Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut 1, Suswono, mengungkapkan rencana ambisius untuk memasukkan budaya Betawi ke dalam kurikulum pendidikan di Jakarta. Inisiatif ini adalah bagian dari komitmennya dalam melestarikan kebudayaan Betawi, yang merupakan warisan lokal yang kaya, sekaligus memperkuat identitas Jakarta sebagai kota multicultural. Dalam acara debat pertama calon gubernur dan wakil gubernur yang berlangsung di Jakarta International Expo (JIExpo) pada 7 Oktober 2024, Suswono menyatakan, "Kami akan berkomitmen dengan gerakan membangun kebudayaan (Gerbang) Betawi tentu harus diawali dengan pendidikan. Tentu akan dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan sejak dini karena ini bagian dalam melestarikan kebudayaan."
Pernyataan tersebut mencerminkan pemahaman Suswono tentang pentingnya pendidikan sebagai fondasi dalam mendidik generasi muda tentang nilai-nilai dan tradisi yang terkandung dalam budaya Betawi. Dengan memasukkan elemen budaya lokal ke dalam sistem pendidikan, diharapkan anak-anak Jakarta dapat lebih mengenal dan mencintai budaya mereka sendiri, serta terlibat aktif dalam pelestariannya di masa depan. Selain itu, langkah ini juga menjadi strategi untuk mengatasi generasi yang semakin kurang terhubung dengan tradisi mereka.
Regenerasi Melalui Lembaga Adat
Lebih lanjut, Suswono menekankan perlunya menghidupkan kembali lembaga adat yang ada di Jakarta. Lembaga adat berfungsi sebagai medium dalam mempertahankan dan menyebarkan nilai-nilai budaya Betawi kepada masyarakat. "Eksistensi lembaga adat perlu dihidupkan kembali agar ada regenerasi yang akan meneruskan melestarikan kebudayaan Betawi,” ujarnya. Melalui upaya tersebut, diharapkan akan terbentuk generasi yang lebih sadar akan identitas budaya mereka.
Dalam konteks ini, Suswono juga berjanji untuk menjaga dan merawat situs serta cagar budaya yang ada di Jakarta. Menurutnya, Jakarta saat ini tidak memiliki ciri khas yang kuat, dan penting untuk mengembalikan simbol-simbol budaya Betawi di tempat-tempat yang strategis. "Jakarta ini kota yang hampir sama dengan kota besar yang lain, tidak ada ciri khasnya. Oleh karena itu, nanti akan kita tampilkan simbol-simbol budaya Betawi di tempat-tempat yang memungkinkan," tambahnya.
Isu pelestarian budaya ini bukan tanpa alasan. Kota Jakarta, sebagai ibu kota negara, menghadapi tantangan dalam mempertahankan identitas lokalnya di tengah arus globalisasi yang semakin kuat. Dengan fokus pada budaya Betawi, Suswono berusaha menemukan jalan untuk tetap menjaga keanekaragaman budaya sekaligus membangun nilai-nilai kebersamaan di antara warganya.
Debat Pilkada DKI Jakarta 2024
Pernyataan Suswono disampaikan dalam konteks dari debat perdana yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta, yang mempertemukan tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Debat tersebut mengangkat tema “Penguatan SDM dan Transformasi Jakarta menjadi Kota Global”, yang diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna imbas bagi pemilih menjelang pemungutan suara yang akan dilaksanakan pada 27 November 2024.
Para peserta debat, selain Ridwan Kamil-Suswono (RIDO), adalah Dharma Pongrekun-Kun Wardana (Dharma-Kun) dan Pramono Anung-Rano Karno (Pram-Doel). Debat tersebut dimaksudkan untuk memberikan platform bagi masing-masing calon untuk memaparkan visi dan misi mereka, termasuk dalam hal pengembangan budaya lokal. Sesuai rencana, KPU DKI Jakarta akan menggelar dua tahap debat berikutnya, yaitu pada 27 Oktober dan 17 November 2024.
Pentingnya Kesadaran Budaya
Melalui inisiatif ini, Suswono berharap bisa menciptakan masyarakat yang lebih menghargai warisan budaya mereka, sekaligus membangun rasa bangga akan identitas lokal. Membangun kesadaran akan budaya Betawi tidak hanya penting untuk pelestarian warisan yang telah ada, melainkan juga berpotensi menyatukan masyarakat dengan latar belakang yang beragam.
Program penguatan identitas ini juga sejalan dengan banyak upaya yang saat ini dilakukan di berbagai daerah di Indonesia untuk melestarikan budaya lokal di tengah globalisasi yang semakin pesat. Dalam konteks ini, pendidikan diharapkan dapat berfungsi tidak hanya sebagai penerus tradisi, tetapi juga sebagai alat untuk memperkuat integrasi sosial di masyarakat yang multikultural seperti Jakarta.
Dengan langkah-langkah konkrit yang diusulkan oleh Suswono, harapannya adalah masyarakat Jakarta akan memiliki tempat untuk menghargai dan merayakan kekayaan budaya Betawi. Ini juga dapat menjadi contoh bagi daerah lain tentang bagaimana budaya lokal dapat diintegrasikan ke dalam pendidikan dan kehidupan sehari-hari.
Melihat dari pendekatan ini, pelibatan komunitas dalam proses penyusunan kurikulum jadi kunci utama, agar materi yang dihadirkan di sekolah-sekolah benar-benar relevan dan menarik bagi generasi muda. Ini juga membuka peluang bagi para seniman dan budayawan Betawi untuk berkolaborasi dengan institusi pendidikan dalam menyajikan materi yang hidup dan dekat dengan hati anak-anak.
Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi kota metropolitan ini, usaha untuk melestarikan budaya lokal melalui pendidikan menunjukkan komitmen yang kuat untuk menghargai warisan sejarah sambil membangun masa depan yang lebih inklusif. Rencana ini menandakan awal dari upaya transformasi Jakarta menjadi sebuah kota yang tidak hanya maju, tetapi juga menghargai dan merayakan keragamannya.