Proses menyusui yang tidak lancar sering kali menjadi masalah utama bagi ibu yang baru melahirkan. Banyak faktor yang mempengaruhi kelancaran proses menyusui, di antaranya adalah kurangnya persiapan ibu sebelum melahirkan, masalah perlekatan antara bayi dan payudara, serta stres yang dialami ibu. Hal ini dijelaskan oleh Jamilatus Sadiyah, seorang bidan dan pendiri bumilpamil, dalam sebuah wawancara.
Persiapan yang Kurang
Sadiyah menekankan bahwa banyak ibu yang tidak mempersiapkan diri mereka untuk proses menyusui. Banyak dari mereka menganggap menyusui adalah proses alami, sehingga tidak merasa perlu untuk belajar lebih lanjut tentang cara menyusui yang benar. “Banyak yang mikir menyusui proses natural jadi nggak tahu gimana ASI itu cukup untuk bayi,” ungkapnya. Kuncinya, lanjutnya, adalah memahami prinsip suplai dan permintaan. Semakin sering bayi menyusui, maka produksi ASI akan semakin meningkat. Dalam situasi ini, penting bagi ibu untuk merasa rileks dan percaya diri, karena kondisi mental yang baik akan berkontribusi pada kelancaran proses menyusui.
Masalah Perlekatan
Salah satu penyebab utama yang membuat proses menyusui tidak lancar adalah teknik perlekatan yang tidak tepat. Sadiyah menjelaskan bahwa perlekatan yang poor dapat menyebabkan puting ibu lecet, yang pada gilirannya membuat bayi kesulitan untuk menyusui dengan optimal. Hal ini dapat berdampak negatif pada berat badan bayi, yang sangat bergantung pada asupan ASI yang memadai. Dalam praktiknya, perlekatan yang benar adalah kunci untuk memastikan bahwa bayi mendapatkan ASI dengan baik.
Pengaruh Stres terhadap Produksi ASI
Stres juga menjadi faktor yang signifikan dalam kelancaran menyusui. Menurut Sadiyah, ketika ibu mengalami stres, hormon prolaktin yang berfungsi untuk memproduksi ASI dapat menurun. “Ibu yang stres sangat terpengaruh terhadap produksi ASI karena hormon prolaktin turun,” jelasnya. Oleh karena itu, penting bagi ibu untuk tidak hanya fokus pada fisik, tetapi juga mengelola kesehatan mental mereka agar proses menyusui dapat berlangsung lancar.
Kualitas ASI yang Berubah
Jamila, yang juga seorang konselor laktasi, menambahkan bahwa ASI adalah zat hidup yang terus berubah sesuai kebutuhan bayi. Misalnya, ketika bayi sedang sakit, ASI akan memperkaya kandungan antibodi untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuhnya. Selain itu, setiap ASI yang dihasilkan tidak bergantung pada makanan yang dimakan ibu. “Semua ASI sama berkualitasnya, tidak bergantung pada makanan yang dimakan ibu,” ungkap Jamila. Ini menunjukkan pentingnya pemahaman bagi ibu mengenai kualitas ASI yang mereka hasilkan.
Saran untuk Memperbaiki Proses Menyusui
Jamila memberikan beberapa saran untuk ibu yang mengalami kesulitan dalam menyusui. Di antaranya adalah memastikan ibu dan bayi berada dalam satu kamar agar bisa belajar memposisikan perlekatan yang tepat dengan bantuan konselor laktasi. Ibu juga disarankan untuk melakukan latihan relaksasi yang bertujuan untuk mengurangi stres dan kekhawatiran. Ini menjadi penting karena pikiran negatif dapat memperlambat aliran ASI.
Lebih lanjut, peran dukungan keluarga juga tidak bisa dikesampingkan. Jamila menyarankan agar pasangan dan anggota keluarga lainnya juga memahami anatomi dan fisiologi proses menyusui. Pengetahuan ini akan membantu mereka memberikan dukungan kepada ibu ketika mengalami kesulitan.
Prinsip Kontak Awal
Dari sudut pandang kesehatan, penasihat laktasi yang berpengalaman juga menyebutkan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merekomendasikan tujuh kontak penting untuk mendukung kelancaran menyusui. Ini dimulai sejak usia kehamilan 28 minggu hingga 36 minggu, di mana ibu sudah mempersiapkan diri untuk menyusui. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) menjadi langkah selanjutnya yang penting dilakukan pada hari pertama hingga ketiga setelah persalinan. Targetnya adalah agar ibu dapat menyusui dengan baik dalam rentang waktu satu hingga empat minggu pasca persalinan.
Kesimpulan tentang Pentingnya Pendidikan Laktasi
Dengan penjelasan di atas, maka bisa disimpulkan bahwa proses menyusui yang lancar bukanlah hal yang datang begitu saja. Diperlukan persiapan, teknik yang benar, dan dukungan mental serta sosial guna memastikan ibu dan bayi dapat melewati fase menyusui tanpa hambatan yang berarti. Pendidikan laktasi dan konseling bagi ibu merupakan langkah yang sangat penting untuk meminimalkan masalah dan meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam menyusui. Memastikan bahwa ibu memiliki akses terhadap pengetahuan yang memadai tentang menyusui akan membantu mereka dan bayi menikmati proses menyusui dengan lebih baik.