Rusia baru-baru ini menanggapi laporan tentang pengiriman ribuan tentara Korea Utara (Korut) untuk membantu dalam perang melawan Ukraina. Tanggapan ini muncul setelah pernyataan mengejutkan dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang mengklaim adanya kolaborasi militer antara Rusia, Iran, dan Korea Utara.
Pada 16 Oktober 2023, Zelensky mengungkapkan kepada anggota parlemen di Kyiv bahwa aliansi yang semakin kuat antara Rusia dan rezim Korut sedang berlangsung. Dia menegaskan bahwa situasi ini tidak hanya terbatas pada transfer senjata, tetapi lebih jauh lagi melibatkan pemindahan personel militer dari Korea Utara ke Rusia. "Kita melihat ada pemindahan orang dari Korea Utara ke pasukan militer pendudukan," tegas Zelensky.
Keterlibatan Iran dalam Dukungan Militer untuk Rusia
Zelensky juga mencatat bahwa Iran telah menjadi salah satu negara yang memberikan dukungan militer kepada Rusia, termasuk dengan pengiriman pesawat nirawak Shahed yang telah digunakan dalam serangan terhadap infrastruktur dan warga sipil Ukraina selama lebih dari dua tahun. Aliansi antara ketiga negara ini semakin mengkhawatirkan bagi Ukraina, mengingat potensi pergeseran kekuatan yang dapat terjadi jika milisi dari Korut terlibat langsung dalam konflik yang berlangsung.
Penolakan dari Pihak Rusia
Di sisi lain, Kremlin dengan tegas membantah laporan yang mengaitkan keterlibatan tentara Korut dalam perang Ukraina. Juru bicara kepresidenan Dmitry Peskov menyebut semacam laporan tersebut sebagai "canard" informasi, sebuah istilah yang merujuk pada berita palsu atau hoaks. Peskov menyatakan bahwa informasi tersebut tidak berlandaskan bukti yang kuat, dan mencurigai bahwa laporan semacam ini seringkali berasal dari intelijen asing, termasuk intelijen Inggris dan Amerika. "Mereka tidak memberikan bukti apa pun," ungkap Peskov, merujuk pada informasi yang beredar di media.
Sebelumnya, Peskov menggarisbawahi bahwa pengiriman tentara Korut untuk terlibat dalam peperangan di Ukraina terasa lebih merupakan disinformasi dari propaganda yang dikaitkan dengan musuh-musuh Rusia.
Laporan Intelijen dari Ukraina
Namun, laporan berbeda datang dari intelijen Ukraina. The Washington Post melaporkan pada 11 Oktober bahwa Rusia sedang dalam proses melatih sekitar 3.000 tentara infanteri dari Korut untuk bersiap tempur di garis depan, dengan kemungkinan pengerahan dijadwalkan akhir tahun ini. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah ada pasukan Korut yang sudah berada di Ukraina atau sedang dalam pelatihan untuk dikerahkan.
BBC juga menyoroti bahwa perhatian harus diberikan pada berapa banyak tentara Korut yang sudah berada di garis depan atau sedang berlatih di kamp pelatihan. Spekulasi ini memberi sinyal kemungkinan yang lebih serius terkait keterlibatan Korut dalam konflik ini, terutama mengingat dukungan yang diberikan oleh kedua negara pada bulan Juni lalu, ketika Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korut Kim Jong Un sepakat untuk memberikan bantuan militer jika salah satu dari mereka diserang.
Potensi Kerja Sama yang Berlanjut
Keterlibatan tentara Korut dalam konflik di Ukraina, jika terbukti, dapat diartikan sebagai langkah signifikan bagi Pyongyang dan Moskow dalam memperkuat kerjasama militer mereka. Korea Utara sendiri memiliki sejumlah besar pasukan militer, dengan sekitar 1,28 juta tentara aktif, menurut data dari buku putih pertahanan Korea Selatan. Sumber daya ini dapat memberikan dampak besar dalam konteks perang yang sedang berlangsung di Ukraina.
Zelensky juga menekankan bahwa pengiriman tentara Korut ini berpotensi untuk memperburuk situasi di Ukraina dan menambah tantangan bagi angkatan bersenjata Ukraina yang sudah menderita akibat serangan berkelanjutan dari Rusia. Dia juga mengisyaratkan bahwa semakin banyak negara yang terlibat akan semakin merumitkan upaya diplomasi untuk mengakhiri konflik.
Reaksi Internasional
Reaksi terhadap laporan ini tidak hanya dari dalam negeri, tetapi juga mendapatkan perhatian dari komunitas internasional, yang mencerminkan kekhawatiran akan peningkatan kerjasama militer antara rezim totaliter seperti Korea Utara dan Rusia, yang tengah menghadapi sanksi internasional akibat invasi ke Ukraina. Penguatan aliansi antara negara-negara tersebut berpotensi mempengaruhi dinamika geopolitik di kawasan dan memicu reaksi dari negara-negara lain yang khawatir akan perluasan kekuatan militer Korut di luar perbatasannya.
Sebagai catatan, hubungan antara Rusia dan Korea Utara telah lama terjalin, dan jika kolaborasi ini memang benar-benar membuahkan hasil, hal itu tidak akan mengejutkan banyak pihak. Namun, penting untuk tetap menyikapi informasi tersebut dengan hati-hati, terlebih lagi karena setiap berita dapat dibesar-besarkan dengan agenda tertentu.
Dalam konteks yang lebih luas, perkembangan ini membawa implikasi yang signifikan bagi keamanan global. Langkah-langkah dari pihak Rusia dan Korea Utara harus diwaspadai dengan serius, dan langkah strategis diperlukan untuk mencegah situasi di Ukraina makin memburuk akibat keterlibatan miliaran tentara dari pihak lain.