Jakarta – Rahmania Astrini, penyanyi cantik yang sedang naik daun, mengungkapkan pandangannya yang menarik tentang kendaraan listrik dan mobil dengan modifikasi rendah atau "ceper" dalam sebuah bincang santai di Musik Medcom pada Jumat (30/8/2024). Astrini, yang terkenal berkat lagu "Aku Cinta Dia" yang dipopulerkan oleh Chrisye, secara tegas menyatakan dukungannya terhadap kendaraan listrik. Ia mengungkapkan, “Aku setuju dengan kendaraan elektrifikasi. Lebih murah (dari sisi bahan bakar) dan membuat lingkungan lebih friendly. Lebih convenient juga,” sambil tersenyum.
Meskipun demikian, Astrini juga menggarisbawahi kekurangan yang ada di infrastruktur kendaraan listrik di Indonesia. Menurutnya, akses terhadap kendaraan listrik belum merata dan lebih banyak dinikmati oleh segelintir orang yang memiliki privilege. “Soalnya charging station-nya harus diperhatikan. Pengisian daya masih harus di rumah. Kalau datang ke charging station umum (SPKLU), harus menunggu beberapa jam, kan susah. Menurutku sayangnya kendaraan listrik belum merata bisa dinikmati semua orang, padahal ini ide yang sangat baik,” paparnya.
Sebagai pengguna Honda HR-V, Astrini juga memiliki mobil impian, yaitu SUV dari Mercedes-Benz. Baginya, mobil besar memiliki daya tarik tersendiri dan terkesan “ganteng”. Ia menjelaskan preferensinya terhadap kendaraan, “Itulah sebabnya aku kurang suka mobil jenis sedan.” Meski suka dengan kendaraan besar, Vocalist ini juga mengutarakan ketertarikan pada mobil listrik yang lebih kecil tetapi tetap stylis, terutama kepada Wuling.
Dalam perbincangannya, ia menyinggung tipe Binguo EV dari Wuling yang sangat menarik perhatiannya. “Dia lucu tapi masih ganteng, gak terlalu kecil, bentuknya lucu. Aku pingin itu,” ungkapnya. Selain itu, Astrini juga tak ragu untuk mengaku bahwa dia menyukai mobil dari BYD, terutama model Seal. “Ganteng juga yang BYD yang Seal,” tambahnya.
Astrini kemudian berbagi pengalaman yang kurang meny愕kan saat mendampingi kakaknya yang memiliki mobil dengan modifikasi ceper. Ia mengingat peristiwa yang membuatnya takut ketika mobil harus melewati perlintasan kereta api. “Mobil kakak diceperin banget, jaman dulu waktu aku masih di Sekolah Dasar. Ibaratnya kalau mobil ceper, cuma muat satu helai kertas itu keren banget!” ujarnya dengan nada lucu.
Kekhawatiran muncul ketika lonceng peringatan kereta api berbunyi dan kakaknya harus menggeber mobilnya untuk menghindari tertabrak kereta. “Nah saat itu aku panik banget. Sejak saat itu aku tidak suka mobil yang dimodifikasi terlalu ceper,” kenangnya. Astrini menambahkan, ia tetap tidak masalah dengan modifikasi lain seperti penambahan audio atau ganti velg, tetapi saat kendaraan terlalu ceper, itu menjadi hal yang tidak berkenan baginya.
Selain kendaraannya, Astrini juga menyentuh mengenai etika berkendara di jalan. Ia mengamati perilaku beberapa pengemudi yang terkesan arogan, seperti membunyikan sirene di tengah kemacetan. “Kalau memang ada urgent banget, ya tidak apa-apa deh. Tapi kalau sekadar mau cepat, tidak urgent, kenapa sih tidak bareng-bareng saja merasakan kemacetan berkendara di jalan raya Jakarta yang memang kondisinya seperti ini?” celotehnya, menunjukkan kepeduliannya terhadap sesama pengguna jalan.
Astrini juga sering memanfaatkan transportasi umum, seperti kereta api, karena merasa nyaman tanpa harus terjebak kemacetan panjang. “Naik angkutan umum, contohnya kereta api, juga nyaman kok, kita tidak perlu berjam-jam merasakan kemacetan. Jauh lebih make sense, lebih enak,” jelasnya. Sikap ini menekankan bahwa meskipun dia menyukai kendaraan pribadi, ada alternatif lain yang lebih efisien di tengah masalah transportasi yang ada.
Dari pengalaman dan pandangannya, Astrini menunjukkan bahwa dukungannya pada kendaraan listrik tidak hanya berdasar pada aspek keberlanjutan lingkungan, tetapi juga pengalaman pribadi dan tantangan dalam penerapan di kehidupan sehari-hari. Percepatan infrastruktur listrik dan pendidikan bagi masyarakat tentang manfaat kendaraan ramah lingkungan menjadi kunci untuk meningkatkan adopsi teknologi ini di Indonesia, agar dapat dinikmati oleh semua kalangan, bukan hanya segelintir orang yang memiliki privilege.
Dengan senyum dan sikap optimisnya, Astrini melambangkan harapan generasi muda yang sadar akan pentingnya menggunakan teknologi ramah lingkungan sekaligus berpendapat tegas tentang hal-hal yang mereka sukai dan tidak. Dalam era modern ini, pandangan seperti Astrini sangat penting sebagai tonggak awal perubahan cara bertransportasi yang lebih berkelanjutan di masa depan.