Pendidikan

RE Ungkap Cerita Bullying dan Pelecehan Seksual di SMA BINUS School Simprug

Siswa korban dugaan pengeroyokan di SMA BINUS School Simprug, yang dikenal dengan inisial RE, telah membagikan pengalamannya terkait perundungan dan pelecehan seksual yang dialaminya sepanjang tahun ajaran. Dalam rapat dengar pendapat (RDP) yang dilakukan di Komisi III DPR RI, RE mengungkapkan pengalamannya pertama kali memasuki sekolah tersebut pada bulan November 2023, di mana ia langsung menjadi sasaran bullying verbal yang terus-menerus.

Bullying yang dialami oleh RE tidak hanya terbatas pada kata-kata menghina, tetapi juga melibatkan pelecehan yang lebih serius. Ia menjelaskan bahwa di bulan pertama masuk sekolah, ia mengalami tindakan pelecehan seksual, di mana kemaluannya dipegang di depan siswa lainnya, baik laki-laki maupun perempuan, di area publik. RE mengungkapkan, "Kemaluan saya dipegang-pegang di depan perempuan, di depan laki-laki, kemaluan saya dipegang, pantat saya dipegang di depan kelas di muka umum." Ia juga menyatakan bahwa ini bukan peristiwa yang terjadi hanya sekali, melainkan berulang kali.

Satu hal yang sangat disayangkan oleh RE adalah ketidaktransparanan pihak sekolah dalam menangani peristiwa bullying dan pelecehan seksual tersebut. Ia mempertanyakan mengapa tidak ada rekaman CCTV yang ditampilkan oleh pihak BINUS terkait insiden itu, meskipun ia yakin ada bukti yang dapat mendukung pengakuannya. RE menyatakan, "Saya yakin itu pasti ada di CCTV karena pasti banyak CCTV di sana. Tapi kenapa sekolah tidak pernah mengungkap CCTV itu, kenapa hanya mengungkap bukti video yang menguntungkan sekolah saja?" Hal ini menunjukkan adanya kekhawatiran akan kurangnya keadilan dan respons yang tepat dari pihak sekolah terhadap kasus serius seperti ini.

Lebih lanjut, RE juga menghadapi ancaman dari pelaku. Dia menyebutkan bahwa pelaku menunjukkan kekuasaan dengan mengatakan, "Lu harus bisa melayani kita semua, lu tahu enggak Bapak kita siapa? Dia bapaknya ketua partai, Bapak dia DPR, Bapak dia MK." Ancaman ini menggambarkan adanya pengaruh yang tidak sehat di dalam lingkungan sekolah yang seharusnya menjadi tempat aman untuk belajar.

Peristiwa pengeroyokan RE juga terekam dalam video yang menunjukkan ia digiring ke kamar mandi oleh sekelompok siswa pada tanggal 30 Januari 2024. Dalam video lainnya, RE terlihat terlibat dalam perkelahian satu lawan satu di dalam kamar mandi, yang disaksikan oleh sejumlah siswa lainnya. Semua kejadian ini menimbulkan kekhawatiran tentang budaya bullying yang mungkin telah mengakar di lingkungan SMA BINUS School Simprug.

Kekhawatiran ini tidak hanya dirasakan oleh RE, tetapi juga oleh orang tua dan masyarakat luas. Banyak yang meminta pihak sekolah untuk mengambil tindakan tegas guna mengatasi perilaku bullying dan pelecehan seksual di sekolah. Beberapa pihak menganggap bahwa perlu ada sistem pelaporan yang jelas dan aman bagi siswa yang menjadi korban, serta sanksi yang tegas bagi pelaku. Lingkungan pendidikan seharusnya menjadi tempat yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan siswa, bukan lokasi untuk intimidasi dan kekerasan.

Kondisi yang dihadapi RE juga mengungkapkan perlunya pelatihan dan kesadaran pendidikan bagi para guru dan staf sekolah dalam menangani kasus-kasus bullying dan pelecehan. Pendidikan tentang etika dan keberagaman perlu ditekankan agar siswa dapat memahami dan menghargai satu sama lain, membangun ikatan solidaritas, serta menciptakan atmosfer yang aman dan mendukung bagi semua siswa.

SMA BINUS School Simprug, sebagai salah satu lembaga pendidikan terkemuka, memiliki tanggung jawab untuk memberikan lingkungan yang sehat dan bebas dari ancaman bullying. Kasus RE menunjukkan betapa pentingnya kepemimpinan dan manajemen sekolah dalam meningkatkan budaya positif serta menjamin keselamatan setiap siswa. Dukungan dari semua pihak, termasuk orang tua, masyarakat, dan pemerintahan, juga sangat dibutuhkan untuk menangani permasalahan ini secara holistik.

Dalam konteks yang lebih luas, isu perundungan dan pelecehan seksual di sekolah menjadi fenomena yang cukup mendesak untuk dibahas. Data menunjukkan bahwa tingginya kasus bullying di kalangan pelajar dapat berdampak pada kesehatan mental dan emosional mereka, serta prestasi akademis. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk melakukan intervensi yang tepat dan berkelanjutan guna mencegah terulangnya kasus serupa.

Sebagai bagian dari langkah maju, berbagai inisiatif harus dilakukan untuk mendidik siswa akan pentingnya respect dan empati terhadap sesama. Program-program pendidikan karakter harus diintegrasikan ke dalam kurikulum, dan kegiatan ekstrakurikuler yang mendorong kerjasama dan saling menghargai juga perlu diperkuat. Selain itu, pendekatan intervensi bagi pelaku bullying menjadi satu hal yang tak kalah penting untuk memastikan mereka memahami dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain.

Perlu diingat bahwa semua pihak memiliki peran dalam menciptakan lingkungan sekolah yang bebas dari kekerasan. Kasus yang dialami RE di SMA BINUS School Simprug menjadi pengingat bahwa kita harus berupaya bersama untuk menjaga keselamatan dan kesejahteraan siswa. Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan di lingkungan yang aman dan nyaman, serta memiliki hak untuk dilindungi dari segala bentuk kekerasan dan pelecehan.

Dengan demikian, tindakan preventif, penanganan yang cepat, serta dukungan terhadap korban bullying dan pelecehan seksual harus menjadi prioritas utama bagi setiap institusi pendidikan. Hanya dengan kerjasama semua pihak, kita dapat menciptakan atmosfer yang positif dan mendukung perkembangan karakter generasi muda.

Kisah RE menjadi salah satu dari sekian banyak pelajaran berharga yang seharusnya tidak dianggap remeh. Ini adalah panggilan untuk bertindak untuk menciptakan sekolah yang lebih aman bagi semua.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button