Dua serangan terpisah yang dilancarkan oleh militer Amerika Serikat (AS) di Suriah telah mengakibatkan tewasnya 37 anggota teroris, termasuk dari kelompok Islamic State (ISIS) dan afiliasi al-Qaeda, Hurras al-Din. Laporan ini disampaikan oleh Komando Pusat Militer AS (CENTCOM) pada akhir pekan lalu. Serangan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan AS dalam memerangi kelompok teroris yang masih aktif di wilayah tersebut.
Serangan pada 24 September dilaksanakan di Suriah barat laut, yang menargetkan kelompok militan di daerah tersebut. Dalam serangan ini, sembilan anggota teroris dilaporkan tewas, termasuk seorang pemimpin senior Hurras al-Din bernama Marwan Bassam ‘Abd-al-Ra’uf. Penangkapan atau pembunuhan pemimpin senior seperti ini dianggap penting dalam upaya melemahkan struktur komando kelompok teroris itu.
Sementara itu, serangan sebelumnya pada 16 September di Suriah tengah, difokuskan pada kamp pelatihan ISIS, menewaskan sedikitnya 28 orang. Dalam serangan ini, dilaporkan juga terdapat empat pemimpin senior ISIS yang menjadi target. Namun, rincian lebih lanjut mengenai identitas para militan yang tewas dalam serangan tersebut belum dirilis oleh CENTCOM.
Militer AS saat ini memiliki sekitar 900 tentara yang ditempatkan di Suriah sebagai bagian dari koalisi internasional yang dibentuk untuk melawan ISIS. Koalisi ini, yang dibentuk sejak tahun 2014, bertujuan untuk mengatasi kekuatan ISIS yang saat itu menguasai sebagian besar wilayah Irak dan Suriah.
Jenderal Michael Erik Kurilla, Komandan CENTCOM, menyatakan bahwa serangan terhadap pimpinan dan anggota ISIS serta Hurras al-Din ini merupakan bagian dari komitmen CENTCOM dalam mengalahkan organisasi teroris di wilayah tersebut. Dia menekankan pentingnya menjaga stabilitas di kawasan yang sering dilanda konflik. “Tindakan ini menunjukkan dedikasi kami untuk menegakkan keamanan dan stabilitas regional,” ujarnya.
Tindakan militer AS di Suriah tidak selalu tanpa risiko. Pasukan koalisi anti-ISIS telah menjadi sasaran puluhan serangan yang diluncurkan menggunakan pesawat nirawak (drone) dan roket baik di Irak maupun Suriah. Situasi di wilayah tersebut semakin kompleks dengan meningkatnya kekerasan terkait konflik di Gaza, yang banyak melibatkan berbagai kelompok bersenjata di Timur Tengah.
Untuk mengatasi ancaman ini, pasukan AS tidak hanya menunggu serangan, tetapi juga melaksanakan serangan balasan terhadap kelompok militan yang terkait, termasuk faksi-faksi yang beroperasi di Suriah dan Irak. Dalam rangkaian serangan yang lebih luas, pada bulan Agustus tahun ini, pasukan AS berhasil menewaskan pemimpin Hurras al-Din lainnya, Abu Abdul Rahman al-Makki, dalam sebuah operasi yang dilaksanakan di Suriah.
Keberadaan pasukan AS di Suriah dan serangan yang dilakukan terhadap kelompok-kelompok teroris merupakan upaya untuk tidak hanya melawan ISIS, namun juga untuk merespons dinamika gerakan militan yang aktif di kawasan tersebut. Meskipun banyak pihak menganggap kehadiran militer asing sebagai provokatif, pihak AS berpendapat bahwa keberadaan mereka penting untuk menjaga keamanan dan mencegah terorisme yang dapat berdampak lebih luas lagi.
Dalam konteks ini, serangan yang dilakukan oleh AS telah menimbulkan reaksi dari berbagai kelompok militansi dan komunitas internasional. Rangkaian serangan ini, meskipun bertujuan untuk menekan gerakan teroris, juga membawa serta risiko meningkatnya ketegangan dan kerusuhan di kawasan yang sudah rawan konflik.
Kedepannya, penting bagi koalisi internasional untuk terus mengevaluasi strategi dan taktik mereka dalam melawan terorisme di Suriah. Dengan adanya perubahan dalam dinamika konflik dan kelompok-kelompok yang muncul, strategi yang adaptif dan responsif menjadi sangat diperlukan untuk mencapai tujuan jangka panjang dalam mengatasi terorisme.
Laporan-laporan terbaru menunjukkan bahwa meskipun kekuatan ISIS telah berkurang secara signifikan sejak masa puncaknya, namun kelompok tersebut masih memiliki pengaruh yang cukup besar di berbagai wilayah, termasuk Suriah. Oleh karena itu, komitmen untuk melawan organisasi teroris ini, seperti yang ditunjukkan oleh CENTCOM melalui serangan terbaru, menjadi bagian integral dari operasi keamanan di kawasan, yang diharapkan dapat memberikan stabilitas di wilayah yang telah lama dilanda konflik ini.