Hiburan

Ruben Onsu Tanggapi Hinaan Netizen Terhadap Anaknya: ‘Saya Akan Kejar Pelaku’

Ruben Onsu, seorang presenter dan pengusaha ternama Indonesia, baru-baru ini menghadapi situasi yang cukup emosional menyangkut anaknya. Dalam sebuah unggahan di media sosial, Ruben menunjukkan rasa kesalnya terhadap penghinaan yang ditujukan kepada putrinya oleh seorang netizen yang menggunakan akun TikTok bernama Laura Celia. Hal ini terjadi setelah Ruben mengunggah video yang menunjukkan kebersamaan antara dirinya, putrinya Thalia, dan Thania. Video tersebut, yang seharusnya menjadi momen bahagia, berubah menjadi bahan cibiran dan hinaan dari netizen.

Dalam video yang diunggahnya, Ruben Onsu dengan tegas meminta netizen untuk memberikan informasi terkait keberadaan pemilik akun tersebut. “Ini pemilik account TikToknya, ada yang tahu wanita suci ini tinggal di mana dan alamat?” tulis Ruben di Instagram pribadinya, @ruben_onsu, pada Rabu, 11 September 2024. Permintaan tersebut menunjukkan betapa besarnya frustrasi dan emosi yang dialaminya setelah melihat komentar negatif tentang anaknya. Ruben menegaskan bahwa penghinaan yang ditujukan kepada anak-anaknya sebagai “calon wanita penghibur” adalah sesuatu yang tidak bisa diterimanya dan akan mendapatkan respons yang tegas.

Menanggapi situasi tersebut, Ruben melanjutkan dengan menjelaskan motivasinya untuk mengunggah di Instagram. Ia berharap dengan viralnya akun tersebut, akan ada kesadaran publik mengenai dampak buruk dari komentar negatif yang tanpa dasar. “Saya upload di IG baru pagi ini karena kemarin saya upload di TikTok tapi sama sekali tidak ada etikat baik. Tidak akan mudah bagi yang sudah menyenggol anak saya,” ucap Ruben. Hal ini menunjukkan bahwa ia ingin melindungi anak-anaknya dan tidak akan tinggal diam terhadap penghinaan yang diterima.

Setelah beberapa waktu, netizen lainnya mulai memberikan informasi terkait pemilik akun tersebut. Ternyata, akun yang diklaim Laura Celia bukanlah akun pribadi, melainkan akun yang mengambil konten dari berbagai sumber dan membagikannya kembali. Temuan ini mungkin membawa sedikit kelegaan bagi Ruben, namun hal itu tidak mengurangi rasa kecewa dan marahnya terhadap tindakan netizen yang tidak bertanggung jawab tersebut.

Peristiwa ini mencerminkan bagaimana social media dapat menciptakan dampak negatif, terutama terhadap anak-anak, yang seharusnya terlindungi dari hujatan publik. Ruben Onsu sebagai seorang public figure tentu merasakan dampak tersebut lebih kuat, karena segala tindakan dan ucapan yang dilakukannya akan selalu diperhatikan oleh publik. Dalam hal ini, masyarakat diharapkan lebih bijak dalam memberikan komentar dan menghargai privasi orang lain, terutama anak-anak.

Dalam era digital saat ini, banyak orang merasa memiliki kebebasan untuk mengomentari apapun di media sosial tanpa mempertimbangkan konsekuensi dari kata-kata mereka. Kasus yang menimpa Ruben adalah sebuah contoh nyata dari betapa pentingnya etika dalam berinteraksi di dunia maya. Apakah sebuah komentar benar-benar perlu, atau hanya sekadar menciptakan kontroversi dan menyakiti orang lain? Sebuah pertanyaan yang patut dijadikan refleksi bagi setiap pengguna media sosial.

Melihat peristiwa ini, bisa jadi Ruben Onsu bukanlah satu-satunya orang tua yang mengalami situasi serupa. Berbagai kasus serupa telah muncul di media, menunjukkan bahwa banyak orang tua yang harus melindungi anak-anak mereka dari cibiran. Ini tentu menjadi tantangan tersendiri di era di mana anak-anak tumbuh sekaligus terpapar dengan teknologi dan media sosial.

Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai lembaga dan organisasi telah berusaha untuk meningkatkan literasi digital di kalangan masyarakat. Program-program edukasi tentang bagaimana menggunakan media sosial dengan bijak terus ditingkatkan, terutama di kalangan anak muda. Salah satu tujuannya adalah agar mereka tidak hanya memahami dampak dari setiap tindakan mereka di dunia maya, tetapi juga selalu berpikir dua kali sebelum memberikan komentar atau menyebarkan informasi yang belum terverifikasi.

Bukan hanya sekadar melindungi anak-anak dari penghinaan, tetapi juga untuk membangun budaya saling menghormati dan menjaga etika berkomunikasi di platform publik seperti media sosial. Ruben Onsu dan kasusnya seharusnya menjadi titik tolak bagi diskusi lebih dalam mengenai perlunya hukum yang lebih tegas terhadap tindakan cyberbullying, terutama yang menyangkut anak-anak.

Melihat respons publik dari peristiwa ini, beberapa netizen memberikan dukungan kepada Ruben dan keluarganya, sementara yang lainnya menyarankan agar ia tidak terlalu ambil pusing dengan komentar negatif yang dilontarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Namun, ini bukan hanya tentang Ruben atau komentator tertentu, melainkan tentang bagaimana kita semua berinteraksi di ruang publik, baik online maupun offline. Apakah kita mampu menjadi lebih bijaksana dan peduli dalam berkomunikasi?

Kasus ini juga membuka diskusi lebih luas mengenai tanggung jawab para orang tua dalam mendidik anak mereka untuk menghadapi dunia digital dengan lebih baik. Orang tua perlu berperan aktif dalam mengenalkan anak-anaknya tentang media sosial, etika berkomunikasi, dan bagaimana cara merespons komentar negatif.

Sementara itu, Ruben Onsu sebagai sosok publik perlu diingatkan bahwa meskipun mendapatkan hujatan, ia memiliki banyak penggemar dan pendukung yang siap memberikan dukungan. Publik sejatinya mengharapkan sikap yang lebih positif dan perlindungan terhadap anak-anak di dunia yang semakin terbuka ini. Dengan kesabaran dan keteguhan, diharapkan situasi serupa tidak akan terjadi lagi di masa depan, baik bagi Ruben maupun bagi orang tua dan anak-anak lainnya.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button