Dunia

Topan Yagi Terjang Myanmar, Junta Minta Bantuan Asing untuk Atasi Kerusakan

Kepala junta Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, telah mengeluarkan seruan mendesak kepada negara-negara asing untuk memberikan bantuan setelah bencana yang disebabkan oleh Topan Yagi yang melanda negara tersebut pada hari Jumat, 13 September 2024. Pengumuman ini muncul sehari setelah bencana yang merusak mengakibatkan banjir besar dan memaksa lebih dari 235.000 orang meninggalkan rumah mereka. Dalam sambutannya, Jenderal Min meminta semua pihak terkait untuk segera melanjutkan upaya penyelamatan dan bantuan bagi para korban yang terdampak.

Topan Yagi, yang sebelumnya menyapu wilayah-wilayah seperti Tiongkok, Vietnam, Laos, dan Thailand, membawa curah hujan yang sangat tinggi ke Myanmar. Akibatnya, sejumlah daerah terutama di sekitar ibu kota Naypyidaw mengalami banjir parah dan tanah longsor, yang menghancurkan infrastruktur vital seperti menara listrik, jalan, jembatan, dan rumah-rumah penduduk. Laporan dari surat kabar milik pemerintah, New Light of Myanmar, mencatat bahwa lebih dari 300 orang telah kehilangan nyawa mereka sejak topan tersebut melanda kawasan Asia.

Dalam upayanya untuk mempercepat respons, Jenderal Min Aung Hlaing mengunjungi daerah-daerah yang terkena dampak. Ia mendesak para pejabat lokal untuk bergerak cepat dalam memberikan bantuan dan melakukan operasi penyelamatan dengan "kekuatan penuh". Menurut laporan dari wartawan AFP, truk-truk militer terlihat mengantar perahu-perahu penyelamat kecil ke daerah-daerah terdampak di sekitar Naypyidaw.

Banjir yang melanda Myanmar tidak hanya menimbulkan kerugian jiwa, tetapi juga menyebabkan kerusakan yang signifikan pada infrastruktur. Di sekitar ibu kota, tanah longsor yang diakibatkan oleh hujan deras telah merusak berbagai fasilitas publik dan menghalangi akses ke beberapa daerah yang paling parah terkena dampak.

Seruan Jenderal Min Aung Hlaing kepada komunitas internasional bertujuan untuk mendapatkan bantuan yang diperlukan, terutama mengingat situasi kemanusiaan di Myanmar yang sudah memprihatinkan. Sejak kudeta militer pada tahun 2021, lebih dari 2,7 juta orang telah mengungsi di seluruh negeri, dan upaya bantuan kemanusiaan sering kali terhambat. Militer Myanmar sebelumnya dikenal karena memblokir atau menggagalkan bantuan dari luar negeri, seperti yang terjadi setelah Siklon Mocha yang melanda Myanmar barat pada tahun lalu, di mana mereka menangguhkan otorisasi perjalanan bagi kelompok-kelompok bantuan.

PBB telah mengkritik tindakan junta militer sebagai "tidak masuk akal" dan mendesak langkah-langkah untuk memastikan bantuan ke daerah-daerah yang terkena dampak. Pengamatan menunjukkan bahwa situasi kemanusiaan yang memburuk ini memerlukan perhatian serius dari komunitas internasional.

Sementara itu, banjir akibat Topan Yagi di Myanmar juga telah memberi dampak yang cukup besar kepada negara-negara tetangga. Di Vietnam, hampir 200 korban dilaporkan tewas, dan dampak dari bencana ini sepertinya akan terasa lebih lama, karena banyak keluarga yang kehilangan tempat tinggal dan sumber penghidupan.

Jenderal Min Aung Hlaing menghadapi tantangan yang sulit. Di satu sisi, dia perlu menunjukkan kepada rakyat Myanmar dan dunia bahwa dia bertindak untuk membantu rakyatnya yang terdampak. Di sisi lain, tindakan pemerintah militer yang telah berlaku otoriter dan sering kali berlarut-larut dalam menanggapi bencana kemanusiaan menimbulkan skeptisisme akan niat mereka. Penegakan langkah-langkah bantuan dari luar negeri pasti akan memerlukan kerjasama yang tidak biasa, mengingat latar belakang ketegangan politik dan militer di Myanmar.

Secara keseluruhan, situasi di Myanmar pasca-Topan Yagi sangat kritis. Jenderal Min Aung Hlaing berupaya mendapatkan dukungan internasional untuk melakukan misi penyelamatan dan pemulihan, tetapi realitas di lapangan menunjukkan bahwa tantangan tersebut jauh lebih kompleks daripada sekedar pengumuman belaka. Dalam kondisi yang tidak menentu ini, masyarakat internasional dan lembaga bantuan diharapkan dapat memberikan perhatian lebih kepada rakyat Myanmar untuk membantu mereka bangkit dari keterpurukan akibat bencana yang diderita.

Dalam sebuah konteks yang lebih luas, bencana seperti Topan Yagi menggarisbawahi betapa rentannya infrastruktur dan masyarakat terhadap perubahan iklim serta ekstremitas cuaca. Penanganan yang cepat dan efektif sangat penting agar dapat mengurangi kerugian jiwa dan harta benda. Bantuan yang datang dari luar negeri, bila disertai dengan kerjasama yang baik dari pihak pemerintah, dapat mempercepat pemulihan dan memberikan harapan baru bagi banyak warga yang kini terjebak dalam kesulitan.

Dengan proyeksi cuaca yang tidak menentu dan ancaman pergolakan politik yang masih menyelimuti, Myanmar harus bersiap menghadapi tantangan ke depan, sambil berharap bantuan dari luar negeri bisa berdampak positif bagi rakyatnya yang kini tengah berjuang selepas hantaman Topan Yagi.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button