Indonesia mengalami tantangan besar dalam perdagangan otomotif dengan China pada Agustus 2024, sekaligus meraih keuntungan yang signifikan dalam perdagangan otomotif dengan Filipina. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mencatatkan defisit perdagangan otomotif dengan China sebesar US$333,4 juta. Defisit ini berkontribusi terhadap total defisit perdagangan Indonesia dengan China yang mencapai US$1,1 miliar, di mana total impor dari China pada bulan tersebut mencapai US$6,43 miliar dan ekspor hanya US$5,33 miliar.
Perdagangan otomotif, yang terdiri dari kendaraan bermotor dan bagian-bagiannya yang terdaftar dalam kode HS 87, menjadi salah satu penyumbang defisit terbesar dalam perdagangan dengan China, menunjukkan ketergantungan Indonesia terhadap impor dari negara tersebut. Defisit ini mengindikasikan kebutuhan Indonesia untuk meningkatkan daya saing produk otomotif dalam negeri serta mencari alternatif untuk mengurangi impor dari China.
Sementara itu, di sisi lain, perdagangan otomotif dengan Filipina menunjukkan kinerja yang lebih positif. Indonesia mencatatkan surplus perdagangan otomotif dengan Filipina senilai US$234,5 juta. Hal ini menjadi salah satu pendorong utama dari surplus total perdagangan dengan Filipina yang mencapai US$847,3 juta. Ekspor Indonesia ke Filipina tercatat mencapai US$1,02 miliar, sementara impor dari negara tersebut hanya berkisar US$174,9 juta.
Angka-angka tersebut mencerminkan keseimbangan perdagangan yang sehat antara Indonesia dan Filipina di sektor otomotif, di mana Indonesia berhasil mengekspor lebih banyak daripada yang diimpor. Keuntungan dari surplus perdagangan ini berpotensi memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan industri otomotif domestik, yang tentunya diharapkan dapat berlanjut di masa depan.
Dari data keseluruhan, impor kendaraan dan bagiannya oleh Indonesia pada Agustus 2024 mencapai US$984,7 juta, sejalan dengan tren peningkatan yang terlihat, yakni naik 5,48% dibanding Juli 2024 dan 6,77% dibanding Agustus 2023. Namun, jika dilihat dalam kacamata lebih luas, impor otomotif secara akumulatif pada periode Januari hingga Agustus 2024 mengalami penurunan sebesar 16,84% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, dengan nilai mencapai US$5,98 miliar.
Di sisi lain, nilai ekspor otomotif Indonesia pada Agustus 2024 terdaftar mencapai US$1,05 miliar, meningkat sebesar 3,9% dibandingkan bulan sebelumnya dan 5,9% dibandingkan Agustus 2023. Namun, pada periode Januari hingga Agustus 2024, ekspor otomotif Indonesia secara keseluruhan mencatatkan nilai US$7,17 miliar, yang merupakan penurunan sebesar 2,29% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tren ini jelas menunjukkan bahwa meskipun terdapat peningkatan dalam ekspor otomotif dalam jangka pendek, ketidakstabilan dalam perdagangan dengan negara besar seperti China dan upaya untuk memelihara surplus dengan negara-negara lain seperti Filipina menjadi tantangan yang perlu dikelola dengan baik. Strategi peningkatan kapasitas produksi lokal, inovasi teknologi, dan penguatan merek lokal menjadi hal yang sangat penting untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada produk otomotif asing.
Keseluruhan keadaan ini mengesankan betapa pentingnya sektor otomotif bagi perekonomian Indonesia. Meskipun menghadapi defisit perdagangan yang signifikan, keberhasilan dalam meraih surplus dengan negara tetangga seperti Filipina menunjukkan potensi besar yang dapat digali jika strategi yang tepat diterapkan. Oleh karena itu, pemerintah dan pelaku industri perlu berkolaborasi untuk mengoptimalkan peluang ini, sambil terus memperbaiki daya saing produk dalam negeri di kancah internasional.