Masyarakat Indonesia yang tinggal di Jerman mendapatkan pandangan positif dari warga dan pemerintah setempat. Hal ini tidak terlepas dari penerapan nilai-nilai Pancasila yang terpatri dalam diri mereka. Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Hamburg, Renata Siagian, menekankan pentingnya penanaman dan penerapan nilai-nilai Pancasila secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari, terutama di luar negeri. Dengan nilai-nilai tersebut, diharapkan masyarakat Indonesia di Jerman dapat berkontribusi lebih dalam menjalin hubungan baik antara kedua negara.
Seiring dengan meningkatnya jumlah warga negara Indonesia (WNI) yang menetap di Jerman, bertumbuh pula organisasi kemasyarakatan yang berperan dalam memperkuat solidaritas di antara mereka. Tercatat ada sekitar 45 organisasi di bawah naungan KJRI Hamburg yang mencakup berbagai bidang, seperti organisasi profesi, keagamaan, pelajar, budaya, dan daerah. Organisasi-organisasi ini berfungsi sebagai wadah untuk menghubungkan sesama WNI dan memperkenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat Jerman. Dalam acara silaturahmi yang diadakan oleh KJRI, Renata berharap kedatangan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dapat memberikan dorongan bagi masyarakat Indonesia untuk lebih menghayati dan mengamalkan Pancasila di tanah rantau.
Perkembangan jumlah WNI di Jerman juga terkait dengan aspek pendidikan. Dengan biaya pendidikan yang relatif terjangkau, semakin banyak generasi muda dari Indonesia berkesempatan untuk menempuh pendidikan di Jerman, mulai dari pendidikan kejuruan hingga program doktoral. Renata mencatat bahwa gelombang kedatangan baru-baru ini dipicu oleh kebijakan kerja sama di bidang teknologi dan beasiswa yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia, sehingga membuka peluang bagi anak-anak Indonesia untuk belajar di luar negeri. Fenomena ini pun berkontribusi terhadap jumlah warga Indonesia yang terus meningkat, yang kini didominasi oleh generasi ketiga dan keempat.
Data dari KJRI Hamburg menunjukkan bahwa hingga akhir Agustus 2024, jumlah masyarakat Indonesia di wilayah kerja KJRI mencapai 6.655 orang, dengan tren yang menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Komposisi tersebut menampilkan variasi dalam latar belakang, di mana sebagian besar adalah pelajar atau mahasiswa, diikuti oleh ibu rumah tangga dan karyawan profesional. Tercatat juga ada sejumlah dosen, dokter, perawat, koki, hingga pensiunan yang memilih menetap di Jerman.
Ancaman dan tantangan dalam berbaur dengan masyarakat lokal tidak dapat diabaikan. Namun, banyak WNI merasa bahwa mereka diterima dengan baik oleh warga Jerman. Salah satu warga Indonesia di Hamburg, Abib, menegaskan bahwa komunitas Indonesia secara rutin mengadakan pertemuan dan silaturahmi baik di KJRI maupun di kediaman anggota komunitas lainnya. Ini menunjukkan bahwa kepercayaan dan saling pengertian antara masyarakat Indonesia dan Jerman semakin terbentuk.
Dalam konteks sosial budaya, KJRI Hamburg berperan sebagai penghubung antara masyarakat Indonesia dan Jerman. Selain menyebarluaskan informasi mengenai budaya dan nilai-nilai dari Indonesia, kegiatan yang melibatkan seniman, serta acara kebudayaan lainnya diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan penghargaan di kalangan banyak orang terhadap keberadaan masyarakat Indonesia di Jerman. Dalam kegiatan tersebut, Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia turut diperkenalkan dan diaplikasikan sebagai pedoman dalam berinteraksi dengan berbagai lapisan masyarakat.
Dari segi ekonomi, wilayah kerja KJRI Hamburg memiliki karakteristik yang unik dan potensi besar. Keempat negara bagian di Jerman Utara dan Barat Laut yang menjadi area kerja KJRI, seperti Hamburg dan Bremen, dikenal dengan keunggulan di sektor industri penerbangan, kemaritiman, otomotif, serta energi baru dan terbarukan. Aktivitas ekonomi di wilayah ini menciptakan peluang kerja dan kolaborasi yang juga dirasakan oleh masyarakat Indonesia, baik yang telah lama menetap maupun yang baru datang. Pekerja Indonesia yang berada di sektor-sektor tersebut tidak hanya terlibat dalam jalur bisnis, tetapi juga membawa serta nilai-nilai Pancasila dalam interaksi sehari-hari.
Keberadaan masyarakat Indonesia di Jerman menciptakan jaringan sosial yang saling mendukung dan memperkuat identitas budaya. Dengan pengamalan Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan, masyarakat Indonesia di Jerman tidak hanya menjadi duta budaya yang memperkenalkan Indonesia, tetapi juga menjalin hubungan harmonis dengan masyarakat lokal. Nilai toleransi, keadilan, dan persatuan yang terkandung dalam Pancasila dapat menjadi jembatan untuk membangun komunikasi efektif dengan warga Jerman.
Dengan terus menanamkan dan menerapkan nilai-nilai Pancasila, diharapkan warga Indonesia yang berada di Jerman dapat memperkuat posisi mereka di tengah masyarakat Jerman. Persepsi yang baik tentang masyarakat Indonesia menjadi modal sosial penting dalam membangun kemitraan yang saling menguntungkan antara kedua negara. Ini bukan hanya bermanfaat bagi individu atau komunitas, tetapi juga bagi bangsa, baik dalam konteks diplomasi maupun ekonomi. Dalam jangka panjang, keselarasan antara nilai-nilai yang dijunjung di tanah air dengan praktik kehidupan di luar negeri dapat meningkatkan citra Indonesia sebagai negara yang berbudaya dan terbuka terhadap interaksi global.