Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia, Rosan Roeslani, baru-baru ini mengungkapkan alasan di balik keputusan Tesla untuk membatalkan rencana investasi di Indonesia. Dalam pernyataannya di hadapan anggota Komisi VI DPR RI, Rosan menjelaskan bahwa alasan utama Tesla mundur dari rencana investasinya adalah karena ekosistem industri hijau di Indonesia belum dianggap siap. Terutama, perusahaan milik Elon Musk itu memiliki visi untuk mendukung kendaraan listrik (EV) yang bersih, namun kondisi saat ini di Indonesia masih didominasi oleh sumber energi fosil.
Rosan lebih lanjut menjelaskan bahwa Tesla menemukan ketidakcocokan antara visi mereka untuk menggunakan energi bersih dan realitas energi yang masih bergantung pada bahan bakar fosil, seperti batu bara, yang masih mendominasi di banyak kawasan industri di Tanah Air. Ia menyatakan, "Jika mereka masuk ke kawasan industri di kita, tetapi energinya masih dari fossil fuel, itu tidak sejalan dengan visi mereka." Pernyataan ini menunjukkan bahwa satu aspek krusial dari keputusan investasi adalah kesesuaian visi perusahaan dengan kondisi di lapangan.
Sementara itu, Rosan juga menggarisbawahi bahwa posisi Indonesia dalam konteks dunia investasi, khususnya terkait ekosistem energi bersih, masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara. Sebagai contoh, ia menyebutkan Vietnam, di mana sekitar 60% kawasan industri telah mengimplementasikan sumber energi bersih. Hal ini menandakan bahwa potensi Indonesia dalam menarik investasi dari perusahaan-perusahaan besar seperti Tesla masih sangat tergantung pada kecepatan dan keberhasilan negara dalam melakukan transisi energi.
Dalam konteks ini, Rosan memberikan contoh konkret tentang perusahaan Sembcorp di Singapura, yang memiliki 13 solar cell di Vietnam dan berencana untuk membuka 18 proyek serupa dalam dua hingga tiga bulan ke depan. Contoh ini menunjukkan bahwa Vietnam telah berupaya keras untuk menarik perusahaan-perusahaan energi bersih, sementara Indonesia harus meningkatkan pengembangan infrastruktur energi terbarukan untuk bersaing.
Sejak awal, rencana investasi Tesla di Indonesia telah menjadi sorotan publik setelah Presiden Joko Widodo melakukan percakapan dengan Elon Musk pada Desember 2020. Pada awal tahun 2021, Bahlil Lahadalia, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Investasi/BKPM, mengklaim bahwa Tesla akan segera menandatangani kontrak investasi. Namun, hingga saat ini, realisasi tersebut belum terwujud.
Meskipun Tesla membatalkan investasi di Indonesia, Elon Musk menyatakan komitmennya untuk menjalin kerjasama dengan Indonesia di bidang lain dalam jangka panjang. Dalam pernyataannya kepada Jokowi saat menghadiri KTT World Water Forum ke-10, Musk menyatakan, “Saya meyakinkan Anda bahwa perusahaan saya yang lain akan berinvestasi di Indonesia dalam jangka panjang. Jadi terima kasih.” Hal ini menyiratkan bahwa meskipun Tesla mundur, peluang untuk investasi dari anak perusahaan Elon Musk atau proyek lain masih terbuka.
Dalam pandangan analis, keputusan Tesla ini mencerminkan tantangan yang lebih besar yang dihadapi Indonesia dalam menarik investasi asing, terutama dalam sektor yang berkaitan dengan keberlanjutan dan energi bersih. Diperlukan upaya kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil, untuk menciptakan lingkungan yang mendukung investasi dalam teknologi hijau.
Ketidakpastian regulasi dan kurangnya insentif untuk proyek-proyek energi terbarukan kerap kali menjadi kendala bagi investor untuk menanamkan modal di Indonesia. Dalam upaya menarik investasi dari perusahaan seperti Tesla, pemerintah perlu mempercepat reformasi kebijakan investasi, memperbaiki infrastruktur energi bersih, serta menciptakan iklim yang lebih kondusif untuk industri hijau.
Secara keseluruhan, situasi ini menyoroti pentingnya Indonesia untuk mempercepat transisi ke sumber energi terbarukan dan menciptakan narasi positif yang dapat menarik perhatian investor global. Jika Indonesia dapat menunjukkan kemajuan dalam bidang ini, harapan untuk menarik perusahaan-perusahaan besar dalam sektor kendaraan listrik dan teknologi bersih di masa depan akan semakin meningkat.
Sebagai penutup, langkah-langkah proaktif dalam menyelaraskan visi industri dengan realitas energi di lapangan sangat penting bagi Indonesia. Dengan menghadapi tantangan ini secara serius, Indonesia tidak hanya dapat menarik investasi dari Tesla dan perusahaan global lainnya, tetapi juga dapat mengubahnya menjadi pemimpin dalam pengembangan teknologi hijau di kawasan Asia Tenggara.