi pentingnya memahami berbagai aspek komunikasi satelit, pemantauan cuaca, dan perubahan iklim. Mereka juga menyampaikan urgensi kerja sama multilateral untuk membentuk kebijakan dan instrumen hukum yang diperlukan dalam mengatasi sampah antariksa.

Studi Kasus dan Kerangka Hukum dari Berbagai Negara

Beberapa pembicara juga memberikan perspektif dari negara masing-masing mengenai penanganan sampah antariksa. Ida Bagus Rahmadi Supancan, Direktur AJAVoC, menjelaskan bahwa Belanda dan Uni Eropa telah menetapkan regulasi yang mendukung mitigasi puing-puing di antariksa. Asst. Professor Tanja Masson-Zwaan dari Leiden University menambahakan bahwa puing-puing satelit dapat meningkatkan kemungkinan kecelakaan yang merugikan, sehingga memerlukan regulasi yang lebih ketat.

Prof. Zhao Yun dari University of Hong Kong menjelaskan bahwa meskipun China belum memiliki undang-undang nasional yang lengkap, mereka tengah menuju pembentukan kerangka hukum yang akan mencakup prinsip keberlanjutan dalam aktivitas antariksa. Sementara itu, Steven Freeland dari Western Sydney University menekankan pentingnya teknologi dan pembaruan regulasi secara berkala guna mendukung keberlanjutan di antariksa.

Kolaborasi Internasional Sebagai Kunci Keberhasilan

Diskusi ini juga menekankan pentingnya kolaborasi internasional dalam penanganan sampah antariksa. Berbagai negara diharapkan dapat berbagi informasi dan strategi yang efektif untuk mengurangi risiko kerugian di bidang antariksa yang dapat dipicu oleh puing-puing. Dr. Emanuet Sungging Mumpuni dari BRIN mengutarakan bahwa kapasitas observasi yang lebih baik sangat diperlukan agar penelitian dan eksplorasi antariksa bisa dilakukan dengan lebih aman dan berkelanjutan.

Urgensi Penanganan Sampah Luar Angkasa

Semua pembicara menyepakati bahwa isu sampah luar angkasa merupakan tantangan yang tidak bisa diabaikan. Upaya untuk menemukan solusi yang efektif dan berkelanjutan sangat diperlukan agar eksplorasi antariksa dapat terus berkembang di masa depan. FGD ini berfungsi tidak hanya sebagai forum diskusi namun juga sebagai titik awal untuk kolaborasi internasional dalam menjaga kelestarian ruang angkasa yang semakin padat.

Dampak Dari Diskusi Ini

Diskusi ini menandai langkah awal penting dalam menciptakan platform untuk berbagi pengalaman internasional di bidang mitigasi sampah antariksa. Melalui kerja sama ini, diharapkan dapat terlahir kebijakan yang lebih baik dan komprehensif yang tidak hanya fokus pada kepentingan satu negara, tetapi juga keselamatan dan keberlanjutan bagi seluruh umat manusia yang bergantung pada teknologi antariksa.

Dengan meningkatnya kesadaran akan dampak negatif dari kepadatan orbit dan puing-puing antariksa, FGD ini memberikan sinyal bahwa saatnya untuk bertindak dengan bijak dalam pengelolaan ruang angkasa demi keberlanjutan dan keselamatan di masa depan.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button