Dunia

Ramos Horta: Perang Dimana-mana Mengungkap Akar Aib PBB yang Harus Diatasi

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) diakui oleh banyak pihak sebagai organ yang mengalami penurunan relevansi dalam menyikapi konflik global yang semakin kompleks. Hal ini disampaikan oleh Presiden Timor Leste, Jose Ramos Horta, dalam diskusi Global Town Hall 2024 yang berlangsung pada Sabtu, 7 September 2024. Menurut Ramos Horta, kiprah DK PBB yang seharusnya berperan aktif dalam mencegah dan menyelesaikan konflik justru sering kali terhambat oleh kepentingan politik negara-negara tertentu.

“Kita jelas menghadapi masa-masa yang rumit, berbahaya, luar biasa yang membutuhkan keberanian,” ungkap Ramos Horta. Ia menuturkan bahwa saat ini, masyarakat internasional perlu mengevaluasi pemahaman tentang penyelesaian konflik, berpindah dari pendekatan kekerasan menuju dialog dan negosiasi yang lebih konstruktif.

Dari pandangan Ramos Horta, DK PBB telah gagal dalam menjalankan fungsi utamanya. “Dewan Keamanan ini telah terbukti hampir tidak relevan, tidak relevan untuk mencegah konflik, untuk menengahi, dan menyelesaikan konflik ketika konflik itu terjadi,” ujarnya. Poin ini semakin diperkuat dengan berbagai contoh kekerasan yang masih berlangsung hingga saat ini, seperti di Myanmar, Ukraina, dan Gaza. Lauk, kerusuhan yang melibatkan warga sipil di Gaza dianggap sebagai gambaran nyata dari kegagalan DK PBB dalam melindungi kemanusiaan.

Satu hal yang menjadi sorotan besar dalam pernyataan Ramos Horta adalah dampak kekerasan yang dibiarkan terjadi tanpa adanya intervensi efektif. Menurut informasi yang ia sampaikan, situasi di Myanmar sudah berlangsung selama tiga tahun, tetapi masih dianggap sebagai "isu basa-basi" oleh banyak organisasi multilateral. “Namun, bukan hanya Myanmar, tetapi juga Gaza,” lanjutnya. Di dalam konteks yang lebih luas, Ramos Horta menyoroti tuduhan bahwa beberapa anggota badan PBB di Gaza memiliki keterikatan dengan kelompok Hamas, tanpa adanya bukti konkret untuk mendukung dalil tersebut.

Lebih lanjut, Ramos Horta mengecam reaksi terhadap kekerasan yang terjadi di Gaza. Para donor Barat yang memberikan dukungan kepada lembaga PBB yang mengurusi rakyat Gaza telah menjatuhkan sanksi dan menghentikan bantuan. “Ini adalah aib PBB,” tegasnya. Ia mencatat bahwa bombardir terhadap Gaza menunjukkan jumlah senjata yang dijatuhkan lebih banyak daripada yang terjadi dalam serangan udara di Dresden selama Perang Dunia II. Hal ini menjadi bukti bahwa dampak konflik ini sangat berat bagi masyarakat sipil, terutama anak-anak dan wanita.

Ramos Horta pun mengekspresikan penyesalannya atas ketidakmampuannya untuk berbuat lebih bagi rakyat yang terjebak dalam konflik. Beliau menyatakan, “Saya belum dapat berbuat lebih banyak untuk anak-anak Palestina, ribuan anak-anak dan perempuan Palestina yang terkubur di bawah reruntuhan bom Israel.” Pernyataan ini menunjukkan kekecewaan besar terhadap absennya langkah nyata bagi perlindungan rakyat sipil di wilayah konflik.

Dalam konteks yang lebih mendalam, Ramos Horta mengajukan kritik tajam terhadap kredibilitas PBB dan menyatakan, “Ketika kita kehilangan moralitas, ketika kita kehilangan kredibilitas karena standar ganda, kemunafikan yang kita praktikkan, kita menghancurkan sistem keamanan internasional kolektif.” Ungkapan ini tidak hanya berbicara tentang situasi di Gaza, tetapi menggambarkan krisis kepercayaan yang lebih luas terhadap kemampuan PBB dalam menjawab tantangan global.

Serangan yang tidak berkesudahan, baik di Gaza maupun di tempat lain seperti Myanmar, menegaskan perlunya reformasi di tingkat internasional untuk mengatasi akar masalah. Penanganan yang lebih proporsional dan berkeadilan diperlukan agar semua kekuatan yang terlibat dalam konflik menyadari tanggung jawab mereka terhadap perlindungan hak asasi manusia dan kehidupan warga sipil.

Dengan munculnya berbagai kekacauan di berbagai belahan dunia, saatnya bagi komunitas internasional untuk bersatu dan menemukan solusi yang lebih damai dan adil. Kritik dari Ramos Horta harus menjadi panggilan untuk bertindak, tidak hanya bagi lembaga internasional tetapi juga negara-negara yang memiliki pengaruh dalam menjaga perdamaian dunia.

Dunia saat ini semakin mendesak untuk menemukan cara baru dalam menyelesaikan konflik, yang berakar pada dialog, diplomasi, dan penghormatan terhadap nilai kemanusiaan. Belajar dari sejarah dan menolak kekerasan sebagai alat penyelesaian, adalah langkah pertama untuk menuju era baru yang lebih damai. Ramos Horta, dengan pernyataan dan seruannya, menunjukkan bahwa tantangan ini tidak bisa dianggap sepele dan perlu perhatian nyata dari seluruh masyarakat internasional.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button