Aktor Reza Rahadian baru-baru ini menarik perhatian publik dengan keterlibatannya dalam aksi unjuk rasa menolak RUU Pilkada yang berpotensi menganulir keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait ambang batas pencalonan Pilkada. Dalam aksi yang digelar di depan Gedung DPR RI di Senayan, Jakarta Pusat pada Kamis, 22 Agustus 2024, Reza tidak hanya hadir sebagai penonton melainkan juga berani berorasi di atas mobil komando, mewakili suara rakyat yang menginginkan agar keputusan MK dihormati.
Reza Rahadian menekankan pentingnya menghormati keputusan MK. Ia menyatakan, "Melihat bagaimana MK sudah mengembalikan citranya setelah sebelumnya wajahnya porak poranda. Kini, kita sudah mendapatkan keputusan yang sangat kita hormati dari MK." Pernyataan ini menggarisbawahi keinginan Reza agar lembaga legislatif tidak mengambil langkah yang dapat mengganggu stabilitas hukum dan politik yang telah dibangun.
Namun, pemilik Piala Citra ini juga mengungkapkan kegelisahannya terhadap rencana DPR yang ingin menganulir keputusan MK. "Kenyataan bahwa itu akan dianulir oleh lembaga yang katanya wakil rakyat kita semua hari ini. Lantas anda-anda di dalam ini wakil siapa?" tegasnya, menunjukkan kekhawatirannya mengenai kurangnya representasi suara rakyat dalam pengambilan keputusan yang krusial tersebut. Reza menambahkan kritik terhadap pihak-pihak yang berusaha menguasai negara dengan pernyataannya, "Ini bukan negara milik keluarga tertentu. Miris melihat ini semua," mengindikasikan bahwa ketidakadilan dalam penguasaan kekuasaan politik merupakan isu yang harus diperjuangkan oleh seluruh elemen masyarakat.
Momen kehadiran Reza Rahadian dalam aksi tersebut mengejutkan banyak orang. Pria kelahiran 15 September 1987 ini memang dikenal dengan karya-karyanya di dunia seni peran, namun ia jarang terlibat langsung dalam aksi-aksi politik. Hal ini menimbulkan pertanyaan, siapa sebenarnya Reza Rahadian di balik ketenaran dan kepopulerannya di dunia hiburan?
Profil singkat Reza Rahadian menunjukkan perjalanan hidup yang menginspirasi. Ia lahir dari pasangan Rahim dan Pratiwi Widantini Matulessy, dan memiliki darah campuran Iran-Maluku. Sejak kecil, Reza menghadapai tantangan ketika orang tuanya bercerai saat ia berusia enam tahun, memaksa ia dan adiknya untuk dibesarkan oleh sang ibu. Dalam fase awal kehidupannya, Reza sering mengalami kesulitan ekonomi. Sebagai contoh, saat masih di bangku SMA, ia pernah bekerja sebagai pelayan di sebuah kedai makan untuk membantu keadaan keluarga.
Kehidupan Reza juga mencerminkan sikap toleransi. Ia tumbuh dalam keluarga dengan latar belakang keagamaan yang berbeda, di mana ibunya menganut agama Kristen. Meskipun demikian, Reza memutuskan untuk menjadi mualaf pada usia 19 tahun, sebuah langkah yang menunjukkan kedewasaan dan pemikiran kritisnya.
Karier Reza Rahadian di dunia hiburan bermula dari modeling. Tahun 2004 menjadi titik awal perkenalannya dengan industri hiburan setelah berhasil meraih gelar juara Favorite Top Guest majalah Aneka Yess!. Keberhasilan tersebut membuka jalan untuknya memasuki dunia akting, di mana ia memulai debutnya pada sinetron "Inikah Rasanya" pada tahun yang sama. Reza kemudian berhasil menarik perhatian banyak orang, terutama setelah debut film layar lebarnya pada tahun 2007.
Berbicara tentang prestasi, Reza Rahadian telah meraih banyak penghargaan bergengsi. Di antaranya, ia mendapatkan Penghargaan Pemeran Pendukung Pria Terbaik di Festival Film Indonesia 2009 berkat perannya dalam film "Perempuan Berkalung Sorban". Kecemerlangan bakatnya kian membuktikan dirinya dengan menjadi Pemeran Utama Pria Terbaik di Festival Film Indonesia 2010 lewat film "3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta". Selain itu, ia juga meraih penghargaan Pemeran Utama Pria Terpuji di Festival Film Bandung pada tahun 2010 dan 2013, yang menunjukkan produktivitas dan dedikasinya terhadap seni peran.
Reza Rahadian dikenal sebagai aktor yang tidak pernah absen dari dunia perfilman. Ia bahkan terus menunjukkan dedikasinya melalui berbagai proyek yang dilakoninya, membuktikan bahwa meskipun sibuk di dunia politik, ia tetap menjadi sosok yang produktif dalam kariernya. Ini jelas menunjukkan bahwa Reza adalah figur yang multifaset—seorang aktor yang berbakat sekaligus seorang warga negara yang peduli dengan kondisi sosial dan politik di tanah air.
Dengan latar belakang dan pengalaman hidupnya, tindakan Reza Rahadian dalam ikut serta menyuarakan penolakan terhadap RUU Pilkada bukan hanya sekadar aksi simbolik. Ia adalah refleksi dari seorang seniman yang menyadari peran serta tanggung jawabnya dalam masyarakat. Keberaniannya untuk berbicara di hadapan publik, menyampaikan aspirasi rakyat, serta menuntut keadilan adalah tindakan yang sepatutnya dicontoh oleh publik figur lainnya.
Dengan demikian, Reza Rahadian tidak hanya mengukuhkan dirinya sebagai salah satu aktor papan atas Indonesia, tetapi juga sebagai aktivis yang siap memperjuangkan apa yang dianggap benar demi kemaslahatan masyarakat. Keterlibatannya dalam aksi ini dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk lebih peduli dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan politik demi masa depan bangsa yang lebih baik.