Kesehatan

Telinga Berdenging Terus? Kenali Gejala Tinnitus dan Penyebabnya untuk Hindari Masalah Pendengaran

Tinnitus atau telinga berdenging adalah kondisi yang seringkali dialami oleh banyak orang, namun jarang dibicarakan. Ini adalah sebuah kondisi medis di mana seseorang mendengar suara seperti dengingan, gemuruh, atau bunyi mendesis tanpa adanya sumber suara eksternal. Penting untuk mengenali gejala tinnitus agar tidak terjadi kepanikan, dan tentunya, untuk menghindari masalah pendengaran yang lebih serius di kemudian hari.

Menurut Dokter Spesialis THT dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Widayat Alviandi, gejala tinnitus bisa muncul dalam berbagai bentuk. "Tinnitus kebanyakan berupa telinga berdenging, namun ada juga yang mendengar bunyi gemuruh atau desisan. Suara ini sebenarnya tidak berasal dari luar tubuh," ujarnya. Hal ini menunjukkan bahwa tiap individu dapat merasakan tinnitus secara berbeda-beda, yang sangat tergantung pada kondisi telinga dan penyebab yang mendasarinya.

Tinnitus dibagi menjadi dua jenis utama, yakni tinnitus objektif dan tinnitus subjektif. Tinnitus objektif merupakan jenis yang sangat jarang terjadi, meliputi sekitar 4 persen dari seluruh kasus, dan dapat didengar oleh dokter saat melakukan pemeriksaan. Sementara itu, tinnitus subjektif, yang jauh lebih umum, mencakup sekitar 96 persen dari kasus yang ada. Tinnitus jenis ini tidak dapat dideteksi oleh dokter dan hanya bisa dirasakan oleh penderita itu sendiri.

Penting untuk diperhatikan bahwa tinnitus yang berlangsung lebih dari lima menit atau sering terjadi beberapa kali dalam seminggu hingga mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti tidur atau berkomunikasi di tempat umum, dapat menjadi masalah serius. Hal ini diungkapkan oleh Widayat yang menegaskan perlunya perhatian medis. Tinnitus bisa menjadi indikasi adanya gangguan di telinga bagian dalam, khususnya pada organ koklea yang memengaruhi serabut saraf pendengaran.

Widayat menjelaskan lebih lanjut bahwa "Tinnitus ini sebagian besar disebabkan oleh gangguan di telinga bagian dalam, bukan berasal dari masalah di kepala." Paparan terhadap suara bising, penggunaan obat-obatan tertentu, serta penyakit seperti vertigo dan gangguan pendengaran mendadak sering menjadi penyebab utama kondisi ini. Karena itu, setiap individu yang mengalami tinnitus secara terus-menerus sangat dianjurkan untuk segera berkonsultasi dengan dokter guna mendapatkan perawatan yang tepat dan sesuai dengan keadaan mereka.

Gejala tinnitus dapat bervariasi tergantung pada individu. Beberapa orang mungkin merasakan gangguan ini sebagai suara mendesis, sementara yang lain mungkin mengalami bunyi seperti deringan atau bahkan gemuruh. Dalam beberapa kasus, gejala ini dapat disertai dengan gejala lain seperti pusing atau berkurangnya kemampuan mendengar. Oleh karena itu, penting untuk diperhatikan bahwa penanganan harus disesuaikan dengan penyebab dan tingkat keparahan yang dirasakan oleh penderita.

Menurut data, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami tinnitus. Paparan suara bising merupakan salah satu penyebab paling umum, terutama bagi mereka yang bekerja di lingkungan dengan tingkat kebisingan tinggi. Selain itu, penggunaan beberapa jenis obat, khususnya obat yang berpotensi ototoksik, dapat turut berkontribusi pada timbulnya gejala tersebut.

Ada juga kondisi medis tertentu yang dapat memperburuk atau memicu munculnya tinnitus. Penyakit-penyakit seperti infeksi telinga, penyakit Meniere, dan kelainan pada pembuluh darah dapat menyebabkan munculnya suara telinga. Dalam hal ini, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari bisa membantu meredakan gejala tinnitus.

Namun, tinnitus tidak selalu memiliki penyebab yang jelas. Dalam beberapa kasus, kondisi ini bisa muncul tanpa adanya penyebab yang teridentifikasi. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk tidak panik dan memahami bahwa mendapatkan informasi yang tepat bisa membantu mereka mengelola gejala tinnitus dengan lebih baik.

Tinnitus sering kali dianggap sebagai gangguan yang mengganggu keseharian, tetapi dengan pendekatan yang tepat, banyak penderita yang dapat menemukan cara untuk mengatasi gejala mereka. Terapi suara dan teknik relaksasi, seperti yoga dan meditasi, menjadi beberapa metode yang direkomendasikan untuk membantu menenangkan pikiran dan mengurangi ketidaknyamanan. Selain itu, terapi perilaku kognitif bisa menjadi pilihan, di mana konseling psikologis membantu penderita memahami dan menghadapi tinnitus secara lebih efektif.

Dalam berbagi pengalaman, banyak penderita yang menyatakan bahwa memahami lebih dalam tentang tinnitus dan menciptakan lingkungan yang minim gangguan suara dapat membantu mengurangi dampak negatif dari kondisi ini. Melalui dukungan dari dokter dan tenaga medis lainnya, penderita tinnitus dapat belajar cara untuk meredakan gejala mereka dan menjalani kualitas hidup yang lebih baik.

Bagi mereka yang belum pernah mengalami tinnitus, tetap penting untuk memperhatikan kesehatan pendengaran. Paparan terhadap suara keras, penggunaan alat bantu pendengaran tanpa pengawasan, atau penggunaan earphone dalam jangka waktu lama bisa meningkatkan risiko timbulnya tinnitus di masa mendatang. Upaya preventif seperti menjaga jarak dari sumber suara keras, menggunakan pelindung telinga, dan secara rutin memeriksakan kesehatan telinga dapat membantu mencegah berkembangnya tinnitus.

Mengingat bahaya dan dampak serius yang dapat ditimbulkan oleh tinnitus, edukasi mengenai kondisi ini sangatlah penting. Dengan informasi yang tepat, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami dan mengenali gejala awal serta mengambil langkah pencegahan yang tepat agar terhindar dari masalah pendengaran yang lebih serius. Selalu ingat untuk tidak mengabaikan sinyal dari tubuh dan konsultasikan ke dokter jika Anda atau seseorang di sekitar Anda mengalami gejala tinnitus yang mengganggu.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button