Otomotif

Thailand Krisis Otomotif, RI Siap Ambil Peluang Salip Posisi Raja Asia Tenggara

Krisis industri otomotif yang melanda Thailand telah menciptakan peluang bagi Indonesia untuk mengambil alih posisi sebagai produsen otomotif nomor satu di Asia Tenggara. Menurut Kementerian Perindustrian Indonesia, pemerintah percaya bahwa situasi yang tidak menguntungkan di Thailand dapat dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan industri otomotif dalam negeri.

Putu Juli Ardika, Plt. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, menyampaikan bahwa saat ini banyak produsen otomotif Jepang yang menguasai sekitar 80% pangsa pasar di Thailand mulai mengalami kesulitan. Perusahaan-perusahaan besar seperti Suzuki telah menghentikan produksi, sedangkan Honda terpaksa mengurangi kapasitas produksinya hingga setengah. Hal ini menjadi sinyal yang jelas bahwa Thailand, yang sebelumnya dikenal sebagai "Raja Otomotif Asia Tenggara", kini menghadapi tantangan besar yang dapat dimanfaatkan oleh Indonesia.

Dengan kapasitas produksi terpasang mencapai 2,3 juta unit mobil, industri otomotif Indonesia belum sepenuhnya memanfaatkan potensinya. Rerata utilisasi pabrik di Indonesia masih jauh dari optimal, sehingga ada peluang besar untuk meningkatkan produksi jika permintaan pasar kembali membaik. Putu menjelaskan, "Krisis industri otomotif di Thailand juga dapat menjadi peluang bagi industri otomotif Indonesia untuk mengambil alih posisi Thailand sebagai produsen otomotif nomor satu di ASEAN."

Salah satu langkah yang diambil oleh pemerintah adalah mendorong peningkatan penggunaan komponen lokal. Putu menegaskan bahwa dukungan terhadap supplier dalam negeri tidak hanya akan memperkuat ekonomi domestik tetapi juga meningkatkan ketahanan rantai pasok, menciptakan manfaat jangka panjang bagi seluruh sektor. Dengan langkah ini, diharapkan industri otomotif Indonesia dapat lebih mandiri dan mengurangi ketergantungan pada impor.

Namun, meskipun ada potensi peralihan posisi, pasar otomotif Indonesia sendiri juga tengah menghadapi berbagai tantangan. Menurut data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil di Tanah Air sepanjang Januari hingga Juli 2024 tercatat mengalami penurunan. Total penjualan secara wholesales mencapai 484.236 unit, atau turun 17,5% YoY dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023 yang mencapai 586.931 unit. Penurunan ini juga diikuti oleh penjualan ritel yang turun 12,2% YoY menjadi 508.050 unit pada 7 bulan pertama 2024, dibandingkan dengan 578.891 unit pada periode yang sama di tahun sebelumnya.

Meskipun penjualan mobil mengalami penurunan, dominasi produsen otomotif asal Jepang masih terlihat jelas di Indonesia. Pada bulan Juli 2024, Grup Astra menjadi yang tertinggi dalam penjualan mobil, dengan Toyota dan Daihatsu masing-masing terjual 27.126 unit dan 13.910 unit. Sementara itu, penjualan Honda mencapai 6.249 unit, Mitsubishi meraih 5.569 unit, dan Suzuki mencatat 5.410 unit.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, pemerintah Indonesia juga berkomitmen untuk mendukung para produsen dalam memproduksi kendaraan listrik demi mencapai target net zero emission pada tahun 2060. Kebijakan dan insentif yang telah dikeluarkan diharapkan dapat mendorong investasi dan inovasi di sektor ini, menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan industri otomotif.

Selain itu, keikutsertaan Indonesia dalam pameran otomotif seperti Gaikindo International Auto Show (GIIAS) 2024 diharapkan dapat memberikan dorongan bagi pemulihan pasar otomotif. Pameran ini menjadi platform penting untuk memperkenalkan inovasi dan teknologi terbaru di sektor otomotif, serta meningkatkan daya tarik produk-produk otomotif Indonesia di mata konsumen.

Laporan terbaru menunjukkan bahwa meskipun pasar otomotif Indonesia memiliki tantangan, ada juga harapan untuk pertumbuhan yang berkelanjutan. Dengan memanfaatkan krisis yang terjadi di Thailand, Indonesia memiliki kesempatan untuk memperkuat posisinya sebagai produsen otomotif terkemuka di ASEAN. Pemerintah dan industri diharapkan bisa bekerja sama untuk mengatasi berbagai masalah yang ada, termasuk penjualan yang menurun dan ketergantungan yang tinggi pada produk impor.

Meskipun ada kekhawatiran mengenai penurunan penjualan dalam jangka pendek, potensi jangka panjang untuk berkembang sangat besar. Dengan langkah-langkah strategis yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan situasi ini untuk membangun infrastruktur dan kapasitas produksi yang lebih kuat, sehingga dapat memenuhi permintaan dalam negeri dan bahkan mengekspor produk otomotif ke pasar internasional.

Dalam kondisi yang penuh tantangan ini, industri otomotif Indonesia diharapkan mampu bertransformasi dan berinovasi untuk bersaing secara efektif. Sementara itu, dengan mencermati perkembangan di Thailand, Indonesia perlu mempersiapkan diri dengan baik agar dapat merebut peluang yang ada, memperkuat daya saing, dan akhirnya menempati posisi terdepan dalam industri otomotif di Asia Tenggara.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button