Kesehatan

Tantangan Membesarkan Anak Bilingual: Apakah Benar Dapat Sebabkan Speech Delay?

Di era globalisasi yang semakin maju, orang tua kini dihadapkan pada pilihan untuk membesarkan anak mereka sebagai penutur bilingual, yakni mengajarkan mereka dua bahasa sekaligus. Keputusan ini tidak hanya menumbuhkan kemampuan linguistik anak, tetapi juga dianggap dapat memperkaya pengalaman kognitif dan sosial mereka. Namun, di balik potensi manfaat tersebut, muncul sejumlah tantangan dan kekhawatiran, terutama terkait dengan speech delay atau keterlambatan bicara.

Kekhawatiran ini sering muncul di kalangan orang tua yang mempertimbangkan untuk membesarkan anak bagi mereka yang tumbuh dalam lingkungan bilingual. Masyarakat umum terkejut dengan anggapan bahwa berbicara dalam dua bahasa dapat menyebabkan keterlambatan dalam perkembangan berbicara. Namun, dalam sebuah media briefing yang diadakan secara daring, Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A (K) mengungkapkan bahwa tidak semua anak yang dibesarkan dalam lingkungan bilingual mengalami speech delay.

Menurut Prof. Rini, speech delay bisa disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya adalah kurangnya stimulasi dalam komunikasi, baik dalam satu atau dua bahasa. Ia menegaskan bahwa fenomena keterlambatan bicara perlu dipahami dengan hati-hati: “Jadi jangan kebalik, tidak semua yang bilingual akan mengalami speech delay. Tapi kalau dia speech delay, dan stimulasinya dalam dua bahasa, maka kita akan nilai lagi," tegasnya.

Penting untuk dicatat bahwa speech delay tidak selalu berkorelasi langsung dengan penggunaan dua bahasa. Prof. Rini juga mengingatkan bahwa dalam banyak kasus, banyak orang tua sukses membesarkan anak bilingual tanpa mengorbankan perkembangan bicara mereka. Salah satu kuncinya adalah konsistensi dalam stimulasi bahasa yang diberikan. Jika stimulasi dilakukan dengan benar dan lingkungan mendukung, anak akan dapat berfungsi verbal di kedua bahasa dengan baik.

Namun demikian, lingkungan tempat anak tinggal juga berperan penting. Prof. Rini menjelaskan, jika seorang anak tumbuh di komunitas yang lebih dominan menggunakan satu bahasa (monolingual), maka sulit untuk memberikan paparan yang cukup dari bahasa kedua. “Jadi, hati-hati terapkan bilingual itu, kita hidupnya di mana,” ungkapnya, mengingatkan orang tua untuk mempertimbangkan konteks sosial dan komunitas yang ada.

Dalam menghadapi tantangan ini, orang tua dapat mengambil beberapa langkah untuk mendukung pembelajaran bilingual anak. Salah satunya adalah dengan mencari komunitas atau kelompok bermain yang dapat memberikan paparan bahasa kedua secara konsisten. Jika memungkinkan, aplikasi pembelajaran bahasa atau video call dengan kerabat yang berbicara dalam bahasa lain juga bisa menjadi cara yang efektif untuk memperkenalkan bahasa kedua kepada anak.

Seiring dengan semakin bertambahnya informasi mengenai pengasuhan anak bilingual, semakin banyak penelitian menunjukkan bahwa keuntungan yang didapat dari lingkungan bilingual dapat mendukung perkembangan kognitif anak. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang membangun keterampilan dalam dua bahasa sejak dini memiliki keunggulan dalam berpikir kritis dan pemecahan masalah.

Seperti yang dilontarkan oleh Prof. Rini, memberikan stimulasi yang tepat sejak dini dapat membuka pintu bagi anak menjadi individu yang bilingual dan memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik. Bahkan, anak-anak bilingual sering menjelajahi cara baru dalam berkomunikasi dan dapat berpindah antara kedua bahasa dengan lebih leluasa.

Faktanya, semakin banyak orang tua menyadari bahwa pengasuhan bilingual bukan hanya tentang bahasa, melainkan juga tentang memahami dan menghargai budaya yang beragam. Seiring zaman yang terus berubah, anak-anak diharapkan tidak hanya mampu berbicara dalam dua bahasa, tetapi juga memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang dunia di sekitar mereka.

Pentingnya paparan bahasa yang konstan dan dukungan dari orang tua dan lingkungan tidak dapat diabaikan dalam proses mendewasakan anak bilingual. Dari aspek ini, dukungan emosional dan sosial yang baik menjadi kunci utama. Anak-anak yang mendapatkan dukungan penuh dari orang tua dan sekitarnya cenderung lebih percaya diri dalam menggunakan bahasa mereka, baik di rumah maupun di lingkungan luar.

Sementara itu, banyak yang meragukan apakah membesarkan anak bilingual adalah pilihan yang tepat. Mereka khawatir mengenai potensi adanya speech delay atau keterlambatan perkembangan bicara. Namun, Prof. Rini menekankan bahwa keberhasilan pengasuhan bilingual tidak semata-mata ditentukan oleh dua bahasa yang diperkenalkan, tetapi juga oleh bagaimana cara dan kapan bahasa tersebut diajarkan secara efektif.

Banyak orang tua yang telah melalui pengalaman ini berbagi kisah sukses tentang anak-anak mereka yang berkembang dengan baik dan mampu berkomunikasi dengan baik dalam lebih dari satu bahasa. Pengalaman mereka menunjukkan bahwa dengan ketekunan dan pendekatan yang tepat, tantangan dalam membesarkan anak bilingual dapat diatasi dan bahkan berujung pada hasil yang positif.

Dengan informasi ini, diharapkan orang tua yang sedang menghadapi dilema dalam mendidik anak secara bilingual dapat merasa lebih tenang dan menemukan cara yang tepat untuk mendukung perkembangan bahasa anak tanpa harus khawatir mengenai risiko keterlambatan bicara. Terpenting, kesabaran, dukungan yang tepat, dan pemahaman lingkungan sekitar menjadi kunci dalam perjalanan ini.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button