Teknologi

Starlink Siap Kuasai Langit: Elon Musk Kendalikan 90% Internet Satelit Dunia pada 2025

SpaceX, perusahaan penerbangan luar angkasa yang didirikan oleh Elon Musk, membuat gebrakan signifikan dalam industri internet satelit dengan meluncurkan hampir 7.000 satelit Starlink hingga akhir Agustus 2024. Melalui data yang dirilis, Musk mengklaim bahwa pada tahun 2025, Starlink akan menguasai 90% pangsa pasar trafik internet berbasis satelit di seluruh dunia. Ini merupakan langkah yang berani dan ambisius, yang tidak hanya menjanjikan konektivitas global, tetapi juga memicu diskusi tentang dampaknya terhadap berbagai sektor.

Sejak pengumuman awalnya pada 2015, ketika Musk pertama kali memperkenalkan ide untuk jaringan internet satelit, proyek ini telah berkembang pesat. Dengan peluncuran yang terus-menerus, SpaceX kini mengoperasikan 6.321 satelit aktif yang mengorbit pada ketinggian sekitar 342 mil (550 kilometer) di atas permukaan Bumi. Angka tersebut menunjukkan bahwa Starlink tidak hanya tanggap terhadap permintaan akan layanan internet, tetapi juga berkomitmen untuk memenuhi tantangan yang ada dalam penyediaan konektivitas di daerah-daerah terpencil.

Musk menjelaskan bahwa Starlink adalah satu-satunya sistem internet dengan bandwidth tinggi yang dapat menjangkau setiap sudut bumi. Dalam sebuah unggahan di akun media sosialnya, Musk menyatakan bahwa jaringan Starlink akan “memberikan lebih dari 90% dari semua trafik internet menggunakan satelit pada tahun depan.” Pernyataan ini menunjukkan keyakinan SpaceX terhadap keunggulan teknologi dan kapasitas jaringan yang dimiliki.

Di sisi lain, proyek ambisius ini tidak hanya membawa manfaat. Beberapa astronom dan pengamat langit telah memperingatkan bahwa keberadaan satelit-satelit ini dapat mengganggu pengamatan astronomi. Hal ini disebabkan oleh jumlah satelit yang semakin banyak akan menciptakan cahaya dan gangguan yang menghambat observasi optik dan radio. Munculnya pendapat tersebut menuntut perlunya keseimbangan antara perkembangan teknologi dan pelestarian ilmu pengetahuan.

Melihat ke arah regulasi, SpaceX mendapatkan izin dari Komisi Komunikasi Federal (FCC) untuk meluncurkan hingga 12.000 satelit. Musk bahkan berencana untuk mengajukan dokumen tambahan yang memungkinkan peluncuran hingga 30.000 pesawat ruang angkasa lagi. Ini kini menjadi sorotan dengan perkiraan pasar konektivitas internet global yang bernilai mencapai US$1 triliun. Dengan potensi keuntungan yang besar, tidak heran jika SpaceX berinvestasi besar-besaran dalam infrastruktur ini.

Di pasar Indonesia, SpaceX juga mengadaptasi strateginya untuk menarik lebih banyak pelanggan. Baru-baru ini, perusahaan tersebut mengumumkan diskon harga perangkat sebesar 33%, menjadikannya Rp3,9 juta dari harga sebelumnya Rp5,9 juta. Diskon ini berlaku hingga 16 September 2024 dan menunjukkan komitmen mereka untuk memperluas jangkauan layanan. Meskipun harga perangkat turun, biaya layanan bulanan untuk Starlink masih dipatok di angka Rp750.000 dengan kuota tanpa batas, yang mungkin menjadi tantangan tersendiri bagi segmen pasar tertentu.

Dengan kehadiran Starlink, tantangan untuk penyedia layanan internet konvensional semakin nyata. Konektivitas yang lebih cepat dan luas menjadi daya tarik utama bagi pengguna, terutama di daerah yang selama ini kesulitan mendapatkan akses internet yang layak. Starlink berpotensi mengguncang pangsa pasar dengan inovasi dan teknologi yang ditawarkannya.

Namun, sepenuhnya memahami dampak dari keberadaan jaringan internet satelit seperti Starlink memerlukan lebih dari sekadar angka. Masalah sosial, ekonomi, dan bahkan politik bisa timbul dari dominasi satu perusahaan dalam sektor strategis seperti ini. Termasuk di dalamnya yaitu kemungkinan peningkatan kesenjangan digital, di mana masyarakat di negara-negara berkembang mungkin merasakan dampak yang lebih besar dibandingkan dengan negara maju.

Meskipun terdapat tantangan besar, langkah SpaceX untuk menguasai 90% internet satelit dunia menjelang 2025 menjadi perhatian utama dalam bidang teknologi dan bisnis global. Dengan ekspansi yang agresif dan komitmen untuk menyebarkan konektivitas ke lebih banyak lokasi, Elon Musk dan SpaceX seolah menyusun langkah untuk menjadikan Starlink sebagai pemain dominan dalam era baru komunikasi digital.

Dari aspek industri dan regulasi, perkembangan ini akan membutuhkan pengawasan yang ketat dari berbagai pihak. Pemerintah dan lembaga internasional mungkin perlu beradaptasi dengan cepat untuk menciptakan kerangka kerja yang memadai dalam menanggapi perubahan yang dibawa oleh inovasi ini. Dengan demikian, integrasi antara teknologi, hukum, dan sains menjadi sangat penting untuk mencapai tujuan bersama, yaitu konektivitas global yang inklusif dan berkelanjutan.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button