Pendidikan

Rektor Dituntut Solutif Atasi Ketimpangan Akses dan Kualitas dalam Pendidikan

Dalam sebuah acara Pelatihan Kepemimpinan Fakultas menuju Universitas Berkelas Dunia yang digelar di Jakarta, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Abdul Haris, mengemukakan tantangan besar yang harus dihadapi oleh pimpinan perguruan tinggi di Indonesia. Ia menekankan bahwa rektor dan pemimpin perguruan tinggi dituntut untuk solutif dalam mengatasi tiga masalah utama: ketimpangan akses, ketimpangan kualitas, dan relevansi pendidikan.

“Ketiga hal ini adalah ujung tombak untuk menghadapi tantangan penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia. Kami berharap pemimpin manajemen perguruan tinggi dapat memberikan solusi atas ketiga permasalahan tersebut,” ungkap Haris. Penekanan ini penting mengingat banyaknya tantangan yang harus dihadapi perguruan tinggi di era globalisasi saat ini.

Ketimpangan akses menjadi salah satu isu utama yang dihadapi pendidikan tinggi di Indonesia. Meskipun pemerintah telah berusaha untuk memberikan kesempatan pendidikan yang lebih luas kepada masyarakat, masih banyak daerah yang memiliki keterbatasan dalam akses pendidikan tinggi. Haris menegaskan bahwa penting bagi universitas untuk mencari cara inovatif dalam memperluas akses bagi semua kalangan masyarakat, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil. Upaya tersebut diharapkan dapat menciptakan pemerataan kesempatan dan mengurangi jurang ketidaksetaraan yang ada.

Selanjutnya, ketimpangan kualitas pendidikan juga harus menjadi perhatian. Haris menyebutkan bahwa implementasi kebijakan seperti Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi dan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) tidak selalu diterapkan secara merata. Perbedaan karakteristik dan kondisi antara masing-masing perguruan tinggi mengakibatkan hasil yang sangat bervariasi.

“Standar kualitas yang sesuai dengan kondisi setiap universitas, baik dari segi infrastruktur, sumber daya manusia, maupun jaringan, harus diperhatikan. Ini penting untuk memastikan bahwa para mahasiswa menerima pendidikan yang berkualitas,” jelas Haris.

Salah satu aspek yang harus diperbaiki adalah relevansi produk dan outcome yang dihasilkan oleh perguruan tinggi. Haris menyatakan bahwa lulusan tidak hanya perlu siap untuk menjadi pekerja tetapi juga diharapkan dapat berkontribusi dalam menciptakan lapangan pekerjaan baru. “Pendidikan harus menciptakan sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif. Kita memerlukan lulusan yang mampu beradaptasi dan berkontribusi dalam pengembangan masyarakat,” terang Haris.

Lebih lanjut, Haris menjelaskan bahwa universitas seharusnya tidak hanya berfungsi sebagai tempat transfer pengetahuan, tetapi juga menjadi pencipta pengetahuan baru melalui penelitian dan inovasi. Dalam konteks ini, ia berharap calon rektor dan pemimpin perguruan tinggi dapat berperan sebagai academic leader dan entrepreneur, memimpin dengan visi yang jelas dan tujuan yang terukur.

Acara ini juga dihadiri oleh Kadarsah Suryadi, Sekretaris Dewan Pendidikan Tinggi, yang menyoroti pentingnya peringkat dunia dalam meningkatkan kualitas perguruan tinggi. “Dengan melihat ranking dunia, kita bisa mengetahui di mana kekurangan kita dan melakukan perbaikan. Ini bukan hanya untuk memperoleh ranking, tetapi untuk continuous improvement,” ujarnya.

Kadarsah menggarisbawahi bahwa kolaborasi dan sinergi antarperguruan tinggi adalah kunci untuk mencapai tujuan bersama. “Bukan hanya satu perguruan tinggi yang maju, tetapi semua perguruan tinggi harus maju bersama-sama. Dosen-dosen di sini merupakan perwakilan terpilih yang akan menjadi atmosfer untuk maju bersama,” tambahnya.

Pelatihan kepemimpinan ini adalah bagian dari inisiatif Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi bersama Dewan Pendidikan Tinggi untuk menghasilkan pemimpin-pemimpin perguruan tinggi yang dapat membawa perubahan positif dalam sistem pendidikan di Indonesia. Dengan bertumpu pada prinsip-prinsip inovasi, kolaborasi, dan kepemimpinan yang visioner, diharapkan pendidikan tinggi di Indonesia bisa berkelas dunia.

Pentingnya Pembenahan Terus-Menerus: Haris dan Kadarsah menggarisbawahi bahwa pembenahan yang berkepanjangan adalah sebuah keharusan dalam konteks global yang terus berubah. Agar perguruan tinggi di Indonesia tetap relevan dan kompetitif, seluruh pemangku kepentingan harus bersinergi. Pemerintah, akademisi, dan masyarakat perlu berkolaborasi dalam merancang solusi yang komprehensif untuk tantangan pendidikan tinggi.

Impelemntasi Kebijakan: Haris menekankan bahwa meskipun kebijakan seperti MBKM dan penjaminan mutu telah dibuat, implementasi yang baik tak bisa dilakukan tanpa dukungan dari semua pihak. Setiap perguruan tinggi harus memiliki pendekatan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing-masing, agar efektivitas kebijakan ini dapat tercapai.

Rektor yang memahami konteks lokal dan nasional, serta mampu beradaptasi dengan kebutuhan zaman, akan mampu menciptakan pendidikan yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga memiliki relevansi yang kuat dengan kebutuhan masyarakat. Upaya ini pada gilirannya akan menghasilkan lulusan yang bukan hanya siap kerja tetapi juga siap berwirausaha, berinovasi, dan menjadi pemimpin di masa depan.

Acara ini tidak hanya bertujuan untuk menciptakan pemimpin yang mumpuni tetapi juga memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya peran seorang rektor dalam membawa perubahan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik, perguruan tinggi di Indonesia dapat menuju pencapaian yang lebih tinggi dalam skala global.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button