Menteri Luar Negeri Retno Marsudi meluncurkan dua buku yang mengisahkan perjalanan diplomasi Indonesia selama satu dekade terakhir. Acara peluncuran berlangsung dengan meriah di Jakarta, di mana kedua buku tersebut berjudul ‘Jejak Diplomasi Retno Marsudi’ dan ‘Saya Bukan Siapa-Siapa’. Keduanya ditulis oleh penulis terkemuka Josie Susilo, Luki Aulia, dan Kris Mada, serta diterbitkan oleh Penerbit Kompas.
Buku pertama, ‘Jejak Diplomasi Retno Marsudi: Tegas dalam Prinsip, Lentur dalam Cara’, menjadi sorotan utama karena mengulas detil perjalanan diplomasi Indonesia di bawah kepemimpinan Retno Marsudi selama sepuluh tahun. Dalam buku ini, pembaca akan menemukan kisah-kisah di balik layar yang mencerminkan strategi dan langkah-langkah diplomasi yang diambil oleh Menlu Retno, meliputi tantangan dan keberhasilan yang dicapai selama masa jabatannya. Buku ini tidak hanya mencatat momen penting, tetapi juga menggali lebih dalam tentang bagaimana prinsip-prinsip diplomatik dipraktikkan dalam situasi yang kompleks.
Sedangkan buku kedua, ‘Saya Bukan Siapa-Siapa’, memberikan pandangan lebih personal mengenai kehidupan Menlu Retno. Buku ini mencakup perjalanan hidupnya dari masa muda, pendidikan, hingga kariernya yang cemerlang di dunia diplomasi. Dalam buku ini, Menlu Retno menuturkan pengalaman penting yang membentuk pandangannya sebagai seorang diplomat. Kris Mada, salah satu penulis, mengungkapkan bahwa buku ini menyoroti berbagai momen krusial, termasuk perannya dalam negosiasi internasional dan upayanya untuk memperjuangkan hak-hak perempuan di panggung dunia.
Acara peluncuran dihadiri oleh banyak tokoh penting dan diplomat, termasuk tiga mantan Menlu: Alwi Shihab, Hassan Wirajuda, dan Marty Natalegawa. Dalam momen yang penuh kenangan tersebut, Menlu Retno menyerahkan kedua buku itu kepada para mantan Menlu sebagai penghormatan atas warisan diplomasi yang telah dibangun bersama. Selain itu, Retno juga menyerahkan buku kepada Salsabila Siliwangi, seorang diplomat muda, sebagai simbol penerusan tradisi diplomasi ke generasi berikutnya.
Menlu Retno mengungkapkan, “Ini generasi muda kami,” menandakan harapannya bagi para diplomat muda untuk terus melanjutkan semangat dan upaya diplomasi Indonesia di pentas internasional. Melalui langkah ini, Retno berharap generasi muda dapat terinspirasi untuk mengambil peran aktif dalam hubungan diplomatik yang semakin kompleks.
Melalui peluncuran kedua buku ini, Menlu Retno tidak hanya berhasrat untuk mendokumentasikan perjalanan karirnya, tetapi juga ingin menekankan pentingnya diplomasi yang tegas dalam prinsip namun lentur dalam cara. Dengan pengalamannya yang kaya, dia ingin menunjukkan bahwa keberhasilan dalam diplomasi tidak hanya ditentukan oleh kekuatan negara, tetapi juga oleh kemampuan untuk beradaptasi dan berkomunikasi dengan efektif.
Dari analisis yang terdapat dalam buku ‘Jejak Diplomasi Retno Marsudi’, dibahas pula tentang dinamika hubungan internasional yang terus berubah. Bukan tanpa tantangan, selama sepuluh tahun menjabat, Menlu Retno menghadapi berbagai isu global yang kompleks. Mulai dari konflik antarnegara hingga tantangan dalam memperjuangkan hak asasi manusia dan hak-hak perempuan. Dalam konteks tersebut, buku ini memberikan gambaran nyata tentang bagaimana Indonesia berperan di kancah dunia, serta upaya-upaya yang dilakukan oleh Menlu Retno dalam menjalin kerja sama dengan negara-negara lain.
Di luar konteks global, kisah-kisah pribadi dalam ‘Saya Bukan Siapa-Siapa’ juga memberikan inspirasi bagi banyak orang, terutama generasi muda. Menlu Retno menunjukkan bagaimana ketekunan, pendidikan yang baik, dan semangat untuk terus belajar dapat membawa seseorang ke posisi yang tinggi dalam pemerintahan. Narasi dalam buku ini menjadi pengingat bahwa setiap individu memiliki potensi untuk mencapai hal-hal besar, asalkan siap untuk berusaha.
Kedua buku ini diharapkan dapat menjadi rujukan bukan hanya bagi para diplomat dan akademisi, tetapi juga bagi masyarakat luas yang ingin memahami lebih dalam tentang dunia diplomat dan perjuangan Indonesia di pentas internasional. Melalui catatan sejarah yang dihadirkan dalam buku-buku ini, Retno Marsudi ingin menyampaikan pesan bahwa setiap langkah dalam diplomasi adalah bagian dari perjalanan yang lebih besar dalam membangun dunia yang lebih baik.
Seiring dengan peluncuran buku-buku tersebut, Retno juga menggugah diskusi tentang pentingnya keterlibatan generasi muda dalam politik internasional. "Negara ini membutuhkan pemimpin masa depan yang memiliki visi dan pemahaman yang mendalam tentang diplomasi. Dengan membaca buku ini, diharapkan generasi muda dapat lebih memahami dan terinspirasi untuk terlibat dalam upaya memajukan bangsa," tutur Retno.
Menlu Retno Marsudi dengan peluncuran dua buku ini tidak hanya merayakan satu dekade masa jabatan, tetapi juga menawarkan kepada publik sebuah warisan pengetahuan dan pengalaman, yang diharapkan dapat menginspirasi banyak orang untuk ikut berkontribusi dalam sejarah diplomasi Indonesia. Dengan demikian, peluncuran ini menandai tidak hanya pencapaian pribadi Retno, tetapi juga pencapaian diplomasi Indonesia di hadapan dunia yang terus berubah.