Gaya Hidup

Profil Nyuman Nuarta, Desainer Istana Garuda IKN yang Dapat Kritik Tajam dari Netizen

Karya terbaru Nyoman Nuarta sebagai desainer Istana Garuda di Ibu Kota Negara (IKN) telah menjadi sorotan publik, tidak hanya karena desain yang dinilai kontroversial, tetapi juga karena latar belakang dan prestasinya sebagai pematung terkemuka. Desain istana yang diusungnya mendapatkan banyak kritik dari warganet, yang merasa bahwa hasil akhir tidak sesuai dengan rencana awal. Warganet menyebut Istana Garuda kini lebih mirip kelelawar dan bahkan membandingkannya dengan markas Batman atau rumah Voldemort.

Istana Garuda, terletak di IKN, didesain oleh Nyoman Nuarta, salah satu seniman terkemuka Indonesia. Desain ini memenangkan sayembara yang diadakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada Maret 2021. Dalam sayembara tersebut, Nuarta mengusulkan konsep yang mengedepankan simbolisme dan kekuatan. Dalam rencananya, Istana Garuda hendak menggambarkan simbol negara dengan aspirasi masa depan yang berkelanjutan. Namun, keinginan untuk menampilkan aspek artistik ini tidak sejalan dengan persepsi publik saat ini.

Perubahan warna dan bentuk yang terjadi pada konstruksi Istana Garuda menjadi fokus perhatian dan kritik. Gambar awal yang menunjukkan warna hijau cerah dengan kepala garuda yang tegak, kini berubah menjadi warna gelap dengan kepala garuda yang merunduk. Banyak netizen merasa bahwa gaya arsitektur ini tidak mencerminkan keindahan dan kemegahan yang diharapkan dari sebuah istana negara.

Nyoman Nuarta, yang lahir di Tabanan pada 14 November 1951, adalah seniman lulus dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan jurusan Seni Rupa. Dia telah berkarier dalam bidang seni patung selama hampir setengah abad. Salah satu karya yang paling terkenal adalah patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang ada di Bali, yang menjadikannya salah satu seniman terkemuka di Indonesia.

Dalam merancang Istana Garuda, Nyoman Nuarta menggunakan bahan yang sama dengan patung GWK. Istana Garuda terbuat dari kuningan dan dilapisi dengan cairan yang, pada awalnya, memberikan tampilan berwarna gelap. Namun, seiring berjalannya waktu, warna tersebut akan berubah menjadi hijau tosca yang sejalan dengan desain awal. Proses oksidasi ini diperuntukkan untuk memberikan kesan alami dan menekankan keberlanjutan, sesuai dengan tema yang ingin diusung IKN.

Di sepanjang kariernya, Nyoman Nuarta telah menghasilkan banyak karya monumental di Indonesia. Karya-karya lain yang dihasilkannya termasuk patung Soekarno setinggi lima meter, patung Jalesveva Jayamahe yang terletak di dermaga ujung Madura, Surabaya, dan puluhan karya lainnya. Penghargaan yang telah diterimanya pun tidak sedikit, dengan total sekitar 12 penghargaan bergengsi sepanjang kariernya sebagai seniman.

Lebih dari sekadar seorang seniman, Nyoman juga seorang pelestari seni. Dia telah menggelar sekitar 40 pameran bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-negara seperti Singapura, Australia, Amerika Serikat, Paris, India, Jepang, dan Filipina. Keberadaan karyanya di berbagai belahan dunia menunjukkan kapasitas dan pengakuan internasional yang dimiliki oleh Nyoman.

Dalam menghadapi berbagai kritik mengenai desain Istana Garuda, Nyoman Nuarta tetap menunjukkan sikap profesional dan terbuka. Ia memahami bahwa seni adalah subjek yang bersifat personal dan bisa menghasilkan berbagai interpretasi. Hal ini pun menjadi tantangan tersendiri bagi seorang seniman seperti Nyoman untuk dapat menerjemahkan visi artistiknya ke dalam karya yang dapat diterima oleh masyarakat luas.

Meskipun banyak kritik yang mengemuka, Nyoman berkomitmen untuk terus berkarya dan berinovasi. Ia percaya bahwa seni tidak hanya sekadar bentuk, tetapi juga memiliki makna yang lebih dalam yang dapat menginspirasi dan menyentuh kehidupan masyarakat. Dalam pandangannya, Istana Garuda bukan sekadar bangunan, tetapi merupakan simbol perubahan dan harapan bagi masa depan Indonesia.

Sebagai salah satu pelopor seni patung di Indonesia, perjalanan Nyoman Nuarta juga mencerminkan harapan dan aspirasi masyarakat dalam memaknai identitas bangsa. Karya-karyanya bisa jadi bukan hanya sekadar representasi artistik, tetapi juga mencerminkan kultur, sejarah, dan nilai-nilai yang ingin diusung oleh bangsa ini. Dalam konteks IKN, Istana Garuda diharapkan dapat menjadi simbol kebangkitan dan kemajuan Indonesia di masa mendatang.

Mendeteksi perubahan dalam masyarakat, Nyoman juga tidak lepas dari pandangan bahwa seni harus dapat berbicara kepada semua kalangan. Karyanya di Istana Garuda, meskipun menuai kritik, adalah bagian dari proses kreatif yang terus berlangsung, di mana setiap seniman dituntut untuk beradaptasi dengan perubahan jaman dan selera publik. Proses ini adalah bagian penting dari perjalanan seni yang bersifat dinamis.

Dengan latar belakang yang kaya dan pengalaman yang luas, Nyoman Nuarta tetap menjadi figura sentral dalam dunia seni patung di Indonesia. Ia menunjukkan bahwa meskipun menghadapi tantangan dan kritik, seorang seniman harus tetap bertahan pada visinya, sembari tetap mendengarkan suara masyarakat. Hal ini menjadi pelajaran berharga tidak hanya bagi seniman muda, tetapi juga bagi generasi mendatang dalam memahami nilai seni dan budaya di tengah dinamika sosial yang terus berubah.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button