Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Anwar Sanusi baru-baru ini menyoroti tingginya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di kalangan lulusan pendidikan tinggi, terutama bagi mereka yang memiliki gelar diploma dan sarjana. Dalam sebuah acara di Bandar Lampung pada 27 Agustus 2024, Anwar menyampaikan bahwa data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2024 menunjukkan TPT lulusan diploma dan universitas mencapai 5,49 persen, angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pengangguran secara keseluruhan yang berada pada kisaran 4,82 persen.
Persoalan mendasar ini mencerminkan tantangan besar dalam dunia pendidikan di Indonesia, terutama dalam mencetak sumber daya manusia yang mampu bersaing di dunia kerja. Anwar menyatakan bahwa Kemnaker sangat mendukung kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri untuk menghadapi tantangan ketenagakerjaan yang semakin kompleks. Ia menegaskan pentingnya inovasi dalam kurikulum untuk menciptakan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Dalam sambutannya, Sekjen Kemnaker itu menekankan bahwa dunia pendidikan tinggi di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, termasuk disrupsi yang ditimbulkan oleh Revolusi Industri 4.0. Salah satu masalah utama yang harus diperhatikan adalah fenomena miss match antara kualifikasi dan keterampilan lulusan dengan kebutuhan dunia kerja. Hal ini menjadi kendala yang signifikan dalam mengurangi pengangguran di kalangan lulusan pendidikan tinggi.
Lebih lanjut, Anwar merujuk pada data BPS yang menunjukkan bahwa angkatan kerja Indonesia yang merupakan lulusan diploma dan universitas hanya mencapai 12,76 persen dari total 149,37 juta orang angkatan kerja. Angka ini menunjukkan bahwa hanya sekitar 13 dari 100 orang angkatan kerja di Indonesia yang memiliki pendidikan tinggi. Data ini menggambarkan betapa pentingnya peran pendidikan tinggi dalam menciptakan tenaga kerja yang terampil dan kompetitif.
Anwar juga menekankan bahwa para lulusan harus terus belajar dan membangun jejaring, karena mereka adalah generasi yang diharapkan mampu membangun masa depan Indonesia. Pentingnya pengembangan diri dan kemampuan bersosialisasi juga ditekankan untuk memanfaatkan peluang kerja yang ada.
Adanya tantangan tersebut menjadikan inovasi dalam pendidikan semakin penting. Perguruan tinggi dituntut untuk menyesuaikan kurikulum dengan dinamika industri yang terus berkembang. Anwar pun meminta agar perguruan tinggi senantiasa beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan tren terbaru di pasar kerja, agar lulusan yang dihasilkan tidak hanya memiliki gelar, tetapi juga keterampilan yang relevan.
Kendala lain yang dihadapi adalah penyesuaian antara pendidikan formal dan kebutuhan keterampilan soft skills yang semakin dicari oleh perusahaan. Saat ini, banyak perusahaan yang mengutamakan tidak hanya kemampuan teknis tetapi juga kemampuan komunikasi, kepemimpinan, dan keterampilan berpikir kritis. Oleh karena itu, perguruan tinggi diharapkan tidak hanya fokus pada aspek akademis, tetapi juga pada pengembangan karakter dan keterampilan interpersonal mahasiswanya.
Dalam konteks yang lebih luas, penting bagi pemerintah dan pemangku kepentingan untuk berperan aktif dalam menciptakan kondisi yang mendukung peningkatan kompetensi lulusan pendidikan tinggi. Mengingat adanya tantangan global yang dihadapi dalam era digital, kolaborasi antara sektor pendidikan, industri, dan pemerintah sangatlah diperlukan untuk menciptakan strategi yang efektif dalam mengatasi tingkat pengangguran di kalangan lulusan.
Anwar Sanusi semakin optimis bahwa dengan adanya kerjasama yang baik antara dunia pendidikan dan dunia kerja, tantangan ketenagakerjaan dapat diatasi secara lebih efektif. Hal ini diharapkan mampu mengurangi tingkat pengangguran lulusan diploma dan sarjana, sekaligus menciptakan tenaga kerja yang lebih siap untuk memasuki pasar kerja yang semakin kompetitif. Dalam upaya ini, semua pihak diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan SDM di Indonesia.
Tingkat pengangguran lulusan yang lebih tinggi ini juga seharusnya menjadi alarm bagi perguruan tinggi untuk lebih proaktif dalam mencari solusi. Institusi pendidikan perlu melakukan analisis mendalam mengenai kebutuhan pasar dan menyesuaikan program studi mereka agar produk pendidikan mereka lebih sesuai dan relevan dengan tuntutan dunia kerja saat ini.
Sebagai penutup, situasi ini menggarisbawahi urgensi untuk melakukan revitalisasi program pendidikan yang dapat menjawab tantangan dan kebutuhan ketenagakerjaan masa depan. Dengan langkah-langkah strategis yang tepat, diharapkan tingkat pengangguran di kalangan lulusan pendidikan tinggi dapat turun dan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan bagi bangsa Indonesia.