Pendidikan

Tak Cuma Manusia, Ternyata Beberapa Hewan Juga Menstruasi, Ini Faktanya!

Siklus menstruasi bukanlah fenomena yang hanya dimiliki oleh manusia. Ternyata, terdapat sejumlah hewan yang juga mengalami menstruasi. Penelitian yang dipimpin oleh Deena Emera, seorang ahli biologi evolusi di Buck Institute for Research on Aging, menunjukkan bahwa sekitar 85 spesies mamalia, yang merupakan kurang dari 2 persen dari total mamalia, memiliki siklus menstruasi. Sebagian besar dari spesies tersebut adalah primata, termasuk kerabat dekat manusia seperti simpanse (Pan troglodytes) dan bonobo (Pan paniscus).

Selain primata, siklus menstruasi juga ditemukan pada beberapa spesies kelelawar, tikus gajah, dan yang terbaru adalah tikus berduri (Acomys cahirinus). Emera menjelaskan bahwa meskipun hewan-hewan ini tidak semuanya berkerabat dekat, fitur menstruasi ini kemungkinan besar berevolusi secara konvergen, yang menunjukkan adanya manfaat evolusioner dalam sifat ini. Ini mengisyaratkan bahwa ada alasan biologis yang kuat mengapa menstruasi muncul di berbagai spesies.

Dalam penelitian ini, Emera juga menjelaskan bahwa di luar hewan-hewan yang mengalami menstruasi, terdapat spesies lain yang juga mengeluarkan darah melalui organ reproduksinya, seperti anjing. Namun, pendarahan pada anjing disebabkan oleh faktor yang berbeda dari menstruasi. Pada hewan yang mengalami estrus atau berahi, peningkatan kadar hormon estrogen saat mereka subur menyebabkan pembuluh darah di dalam vagina membesar, sehingga sedikit darah bocor keluar.

Proses Menstruasi pada Hewan

Menstruasi terjadi akibat kombinasi dari hormon estrogen dan progesteron. Progesteron adalah hormon penting yang diperlukan untuk mempertahankan kehamilan. Pada hewan yang mengalami menstruasi, progesteron mulai meningkat dengan harapan terjadi kehamilan. Sebelum hormon ini meningkat, peningkatan estrogen menyebabkan lapisan rahim menebal dan pembuluh darah baru berkembang.

Apabila kehamilan tidak terjadi, kadar progesteron menurun dan lapisan rahim yang telah bersiap untuk kehamilan akan luruh dalam bentuk darah haid dan jaringan lainnya. Emera menekankan bahwa pada mamalia yang tidak mengalami menstruasi, perubahan ini tidak terjadi sampai betina hamil, yang menunjukkan bahwa ada perbedaan mendasar dalam cara hewan bereproduksi.

Pertanyaan Evolusi Menstruasi

Perdebatan tentang mengapa menstruasi terjadi masih terbuka. Emera menambahkan bahwa pertanyaan yang lebih relevan mungkin adalah, "Mengapa kita mempersiapkan rahim kita untuk kehamilan bahkan sebelum kehamilan tersebut terjadi?" Hingga saat ini, penelitian belum memberikan jawaban pasti namun beberapa faktor mungkin terlibat.

Salah satu penjelasan yang diajukan adalah bahwa hewan-hewan yang mengalami menstruasi, seperti manusia dan primata lainnya, melahirkan anak yang lebih kecil dalam jumlah yang relatif sedikit. Sebagai contoh, manusia, primata, kelelawar, dan tikus gajah biasanya hanya memiliki satu anak per kelahiran, sementara tikus berduri memiliki satu hingga empat anak dalam setiap kehamilan, yang jauh lebih sedikit dibandingkan sebagian besar spesies tikus lainnya.

Masa Kehamilan yang Lebih Lama

Hewan-hewan yang mengalami menstruasi ini juga cenderung memiliki masa kehamilan yang lebih panjang dibandingkan dengan hewan yang tidak mengalami menstruasi. Tikus berduri, misalnya, memiliki masa kehamilan yang hampir dua kali lipat dibandingkan dengan spesies tikus lainnya. Pengorbanan waktu dan energi yang besar dalam menghasilkan sedikit keturunan ini menunjukkan bahwa hewan-hewan yang mengalami menstruasi hidup dalam lingkungan di mana kelangsungan hidup keturunan mereka sangat penting dan perlu mendapat perhatian khusus.

Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa saat lapisan rahim bersiap untuk kehamilan, lapisan ini dapat mendeteksi isyarat kimiawi yang dikeluarkan oleh embrio, yang meningkatkan atau menurunkan peluangnya untuk berhasil tertanam. Ini berarti bahwa langkah-langkah penjaminan kualitas ini terjadi lebih awal pada hewan-hewan yang mengalami menstruasi dibandingkan dengan mamalia lainnya.

Penyimpanan Sperma dan Menstruasi

Robert Martin, seorang pensiunan ahli biologi evolusi, mengemukakan hipotesis bahwa menstruasi mungkin berfungsi dalam konteks penyimpanan sperma. Dia menjelaskan bahwa kelelawar, misalnya, dapat menyimpan sperma di dalam saluran reproduksi mereka hingga 200 hari sebelum pembuahan. Namun, ketika sperma tersimpan terlalu lama, mereka dapat mengalami degradasi yang berpotensi menyebabkan masalah kromosom jika mereka membuahi sel telur. Dalam konteks ini, menstruasi mungkin memberikan cara bagi hewan untuk membuang sperma yang sudah tua dan memberikan ruang bagi sperma yang lebih baru dan lebih kuat.

Meskipun terdapat sejumlah teori yang membahas tentang mengapa menstruasi terjadi, tidak ada satu pun teori yang bisa dibuktikan secara definitif dengan bukti konkret. Martin menekankan perlunya penelitian lebih lanjut mengenai menstruasi, baik pada manusia maupun hewan lainnya. Dia menilai bahwa "hanya ada sedikit penelitian, tapi ada begitu banyak aplikasi praktis" dari pemahaman yang lebih dalam mengenai fenomena ini.

Dengan demikian, sistem reproduksi yang lebih kompleks dan unik pada beberapa spesies hewan yang mengalami menstruasi membuka jendela baru tentang bagaimana evolusi membentuk perilaku reproduksi di berbagai spesies. Kehadiran dan keberadaan menstruasi pada hewan memberi petunjuk berharga mengenai hubungan evolusi antara spesies dan bagaimana adaptasi lingkungan dapat mempengaruhi cara makhluk hidup berkembang biak.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button