Tiga negara Arab, yaitu Mesir, Yordania, dan Irak, secara bersama-sama mengeluarkan pernyataan yang mengecam serangan Israel ke Lebanon. Pernyataan ini disampaikan dalam pertemuan Majelis Umum PBB ke-79 yang berlangsung pada Selasa, 24 September 2024. Kementerian Luar Negeri Yordania menjelaskan bahwa pertemuan tersebut bertujuan untuk mendiskusikan langkah-langkah yang akan diambil dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) tripartit di Kairo, serta merespons peningkatan ketegangan yang terjadi di kawasan.
Menteri Luar Negeri dari ketiga negara telah menyatakan keprihatinan yang mendalam terkait dengan eskalasi yang terjadi di kawasan Timur Tengah. Mereka menekankan bahwa kekerasan Israel di Gaza menjadi pemicu utama dari konflik yang lebih luas dan perlu segera diatasi. Dalam pernyataan resmi mereka, para menteri mengecam keras serangan Israel terhadap Lebanon. Mereka menekankan bahwa tindakan tersebut tidak hanya memperburuk situasi di Lebanon, tetapi juga membawa kawasan tersebut ke arah potensi perang yang lebih besar.
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa Israel harus bertanggung jawab atas segala kerusakan dan kehancuran yang ditimbulkan akibat serangannya. Ketiga negara Arab ini juga menyerukan kepada komunitas internasional dan Dewan Keamanan PBB untuk mengambil langkah tegas dalam menghentikan agresi tersebut dan mendorong penyelesaian konflik secara damai.
Di lain pihak, Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Dannon, memberikan pernyataan yang menunjukkan bahwa Israel tetap membuka kesempatan untuk deeskalasi konflik dengan Lebanon. Dalam keterangan persnya, Dannon menekankan bahwa pihaknya tidak berniat melakukan invasi lebih lanjut dan lebih memilih solusi diplomatik untuk menyelesaikan pertikaian yang ada. Ia mengungkapkan harapannya agar tidak ada lagi roket yang ditembakkan ke Israel, dan menyiratkan keinginan untuk membawa kembali warga mereka yang berada di utara.
Di tengah ketegangan yang meningkat, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, turut memberikan komentarnya di pertemuan Majelis Umum PBB tersebut. Ia mengingatkan semua pihak bahwa perang skala penuh bukanlah kepentingan siapa pun dan menekankan pentingnya upaya deeskalasi. Meskipun demikian, komentar Biden dianggap tidak memberikan jaminan terhadap perubahan nyata oleh Menteri Luar Negeri Lebanon, Abdallah Bou Habib. Ia menyebut pernyataan Biden sebagai "tidak tegas dan tidak menjanjikan" serta menegaskan bahwa hanya AS yang memiliki kapabilitas untuk membangun perubahan di Timur Tengah, terutama terkait dengan dukungan militernya terhadap Israel.
Menariknya, dalam konteks ini, Mesir, Yordania, dan Irak berusaha untuk menggunakan mekanisme diplomasi untuk mengatasi ketegangan yang ada. Mereka berencana untuk menyusun strategi bersama dalam KTT di Kairo untuk menangani isu ini lebih lanjut. Hal ini menyoroti upaya diplomatik dari negara-negara Arab untuk menyatukan suara menghadapi agresi Israel yang terus berlanjut.
Di sisi lain, Menlu Lebanon, Abdallah Bou Habib, tampaknya belum mengungkapkan upaya konkret dari Lebanon dan Hizbullah untuk deeskalasi, kecuali menyebut bahwa situasi yang merugikan mereka saat ini menuntut adanya tindakan dari pihak lain, khususnya dari AS. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai langkah-langkah proaktif yang akan diambil oleh Lebanon untuk mencari penyelesaian yang damai.
Hingga berita ini disusun, situasi di kawasan masih sangat tegang dengan belum adanya kesepakatan gencatan senjata antara kedua belah pihak. Pertikaian yang berkepanjangan dan tanpa penyelesaian ini menunjukkan bahwa konflik yang melibatkan Israel dan negara-negara Arab masih sangat jauh dari penyelesaian yang memuaskan semua pihak.
Tindakan Israel terhadap Lebanon ini kembali menyoroti kompleksitas politik di Timur Tengah, di mana upaya diplomasi sering kali terhalang oleh ketidakpercayaan dan tindakan militer yang agresif. Ketiga negara Arab yang mengecam Israel bukan hanya bersuara untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk memberikan suara bagi stabilitas kawasan dan perlindungan bagi warga yang terjebak di tengah konflik.
Seiring dengan meningkatnya kecaman internasional terhadap serangan Israel, harapan untuk deeskalasi dan perundingan damai semakin mendesak. Komunitas internasional, khususnya PBB, diharapkan bisa mengambil langkah-langkah efektif untuk menengahi dan mengatasi konflik ini, agar tidak berkepanjangan dan tidak merugikan lebih banyak nyawa di kawasan yang sudah terpuruk dalam ketidakamanan.