Gaya Hidup

Superbugs Ancam Bunuh 39 Juta Orang Hingga Tahun 2050, Waspadai Bahaya Resistensi Antibiotik!

Superbugs Ancam Membunuh 39 Juta Orang Hingga Tahun 2050

Laporan terbaru dari Global Research on Antimicrobial Resistance (Gram) Project menunjukkan bahwa superbug, atau bakteri yang resisten terhadap obat, diprediksi akan menyebabkan lebih dari 39 juta kematian di seluruh dunia sebelum tahun 2050. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal terkemuka, Lancet, merupakan analisis global pertama yang memeriksa tren resistensi antimikroba (AMR) dari tahun ke tahun.

Pemeriksaan data dari 204 negara dan wilayah menunjukkan gambaran mengkhawatirkan mengenai dampak AMR, terutama pada populasi lanjut usia. Menurut laporan tersebut, 1,91 juta orang diperkirakan akan meninggal setiap tahunnya akibat resistensi antimikroba, sebuah angka yang meningkat signifikan dari 1,14 juta kematian pada tahun 2021.

Ancaman Kesehatan Global

Dr. Mohsen Naghavi, penulis utama studi dan peneliti di Institute of Health Metrics (IHME) Universitas Washington, menegaskan bahwa resistensi terhadap antimikroba menjadi masalah kesehatan global yang berkembang. "Temuan ini menunjukkan bahwa AMR telah menjadi ancaman kesehatan yang signifikan selama beberapa dekade dan ancaman ini terus meningkatkan kekhawatiran di seluruh dunia," ujar Naghavi dalam sebuah wawancara.

Kematian prediksi ini didasarkan pada tren peningkatan infeksi akibat bakteri yang berevolusi, membuat obat yang biasanya efektif tidak lagi berfungsi. Hal ini sangat mengkhawatirkan mengingat peran penting pencarian dan pengembangan antibiotik baru dalam pengobatan modern.

Dari hasil analisis juga ditemukan bahwa ada jutaan kematian yang sebenarnya bisa dicegah melalui pencegahan infeksi yang lebih baik dan peningkatan akses terhadap layanan kesehatan, termasuk vaksinasi dan perawatan yang lebih memadai untuk infeksi.

Faktor Penentu Kelompok Usia

Meskipun angka kematian akibat resistensi obat menurun di kalangan anak-anak, yang disebabkan oleh meningkatnya vaksinasi dan sanitasi, hal sebaliknya terjadi pada kelompok usia lebih tua. Penelitian menunjukkan bahwa kematian akibat AMR di kalangan orang berusia di atas 70 tahun meningkat 80% dalam tiga dekade terakhir. Pada tahun 2050, dengan proyeksi meningkat hingga 146%, diperkirakan akan mencapai 1,3 juta kematian.

Dr. Tomislav Meštrović, asisten profesor di University North di Kroasia, mengungkapkan bahwa populasi yang menua berkontribusi pada tren peningkatan kematian ini. "Sekitar tiga perempat dari infeksi AMR terjadi di rumah sakit, di mana orang tua sering kali memerlukan perawatan intensif," jelasnya. Peningkatan penyakit kronis seperti diabetes dan jantung di kalangan orang lanjut usia membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi, dan efektivitas vaksinasi juga menurun seiring bertambahnya usia.

Dampak Regional yang Berbeda

Analisis ini menunjukkan bahwa dampak superbug tidak merata di seluruh dunia. Negara-negara di Asia Selatan seperti India, Pakistan, dan Bangladesh, serta wilayah lain di Asia dan Afrika sub-Sahara, diproyeksikan akan mengalami jumlah kematian tertinggi akibat AMR. Tempat-tempat ini juga menghadapi tingkat pertumbuhan AMR yang sangat tinggi dan akan mendapatkan manfaat terbesar dari peningkatan perawatan infeksi dan akses terhadap antibiotik.

Kematian akibat AMR di negara-negara tersebut dapat dipicu oleh kurangnya infrastruktur kesehatan yang memadai dan praktik penggunaan antibiotik yang tidak tepat, yang semakin memperburuk situasi.

Langkah Ke Depan

Melihat fenomena ini, para pemimpin global dijadwalkan untuk bertemu di sidang umum PBB di New York bulan ini untuk membahas masalah resistensi antimikroba. Mereka diharapkan dapat menegaskan kembali deklarasi politik yang menyerukan tindakan lebih besar terhadap AMR. Aktivis kesehatan berharap tindakan ini akan menyertakan target untuk mengurangi kematian akibat AMR sebesar 10% pada tahun 2030.

Studi ini melibatkan lebih dari 500 peneliti dari berbagai institusi di seluruh dunia dan menunjukkan penurunan signifikan dalam kematian akibat AMR di kalangan anak-anak di bawah usia 5 tahun — dari 488.000 kematian pada tahun 1990 menjadi 193.000 pada tahun 2022. Hal ini menunjukkan efektivitas dari langkah-langkah pengendalian infeksi, tetapi jangan lupakan bahwa tantangan masih ada di kelompok usia lainnya.

Berdasarkan temuan ini, sangat jelas bahwa resistensi antimikroba adalah tantangan kesehatan yang tidak bisa diabaikan. Tindakan segera diperlukan untuk melindungi populasi rentan dan mencegah kemungkinan tragedi kesehatan global di masa mendatang.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button