Seorang pria asal Michigan, Amerika Serikat, bernama Stan Larkin, menarik perhatian publik setelah menghabiskan waktu selama 555 hari tanpa jantung asli. Selama periode tersebut, ia tetap menjalani kehidupan sehari-hari dengan membawa tas ransel berisi perangkat jantung buatan yang menjadi penyokong hidupnya. Kisah Larkin adalah contoh nyata dari kemajuan teknologi medis dan ketahanan manusia dalam menghadapi situasi sulit.
Di dalam tas ransel abu-abu yang selalu dibawanya, tersimpan sumber tenaga yang diperlukan untuk memompa darah ke seluruh tubuhnya melalui jantung buatan yang terpasang di dadanya. Proses pemasangan perangkat ini dimulai setelah jantung asli Larkin dikeluarkan pada November 2014, dan ia tidak perlu menjalani perawatan di rumah sakit sembari menunggu transplantasi jantung. Larkin tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit yang jelas, dan ia tampak seperti pria muda yang sehat saat ia berinteraksi dengan keluarganya, termasuk ketiga anaknya, serta berpartisipasi dalam kegiatan seperti bermain bola basket.
Transplantasi jantung yang ditunggu-tunggunya akhirnya terjadi pada Mei 2016 di Pusat Kardiovaskular Frankel Universitas Michigan. Menurut Larkin, pengalaman memiliki jantung buatan meskipun menakutkan, ternyata memberikan keleluasaan bagi dirinya. “Kebanyakan orang akan takut untuk bertahan terlalu lama dengan [jantung buatan], tapi saya hanya ingin memberitahu mereka bahwa Anda harus mengatasi rasa takut tersebut, karena itu membantu Anda,” ungkapnya. Ia merasa beruntung dapat pulang setelah transplantasi dan menjalani hidup yang lebih sehat, meski dalam situasi yang tidak biasa.
Larkin menghadapi kondisi genetik bernama kardiomiopati familial, yang menyebabkan masalah pada fungsi jantungnya. Kardiomiopati adalah kelainan jantung yang ditandai dengan pembesaran diameter jantung dan penurunan fungsi pemompaan darah. Sering kali, para dokter menemukan kasus ini muncul pada pasien tanpa gejala awal. Larkin menyadari ia memiliki masalah jantung pada tahun 2007 setelah mengalami pingsan saat bermain bola basket, meski sebelumnya tidak ada indikasi yang menunjukkan masalah tersebut.
Berkaitan dengan pengalaman tersebut, Dr. Jonathan Haft, salah satu ahli bedah yang menangani Larkin, menjelaskan bahwa tipe kardiomiopati yang dialami pasiennya dapat menyebabkan aritmia dan kegagalan pada kedua sisi jantung. Dalam banyak kasus, pasien yang menunggu transplantasi jantung sering kali tidak hanya berjuang melawan penyakit jantung, tetapi juga menghadapi risiko kerusakan pada organ lain seperti ginjal dan hati. Menurut Dr. Billy Cohn, seorang ahli bedah kardiovaskular, banyak dari pasien-pasien ini mengalami kegagalan fungsi organ vital lainnya dalam perjalanan penantian untuk mendapatkan transplantasi.
Keberadaan perangkat jantung buatan memungkinkan pasien seperti Larkin untuk tetap hidup dan menjalani kehidupan yang lebih normal, tanpa terkurung di rumah sakit. Hal ini menjadi sangat penting, karena banyak pasien yang dalam kondisi kritis perlu mendapatkan penanganan secepatnya, sementara daftar tunggu untuk organ donor bisa berlangsung selama bertahun-tahun.
Kisah Larkin menyoroti satu dari banyak cerita inspiratif yang menunjukkan kekuatan teknologi medis dan ketekunan individu. Dengan keberanian dan dukungan dari keluarganya, dia menunjukkan bahwa meskipun hidup dalam keadaan sulit, hal itu tidak menghentikannya untuk menikmati momen-momen berharga dengan orang-orang terkasih, termasuk bermain di taman bersama anak-anaknya. Larkin berharap pengalaman hidupnya dapat memberikan inspirasi kepada orang lain yang sedang menghadapi tantangan serupa.
Di saat yang sama, kisah ini juga menggarisbawahi betapa pentingnya kesadaran tentang kesehatan jantung dan penyakit yang mengancam jiwa ini. Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia, dan kardiomiopati, seperti yang dialami Larkin, merupakan kondisi yang banyak tidak terdeteksi hingga terlambat. Oleh karena itu, deteksi dini dan perawatan yang tepat adalah kunci untuk menangani masalah ini dengan baik.
Sementara itu, inovasi dalam ilmu kedokteran, seperti pengembangan alat dan perangkat jantung buatan, membuka jalan baru bagi pasien jantung. Dengan kemajuan yang ada, kini ada harapan lebih banyak orang yang bisa mendapatkan perawatan yang sesuai, meskipun mereka belum mendapatkan donor jantung. Teknologi ini bukan hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga memberikan harapan bagi mereka yang terpaksa menunggu dengan keadaan darurat.
Dalam kisah Stan Larkin, kita belajar bahwa meski hidup dalam kondisi yang tidak ideal, semangat dan inovasi teknologi dapat memberikan kesempatan baru untuk memperpanjang hidup dan menjaga kebahagiaan. Bagi Stan, jantung yang dibawa di dalam tas ranselnya tidak hanya simbol keberanian, tetapi juga tanda harapan yang nyata bagi masa depan yang lebih sehat.