Laju mata uang rupiah terus memperkuat posisinya pada pembukaan perdagangan hari ini, Rabu, 4 September 2024. Penguatan ini mencatatkan kenaikan sebesar 21 poin atau 0,14 persen, yang menjadikan nilai tukar rupiah di pasar antarbank Jakarta menjadi Rp15.505 per USD, meningkat dari sebelumnya pada level Rp15.526 per USD. Kenaikan ini diakui sejalan dengan fundamental ekonomi yang kuat, yang diprediksi akan mendukung laju rupiah hingga akhir tahun 2024.
Dukungan dari Lelang Surat Utang Negara
Salah satu faktor yang mendorong penguatan rupiah adalah aksi pemerintah yang melaksanakan lelang tujuh seri Surat Utang Negara (SUN). Lelang ini meliputi sejumlah seri, seperti SPN03241204 dan SPN12250904, serta beberapa seri yang mengalami reopening seperti FR0104, FR0103, FR0098, FR0097, dan FR0102. Dari lelang tersebut, total penawaran yang masuk mencapai Rp45,48 triliun, sementara total yang dimenangkan pemerintah adalah sebesar Rp22 triliun. Hal ini mencerminkan minat investor yang tinggi terhadap instrumen surat utang, yang pada gilirannya memberikan dukungan positif terhadap stabilitas mata uang rupiah.
Penurunan Yield Obligasi AS
Kondisi di pasar global juga memberikan pengaruh terhadap pergerakan nilai tukar rupiah. Dolar AS mengalami tekanan setelah yield obligasi AS mengalami penurunan signifikan. Yield obligasi tenor 10 tahun turun ke 0,005 persen, sedangkan untuk tenor 30 tahun juga mengalami penurunan ke 0,001 persen. Rentang yield obligasi jangka pendek seperti tenor dua tahun mencatatkan penurunan hingga 0,021 persen. Penguatan rupiah juga dipengaruhi oleh penurunan indeks dolar AS, yang melacak pergerakan greenback terhadap sekeranjang mata uang, yang tercatat turun sebesar 0,12 persen menjadi 101,64.
Stabilitas Pasar Keuangan Domestik
Dari dalam negeri, keyakinan akan stabilitas pasar keuangan semakin menguat. Ekonom Senior Bank Mandiri, Reny Eka Putri, menyatakan bahwa fundamental ekonomi yang solid dan berlanjutnya aliran modal asing diprediksi akan menjamin kecukupan likuiditas serta dukungan bagi penguatan rupiah. "Kestabilan pasar domestik diperkirakan akan terjaga karena fundamental ekonomi yang solid dan berlanjutnya capital inflow yang kembali masuk ke pasar dalam negeri sejalan kepastian pemangkasan suku bunga The Fed," ujarnya.
Fundamental ekonomi Indonesia menunjukkan tanda-tanda yang positif, dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,08 persen pada semester I 2024, meskipun ada ketidakpastian global yang melanda. Inflasi juga tetap terkendali, dan neraca perdagangan Indonesia menunjukkan surplus hingga 50 bulan berturut-turut, yang menjadi faktor penting dalam menjaga kekuatan rupiah.
Indeks Harga Konsumen Terkendali
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami deflasi sebesar 0,03 persen month to month pada Agustus 2024. Secara tahunan, inflasi tercatat relatif stabil di level 2,12 persen year on year, menurun sedikit dari bulan sebelumnya yang mencatatkan 2,13 persen. Stabilitas inflasi ini memberikan sinyal positif bagi konsumen dan investor, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap penguatan nilai tukar rupiah.
Surplus Neraca Perdagangan Berlanjut
Surplus neraca perdagangan Indonesia yang berlangsung sejak Mei 2020 juga menjadi pendorong bagi penguatan rupiah. Pada periode Juni 2024, surplus tercatat mencapai USD2,39 miliar, yang mengindikasikan perbedaan antara nilai ekspor dan impor yang menguntungkan bagi perekonomian. Penyertaan surplus perdagangan yang konsisten memperkuat posisi rupiah dengan meningkatkan cadangan devisa negara.
Dengan kombinasi dari fundamental ekonomi yang baik, hasil lelang surat utang yang positif, dan pengaruh faktor-faktor eksternal, penguatan rupiah diyakini akan berlanjut. Sejumlah observer pasar memperkirakan bahwa tren positif ini dapat berlanjut hingga akhir tahun, selama tidak ada kejutan eksternal yang signifikan yang dapat memengaruhi pasar finansial domestik.
Persepsi Investor Terhadap Risiko Global
Meskipun kondisi domestik menunjukkan arah yang membaik, pelaku pasar tetap mewaspadai dinamika risiko global, termasuk kemungkinan perubahan kebijakan moneter yang lebih agresif dari negara-negara besar, termasuk The Fed. Meskipun demikian, saat ini, sentimen pasar tampak stabil karena adanya kepastian berupa pemangkasan suku bunga yang diharapkan akan mendukung pertumbuhan investasi.
Secara keseluruhan, penguatan rupiah mencerminkan optimisme di kalangan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia, yang ditopang oleh kebijakan fiskal yang prudent serta inflow modal asing. Tren ini menciptakan suatu siklus positif di pasar keuangan domestik, memberikan harapan bagi stabilitas dan pertumbuhan perekonomian Indonesia di masa mendatang.