Indonesia

Seorang WNI Disandera di Myanmar: Berikut Kronologinya dan Upaya Penyelamatannya

Seorang warga negara Indonesia (WNI) bernama Suhendri Ardiansyah tengah berada dalam kondisi genting setelah diduga disandera di Myanmar. Kasus ini terkuak setelah pihak keluarga melaporkan dugaan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) kepada pihak Bareskrim Polri, pada Senin, 12 Agustus 2024. Yohanna, sepupu Suhendri, mengungkapkan bahwa upaya utama mereka saat ini adalah mendesak pemerintah dan kepolisian Indonesia untuk segera mengambil tindakan dalam memulangkan Hendri.

Yohanna menyatakan bahwa ini adalah kunjungan ketiga mereka ke Bareskrim Polri, di mana pada kunjungan sebelumnya, keluarga Suhendri disarankan untuk berkonsultasi dengan Satuan Tugas (Satgas) Pemberantasan TPPO. Dalam kesempatan ini, Yohanna membawa serta bukti-bukti terkait, termasuk percakapan chat antara Suhendri dan temannya yang mengajaknya bekerja, laporan dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), serta rekaman suara yang disimpan dalam bentuk flash disk. Kemenlu juga telah memberikan respon dengan meminta agar keluarga bersabar menunggu perkembangan lebih lanjut.

Kronologi kejadian bermula saat Suhendri, yang sedang dalam masa menganggur, diajak oleh temannya, Risky, untuk bekerja di Thailand. Risky menginformasikan bahwa bosnya sedang membutuhkan tenaga kerja dan meminta Suhendri untuk mencari sepuluh orang untuk membentuk tim. Tanpa rasa ragu, Suhendri berangkat ke Thailand pada 11 Juli 2024. Di hari yang sama, setibanya di Thailand, dia langsung bertemu Risky dan diantar ke penginapan.

Selama empat hari di Thailand, komunikasinya dengan keluarga berjalan lancar. Namun, setelah itu, Risky menjelaskan bahwa dia telah mendapat instruksi untuk mengirim Suhendri lebih dulu ke sebuah perusahaan di Mae Sot, Thailand. Mereka kemudian berangkat bersama ke terminal menggunakan mobil yang sama. Di terminal, Suhendri berpisah dengan Risky yang diperintahkan untuk tinggal di Thailand menunggu kloter kedua dari sepuluh orang yang dicari bos.

Suhendri pun melanjutkan perjalanan dengan beberapa orang lain menuju Mae Sot. Tapi setelah delapan jam perjalanan, Suhendri merasa curiga karena belum sampai di Mae Sot. Ia kemudian mencoba menghubungi Risky melalui pesan singkat, yang menyarankan agar Suhendri tetap berpikir positif. Setelah total perjalanan sekitar dua belas jam, Suhendri akhirnya sampai di Myanmar, bukan di Mae Sot seperti yang diinformasikan. Begitu turun dari kendaraan, Suhendri langsung menghubungi Risky, mengungkapkan keheranannya bahwa dia malah tiba di Myanmar.

Dari cerita yang disampaikan Yohanna, tempat di mana Suhendri ditinggalkan jauh dari ekspektasi. Ia menggambarkan lokasi tersebut sebagai tempat kumuh dan kotor, yang lebih mirip rumah susun yang tidak terawat. Informasi terakhir yang didapat dari Suhendri sangat mengejutkan. Risky, yang kembali ke Indonesia pada 30 Juli 2024, mengaku telah kehilangan kontak dengan Suhendri. Hal ini menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan keluarga, terutama karena Risky adalah orang yang mengajak Suhendri berangkat.

Dalam komunikasi terakhir dengan keluarganya, Suhendri mengungkapkan bahwa dia telah disandera dan mengalami penyiksaan, dengan para pelaku meminta tebusan sebesar 30 ribu USD. Yohanna menekankan betapa mengerikannya situasi yang dialami Suhendri, di mana selama proses pencarian dana tebusan, dia terus disiksa setiap kali berkomunikasi dengan keluarganya. Suhendri juga disebutkan tidak diberi makanan, bahkan untuk sekadar minum, ia pun harus menunggu hujan.

Keluarga Suhendri kini berharap agar pihak pemerintah Indonesia segera mengambil langkah konkret untuk menyelamatkan anggota keluarga mereka dari situasi yang sangat berbahaya ini. Permohonan bantuan ini juga disampaikan melalui media agar mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah. Di era saat ini, tindakan perdagangan manusia dan penyekapan menjadi masalah yang mengkhawatirkan, termasuk menyangkut keberlanjutan hidup banyak individu yang diculik atau diperdagangkan untuk kepentingan tertentu.

Kepedulian masyarakat terhadap kasus ini juga penting, terutama dalam meningkatkan kesadaran akan bahaya yang mengintai para tenaga kerja Indonesia yang berangkat ke luar negeri tanpa prosedur yang jelas dan aman. Banyak dari mereka yang terjebak dalam situasi berbahaya dan sulit dikendalikan, seperti yang dialami oleh Suhendri.

Harapan keluarga Suhendri harus ditemukan secepatnya oleh pihak pemerintah dan berbagai lembaga terkait lainnya. Kesejahteraan dan keselamatan warga negara Indonesia di luar negeri merupakan tanggung jawab bersama, dan kasus ini mencerminkan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan sistem perlindungan bagi warga negara yang berkomitmen mencari penghidupan yang lebih baik. Keluarga dan masyarakat menunggu kabar baik dan harapan akan keselamatan Suhendri Ardiansyah, sebagai salah satu dari sekian banyak sejarah tragis yang harus diakhiri dengan solusi yang memadai.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button