Dunia

Serang Kedubes, Komandan Hizbullah yang Tewas: AS Gelar Operasi Pencarian Terhadap Pemimpin Terkait

Ibrahim Aqil, komandan operasi Hizbullah yang dikenal dengan perannya dalam serangan teroris di masa lalu, tewas dalam serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut pada 20 September 2024. Kematian Aqil, yang diincar oleh Amerika Serikat dengan hadiah sebesar USD7 juta atau sekitar Rp106 miliar, menandai langkah signifikan dalam konflik berkelanjutan di kawasan tersebut. Dalam dua serangan bom truk di Beirut pada tahun 1983, Aqil dituduh terlibat yang menewaskan lebih dari 300 orang, termasuk 63 korban di Kedutaan Besar Amerika Serikat dan 241 di barak Marinir AS.

Dua sumber keamanan di Lebanon telah mengonfirmasi bahwa Aqil, yang juga dikenal dengan alias Tahsin dan Abdelqader, ditemukan tewas selama pertemuan unit elite Radwan milik Hizbullah. Serangan tersebut merupakan bagian dari serangkaian serangan Israel yang meningkat terhadap Hizbullah, seiring dengan ketegangan yang meningkat di perbatasan setelah konflik di Gaza yang dimulai pada 7 Oktober. Sejak saat itu, serangan mematikan dan penyanderaan oleh Hamas, yang juga merupakan sekutu Hizbullah, telah memicu respons keras dari Israel, termasuk penargetan para pemimpin militer kelompok tersebut.

Latar belakang Ibrahim Aqil menunjukkan perjalanan panjangnya dalam dunia milisi yang sangat dipengaruhi oleh geopolitik kawasan. Lahir di desa Beqaa, Lebanon sekitar tahun 1960, Aqil memulai karirnya sebagai anggota gerakan politik Syiah Amal sebelum beralih ke Hizbullah, di mana ia menjadi salah satu anggota pendiri. Sebagai anggota Dewan Jihad, yang merupakan badan militer tertinggi Hizbullah, Aqil memainkan peran penting dalam mengubah Hizbullah dari kelompok milisi kecil menjadi organisasi militer dan politik yang paling berpengaruh di Lebanon. Upaya ini berkontribusi pada pengusiran Israel dari selatan Lebanon pada tahun 2000 dan pertempuran kembali pada tahun 2006.

Amerika Serikat secara resmi menuduh Aqil terlibat dalam pengeboman yang menargetkan kepentingan AS di Lebanon pada tahun 1980-an. Penyerangan terhadap kedutaan besar pada April 1983 menjadi salah satu yang paling mematikan, di mana 63 orang kehilangan nyawa. Enam bulan setelah penyerangan tersebut, barak Marinir AS juga menjadi target, yang mengakibatkan 241 orang tewas. Tindakannya di masa lalu mendorong pihak berwenang Amerika memasukkan Aqil dalam daftar Teroris Global yang Ditunjuk Khusus pada tahun 2019.

Kematian Aqil turut menambah daftar panjang pemimpin Hizbullah yang tewas akibat serangan Israel. Sebelumnya, kematian Fuad Shukr pada bulan Juli dianggap sebagai pukulan besar bagi struktur komando Hizbullah. Seperti halnya Shukr, Aqil tidak hanya dianggap sebagai pemimpin militer tetapi juga simbol dari pertahanan terhadap invasi Israel. Berdasarkan laporan AFP, pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah, yang secara terbuka mengkritik tindakan Israel, berpendapat bahwa beberapa serangan yang mengakibatkan kematian di masa lalu dilakukan oleh kelompok kecil yang tidak terafiliasi.

Dalam konteks yang lebih luas, ketegangan di Lebanon dan perbatasannya dengan Israel terpengaruh oleh situasi di Gaza. Penyerangan yang dilancarkan oleh Hamas pada bulan Oktober dan respons Israel yang intensif telah memperburuk kondisi keamanan di kawasan. Dengan mengincar pemimpin-pemimpin utama Hizbullah, Israel tampaknya ingin melemahkan kemampuan kelompok ini untuk melakukan serangan serta mempengaruhi kekuatan politiknya di Lebanon.

Perang yang berlangsung di kawasan ini tidak hanya berkisar pada ketegangan antar-kelompok, tetapi juga melibatkan peran negara-negara besar seperti Iran dan Amerika Serikat, yang memiliki kepentingan yang bertentangan. Hizbullah, yang didukung oleh Iran, berada di titik sentral konflik ini. Tak hanya berjuang melawan Israel, kelompok ini juga terlibat dalam berbagai konflik regional, termasuk di Suriah dan Yemen, menjadikannya salah satu kekuatan militer non-negara terkuat di dunia.

Kematian Ibrahim Aqil akan memberikan dampak signifikan bagi Hizbullah, baik secara struktural maupun operasional. Pukulan terhadap struktur komando ini dapat memicu perubahan strategi di dalam organisasi serta mempengaruhi moral anggotanya. Selain itu, hadiah sebesar USD7 juta untuk kepalanya menunjukkan bahwa banyak pihak, termasuk pemerintah AS, masih memandang Hizbullah sebagai ancaman yang harus diawasi dan dilawan dengan serius.

Dalam pandangan masyarakat internasional, penargetan pemimpin Hizbullah, meski dikritik oleh beberapa kalangan sebagai tindakan agresi, dapat dilihat sebagai langkah yang diambil oleh Israel untuk menjaga keamanan nasionalnya. Dengan fokus pada kepemimpinan strategis dan operasi militer, Israel berharap dapat mengubah dinamika konflik, meskipun hal ini berpotensi meningkatkan ketegangan di kawasan.

Di sisi lain, pengamat memperingatkan akan risiko meningkatnya radikalisasi di kalangan pendukung Hizbullah dan kelompok-kelompok lain. Kematian Aqil dapat memicu rekrutan baru atau memicu kebangkitan militansi dalam bentuk yang lebih ekstrem, mengingat posisi strategis dan pengaruhnya dalam dunia militer dan politik Lebanon.

Akhirnya, perkembangan ini menjadi saksi penting dari kompleksitas perang modern di Timur Tengah, di mana pertikaian antara negara dan non-negara, serta intervensi internasional, terus mengguncang stabilitas kawasan yang sudah rapuh. Kematian Aqil bukan hanya kejatuhan seseorang, tetapi juga simbol dari pertempuran yang lebih besar antara kekuatan ideologis dan militer, serta tantangan yang dihadapi oleh komunitas internasional dalam mengatasi masalah ini secara komprehensif.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button