Otomotif

Tak 100%, Donald Trump ‘Terpaksa’ Sepakat dengan Ide Kendaraan Listrik Elon Musk

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini membuat pernyataan yang cukup menarik terkait dukungannya terhadap kendaraan listrik, sebuah langkah yang tampaknya bertentangan dengan pandangannya sebelumnya. Dalam beberapa kesempatan, Trump mengaku "terpaksa" mendukung ide kendaraan listrik yang digagas oleh CEO Tesla, Elon Musk. Pernyataan ini muncul dalam konteks menjelang pemilihan presiden 2024, di mana dukungan Musk bisa jadi dianggap penting untuk menarik suara.

Trump menyatakan ketidakpuasannya terhadap beberapa agenda lingkungan yang didorong oleh pemerintahan Joe Biden, tetapi ia merasakan ada kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan tren yang berkembang di industri otomotif saat ini. "Saya mendukung mobil listrik. Saya harus mendukungnya karena, Anda tahu, Elon sangat mendukung saya," ungkap Trump dalam sebuah rapat umum di Atlanta, Georgia baru-baru ini. Dalam situasi politik yang penuh persaingan ini, dukungan Musk bisa menjadi nilai tambah yang signifikan bagi kampanye Trump.

Namun, meskipun menyebutkan dukungan ini, Trump tetap skeptis terhadap gagasan kendaraan listrik secara keseluruhan. Ia menjelaskan bahwa dukungannya terhadap kendaraan listrik hanya sebagai "bagian kecil" dari industri otomotif yang lebih luas. Dengan tegas, Trump menekankan pentingnya keberadaan mobil berbahan bakar gas dan hibrida dalam campuran tersebut. "Anda ingin memiliki mobil bertenaga gas, Anda ingin memiliki mobil hibrida," tambahnya. Sikap ini menunjukkan bahwa meskipun ia mengakui tren kendaraan listrik, ia tetap berpegang pada pandangan tradisional perihal sumber bahan bakar untuk kendaraan.

Berdasarkan laporan dari Business Insider yang mengutip ucapan Trump di berbagai kesempatan, terdapat ketidakkonsistenan signifikan dalam perkiraannya mengenai biaya pemasangan pengisi daya kendaraan listrik di seluruh negeri. Pada konferensi Bitcoin bulan Juli lalu, Trump memperkirakan biaya ini dapat mencapai USD12 triliun, sementara dalam rapat umum di North Carolina pada akhir Juli, perhitungannya turun menjadi USD5 triliun. Di Atlanta, harga ini merangkak naik lagi ke USD9 triliun. Ketidakpastian ini menyoroti tantangan besar dalam transisi menuju kendaraan listrik di AS, terutama dalam hal infrastruktur pendukung yang diperlukan.

Di sisi lain, Trump berjanji akan membalikkan beberapa kebijakan pemerintahan saat ini yang terkait dengan energii terbarukan dan kendaraan listrik. "Kami akan menghentikan ‘Penipuan Baru Ramah Lingkungan’ dan saya akan mengakhiri mandat kendaraan listrik Biden/Harris sejak hari pertama, itu akan berakhir," tegasnya. Dengan pernyataannya ini, Trump terlihat berusaha mengkonsolidasikan dukungan dari para pemilih yang pro-industri tradisional, sambil tetap berusaha menciptakan citra yang lebih modern dengan menyentuh isu kendaraan listrik.

Perkembangan ini menjadi sorotan karena menunjukkan bagaimana politik dan industri otomotif saling berinteraksi. Dukungan dari tokoh-tokoh seperti Elon Musk dapat menjadi indikator kekuatan dan potensi perubahan arah kebijakan jika Trump terpilih kembali. Pesan ini jelas ditujukan kepada para pendukungnya yang memiliki pandangan beragam terkait isu lingkungan dan teknologi kendaraan. Di satu sisi, ada yang mendukung kendaraan listrik sebagai masa depan mobilitas, sedangkan di sisi lain ada yang memperjuangkan keberadaan teknologi otomotif yang lebih tradisional.

Sebagai CEO Tesla dan pengusaha berpengaruh di sektor teknologi, Elon Musk memiliki pengaruh besar dalam bentuk opini publik dan kebijakan nasional yang berkaitan dengan kendaraan listrik. Dukungan Musk untuk Trump bisa jadi menjadi titik tolak bagi pergeseran pandangan Trump terhadap kendaraan listrik, meski tren yang lebih luas menuju transisi energi terbarukan bertentangan dengan banyak kebijakan dan pandangannya selama ini.

Adalah menarik untuk melihat bagaimana ini akan berkembang dalam beberapa bulan mendatang menjelang pemilihan presiden. Dukungan terhadap kendaraan listrik dari sebuah kandidat yang sebelumnya dikenal sebagai tokoh yang skeptis terhadap perubahan iklim mencerminkan kondisi politik yang dinamis dan penuh ambivalensi. Dengan mengadopsi retorika yang ambigu, Trump tampaknya berusaha menjangkau berbagai kalangan pemilih untuk memastikan suara dukungan yang lebih luas.

Sebagai kesimpulan sejauh ini, keputusan Trump untuk menyatakan dukungan, meskipun terbatas, terhadap kendaraan listrik menunjukkan adanya dinamika baru dalam politik AS menjelang pemilihan mendatang. Ia menghadapi tantangan antara cukup mengakomodasi kekuatan baru dalam industri otomotif, seperti kendaraan listrik, sambil tetap mempertahankan basis pemilih yang lebih konservatif yang mendorong kebijakan pro-fosil. Pertarungan ide ini akan menjadi aspek menarik untuk diikuti dalam perkembangan politik AS ke depan.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button