Rumah produksi Heart Pictures tengah bersiap meluncurkan film horor berjudul Dowa Juseyo, yang berarti "Tolong saya" dalam bahasa Korea. Film ini bukan hanya sekadar karya horor biasa, melainkan sebuah narasi yang mengangkat isu serius tentang perundungan dan pelecehan, serta perjuangan korban untuk mendapatkan keadilan. Disutradarai oleh Erick Mulyono dan ditulis oleh Nucke Rachma, film ini menunjukkan komitmen Heart Pictures untuk menghadirkan cerita yang tidak hanya menarik tetapi juga bermakna untuk penonton.
Proses syuting Dowa Juseyo dilakukan di Korea Selatan, menambah keunikan film ini dengan melibatkan aktor dari negara tersebut. Bintang-bintang yang turut berpartisipasi dalam film ini termasuk Saskia Chadwick, Cinta Brian, Dito Darmawan, Aruma Khadijah, dan William Robert. Selain itu, film ini juga menampilkan Kim Geba, seorang Youtuber dari Korea, serta Kin Seoyoung, yang menambah warna dalam berbagai karakter di dalamnya.
Mengangkat tema yang sensitif dan relevan, Nucke Rachma menjelaskan bahwa film ini bertujuan untuk menggugah kesadaran masyarakat mengenai masalah pelecehan. "Cerita ini tentang korban pelecehan yang berupaya mencari keadilan," ungkap Nucke. Ini menunjukkan bahwa selain memberikan hiburan, film ini berusaha memberi pesan social yang kuat kepada penonton tentang dampak dari tindakan kejam tersebut.
Heart Pictures, yang dipimpin oleh Herty Purba sebagai CEO dan pendiri, adalah pemain baru dalam industri film Indonesia, namun Herty bukanlah sosok asing dalam dunia hiburan. Sebelumnya, dia menjabat sebagai petinggi di stasiun televisi dan berkontribusi dalam produksi acara-acara besar, termasuk menjadi Direktur Ceremony Asian Games 2018. Dengan latar belakang ini, Herty mengungkapkan harapannya untuk membuat film-film nasional yang menarik dengan tetap mempertahankan kualitas dan ciri khas lokal.
"Kami ingin membuat film-film nasional dengan cerita menarik namun berbeda dan tetap disukai penonton. Penggarapan produksinya juga all out, menggandeng sineas senior dan sineas-sineas muda berbakat," kata Herty. Dia berharap bahwa Dowa Juseyo akan menjadi langkah awal yang baik bagi Heart Pictures untuk masuk ke industri film dengan komitmen terhadap kualitas dan inovasi.
Film horor ini juga menjadi sangat relevan saat ini, mengingat banyaknya kasus pelecehan yang terjadi di masyarakat. Keberanian untuk menampilkan tema ini dalam bentuk film menunjukkan bahwa industri film memiliki peran penting dalam mengangkat isu sosial dan memberikan perhatian terhadap masalah yang sering kali terabaikan. Dengan adanya film seperti ini, diharapkan akan ada lebih banyak diskusi tentang bagaimana masyarakat dapat melindungi korban dan mencegah tindakan serupa terjadi di masa depan.
Lebih jauh, Heart Pictures tidak hanya berfokus pada genre horor. Herty menyatakan bahwa mereka berencana untuk memproduksi beberapa film dalam berbagai genre di masa mendatang, termasuk kolaborasi dengan berbagai produser dan sineas yang memiliki ide brilian. "Kami berencana memproduksi 3-4 judul film ke depan. Ide sedang digodok dan kami mengajak produser film lainnya serta sineas-sineas yang memiliki ide cemerlang," ungkap Herty.
Melihat pencapaian luar biasa film-film Indonesia yang berhasil meraih total 60 juta penonton sepanjang tahun 2024, optimisme Herty tentang masa depan industri film Indonesia sangat beralasan. Heart Pictures ingin ikut serta dalam meramaikan pasar film domestik dengan standar kualitas yang baik dan cerita yang berbobot.
Dengan menggunakan pengalaman dan keahlian yang dimiliki oleh Herty dan tim, Dowa Juseyo diharapkan dapat menyajikan kualitas sinematografi yang menarik dan menggugah rasa ingin tahu penonton. Erick Mulyono juga menekankan pentingnya elemen sinematografi dalam karya ini, menyatakan, "kami berusaha menggarapnya dengan baik."
Penggarapan film ini tidak hanya menuntut kerja keras dari para pemain dan kru, tetapi juga membangkitkan semangat kolaborasi antara seni film Indonesia dengan Korea Selatan. Ini menunjukkan bahwa batasan geografis dalam industri film semakin kabur dan bahwa kolaborasi internasional dapat menghasilkan karya-karya yang lebih beragam dan berkualitas.
Dalam konteks industri film yang terus berkembang, Dowa Juseyo tidak hanya menjadi bukti keberanian untuk mengangkat isu sensitif, tetapi juga karya yang menjanjikan di antara karya-karya film Indonesia mendatang. Penonton diharapkan tertarik untuk menyaksikan tidak hanya aspek horor yang ditawarkan, tetapi juga kedalaman cerita yang berusaha menyentuh hati dan pikiran mereka.
Dengan memfokuskan pada isu yang relevan dan membangun sinergi antara budaya film Indonesia dan Korea, Heart Pictures berambisi untuk memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan industri film nasional. Semoga film ini tidak hanya sekadar menakut-nakuti, tetapi juga menyentuh kesadaran kolektif tentang isu-isu penting yang dihadapi masyarakat saat ini.