Gaya Hidup

Tes 3 Biomarker Darah Prediksi Risiko Serangan Jantung dan Stroke pada Perempuan

Penyakit kardiovaskular menjadi penyebab utama kematian pada perempuan di seluruh dunia, dan stroke menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab kematian. Meskipun kesadaran akan risiko penyakit kardiovaskular telah meningkat, banyak perempuan tidak menyadari bahwa mereka juga berisiko tinggi mengalami serangan jantung. Hal ini disampaikan oleh Paul M. Ridker, MD, direktur Pusat Pencegahan Penyakit Kardiovaskular di Rumah Sakit Brigham dan Wanita, yang menekankan bahwa gejala penyakit jantung pada wanita sering kali berbeda dari pria atau bahkan tidak muncul sama sekali. Perempuan yang lebih muda sering kali lebih fokus pada masalah medis lainnya, seperti risiko kanker payudara, padahal serangan jantung dan stroke juga merupakan ancaman serius bagi kesehatan mereka.

Sebuah studi baru yang dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine oleh Ridker dan timnya menunjukkan bahwa pengukuran tiga biomarker darah dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan untuk memprediksi risiko serangan jantung dan stroke pada perempuan. Dengan pendekatan baru ini, para peneliti melakukan analisis terhadap data dari Women’s Health Study (WHS) yang telah diadakan sejak 1993, dan diikuti oleh para profesional kesehatan wanita berusia 45 tahun ke atas. Penelitian ini berfokus pada kejadian kardiovaskular besar, seperti serangan jantung, stroke, atau kematian akibat masalah jantung.

Pada penelitian ini, para peserta diuji darahnya untuk mengukur tiga biomarker utama: protein C-reaktif sensitivitas tinggi (hsCRP), kolesterol lipoprotein densitas rendah (LDL-C), dan lipoprotein(a) atau Lp(a). Menurut Ridker, pengujian universal untuk LDL-C sudah dilakukan secara luas, namun pengujian untuk hsCRP dan Lp(a) masih kurang umum. “Ketiganya mewakili proses biologis yang dapat dimodifikasi dan berbeda, yang masing-masing dapat bertanggung jawab atas berkembangnya penyakit jantung,” jelas Ridker.

Studi ini menemukan bahwa wanita dengan kadar hsCRP tertinggi memiliki risiko penyakit jantung 70% lebih besar dibandingkan yang lainnya. Data menunjukkan bahwa risiko untuk kusus yang lebih luas berikurang menjadi: 36% pada wanita dengan kadar LDL-C tertinggi dan 33% pada mereka dengan kadar Lp(a) tertinggi. Meskipun hsCRP menunjukkan risiko tertinggi, sayangnya biomarker ini juga adalah yang paling jarang diukur oleh dokter. Hal ini menjadi sorotan Ridker, yang mendesak agar praktik ini diubah demi kesehatan perempuan.

Ridker menegaskan pentingnya untuk mengubah pendekatan satu ukuran untuk semua dalam mengatasi masalah kesehatan jantung perempuan. “Era ‘satu ukuran untuk semua’ telah berakhir. Kita perlu bergerak maju untuk mengatasi masalah biologis unik dan spesifik yang diderita setiap pasien kita. Dokter tidak dapat mengobati kondisi yang tidak mereka ukur, sehingga masing-masing faktor tersebut perlu dievaluasi,” ungkapnya. Semua tes ini termasuk dalam kategori tes darah yang sederhana, tersedia secara luas, dan relatif murah.

Penelitian ini dapat menjadi langkah awal untuk meningkatkan deteksi dan pencegahan penyakit kardiovaskular pada perempuan. “Sedihnya, penyakit jantung pada wanita masih kurang terdiagnosis dan diobati,” lanjut Ridker. Dengan memahami dan menerapkan deteksi dini terhadap biomarker yang penting ini, para profesional kesehatan dapat lebih siap dalam menangani risiko kardiovaskular dan memberikan perawatan yang lebih tepat bagi pasien wanita.

Penggunaan dan pemahaman tentang biomarker ini sangat penting, terutama mengingat tingginya angka kematian akibat penyakit kardiovaskular di kalangan perempuan. Serangan jantung dan stroke sering kali datang secara tiba-tiba dan bisa berakibat fatal. Oleh karena itu, penentuan faktor risiko yang lebih spesifik dan akurat sangat penting untuk mempersiapkan langkah pencegahan yang efektif.

Melalui penelitian ini, diharapkan kesadaran akan risiko penyakit jantung pada perempuan semakin meningkat, dan para dokter akan lebih aktif dalam melakukan skrining terhadap biomarker yang relevan. “Kita perlu melakukan intervensi dan memulai pencegahan lebih awal,” ujar Ridker, menegaskan urgensi dari penelitian ini.

Implementasi dari hasil penelitian ini tidak hanya akan menurunkan angka kematian akibat penyakit kardiovaskular, tetapi juga berkontribusi pada kesehatan jangka panjang perempuan secara keseluruhan. Dengan melakukan skrining rutin terhadap biomarker yang telah terbukti efisien dalam memprediksi risiko, perempuan dapat diidentifikasi lebih awal dan mendapatkan penanganan yang diperlukan.

Pentingnya penelitian ini juga sekaligus mengingatkan semua pihak bahwa kesehatan jantung adalah suatu isu yang perlu diperhatikan oleh semua individu, tidak terlepas dari jenis kelamin. Pengetahuan yang lebih dalam dan pemahaman tentang bagaimana berbagai faktor dapat mempengaruhi risiko kardiovaskular akan membantu perempuan untuk lebih waspada dan proaktif dalam menjaga kesehatan mereka.

Dengan demikian, studi mengenai tiga biomarker darah sebagai prediksi risiko serangan jantung dan stroke pada perempuan menjadi langkah maju yang signifikan dalam upaya pencegahan penyakit kardiovaskular. Pendekatan baru ini diharapkan dapat menjembatani kesenjangan dalam diagnosis dan pengobatan penyakit jantung pada perempuan dan menyelamatkan banyak nyawa di masa depan.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button