I Nyoman Nuarta, seorang seniman dan perancang patung ternama Indonesia, kembali mencuri perhatian publik dengan desainnya untuk Istana Garuda yang terletak di Ibu Kota Nusantara (IKN). Namun, tidak semua reaksi terhadap karyanya bersifat positif. Banyak kritikus yang menilai karya tersebut memiliki nuansa mistis dan bahkan menyerupai kelelawar dibandingkan dengan simbol garuda yang diharapkan.
Dalam menjawab kritik yang mencuat, I Nyoman Nuarta menjelaskan bahwa setiap orang memiliki interpretasi yang berbeda-beda terhadap karya seni. "Jadi kalau tu jadi aura mistis ada segala macam, ya itu terserah masing-masing lah, tapi kita membuat itu tentu Istana agar berwibawa, kita butuh wibawa itu," ungkapnya. Pernyataan tersebut menunjukkan sikap terbuka Nuarta terhadap pandangan yang beragam dari publik, sekaligus menegaskan tujuan dari desain yang ia ciptakan.
I Nyoman Nuarta lahir di Tabanan, Bali, sebagai anak keenam dari sembilan bersaudara. Ia merupakan putra pasangan Wirjaatmadja dan Samudra, yang mungkin telah menurunkan bakat seni kepadanya. Pengaruh seni dalam hidupnya juga datang dari pamannya, Ketut Dharma Susila, yang dikenal sebagai guru seni rupa. Setelah menyelesaikan masa pendidikan di sekolah menengah atas, Nuarta merantau ke Bandung untuk melanjutkan studinya di Institut Teknologi Bandung (ITB). Meski awalnya ia mengambil jurusan seni lukis, Nuarta akhirnya memutuskan untuk beralih ke jurusan patung setelah satu tahun menempuh pendidikan.
Karier seninya mulai bersinar ketika Nuarta berhasil memenangkan lomba patung proklamator Republik Indonesia pada tahun 1979. Karya monumental pertamanya, patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali, semakin mengukuhkan namanya dalam dunia seni. Hingga saat ini, GWK telah menjadi salah satu objek wisata ikonik yang dikenal oleh banyak orang.
Sepanjang perjalanan kariernya, I Nyoman Nuarta telah meraih banyak penghargaan baik di tingkat nasional maupun internasional. Di antarnya adalah penghargaan dari Nanyang Academy of Fine Art di Singapura pada tahun 1989. Keberhasilan tersebut menandai prestasi luar biasa seorang seniman yang terus berkarya menghasilkan benda seni yang memukau dan bernilai tinggi.
Di luar karya publiknya, Nuarta juga dikenal sebagai pendiri NuArt Sculpture Park, sebuah taman seni yang terletak di Bandung. Taman ini tidak hanya menjadi lokasi pameran karya-karya seninya, tetapi juga menjadi pusat seni yang sering digunakan untuk berbagai kegiatan, termasuk konser musik. Tempat ini berfungsi sebagai wadah bagi para seniman untuk berinteraksi dan memamerkan karya mereka.
Ketika ditanya tentang desain Istana Garuda, I Nyoman Nuarta menyatakan bahwa rancangannya didasarkan pada dua fungsi utama. Pertama, aspek estetik, yang diharapkan dapat menunjukkan karya seni monumental serupa GWK. Nuarta ingin agar Istana Garuda menjadi simbol yang menampilkan keagungan dan karakter budaya Indonesia. Kedua, fungsi pragmatis yang bertujuan untuk menciptakan tempat bagi presiden untuk mengelola pemerintahan. Dalam pandangannya, desain yang mampu menggabungkan dua fungsi ini adalah komitmennya untuk menciptakan sesuatu yang tidak hanya indah, tetapi juga fungsional.
Istana Garuda di IKN dihadapkan pada pro dan kontra dari berbagai kalangan. Banyak yang mengkritik bahwa penampakan bangunan tersebut tidak mencerminkan bentuk garuda, dan lebih banyak berhubungan dengan elemen-elemen yang dianggap mistis. Kritik ini datang dari berbagai kalangan, di antaranya seniman, arsitek, dan masyarakat umum. Media sosial pun menjadi platform di mana warganet mengekspresikan pendapat dan kritik mereka terhadap desain tersebut.
Nuarta mengakui bahwa persepsi terhadap karyanya bisa sangat beragam dan dipengaruhi oleh pandangan serta latar belakang orang-orang yang menilainya. Menurutnya, seni dapat memiliki berbagai interpretasi dan makna tergantung dari siapa yang melihatnya. Ia percaya bahwa setiap karya seni menawarkan pengalaman tersendiri bagi penikmatnya serta bisa menimbulkan diskusi-diskusi yang membangun.
Lebih jauh lagi, I Nyoman Nuarta mengungkapkan harapannya agar masyarakat Indonesia dapat melihat Istana Garuda sebagai refleksi dari identitas budaya yang besar. Ia memiliki keyakinan bahwa bangunan ini bisa menjadi salah satu landmark penting yang mencerminkan kekayaan seni dan budaya Indonesia di pentas dunia. Nuarta berharap, seiring waktu, masyarakat dapat lebih memahami makna di balik desain yang ia ciptakan.
Keberadaan Istana Garuda di IKN, yang merupakan bagian dari upaya untuk membangun ibu kota baru Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari diskusi tentang estetika dan fungsi bangunan publik. I Nyoman Nuarta ingin agar karyanya tidak hanya menjadi simbol bagi pemerintah, tetapi juga menjadi bagian dari sejarah dan budaya yang akan terus diingat oleh generasi mendatang. Dengan demikian, dia dengan tegas menegaskan bahwa setiap kritik adalah bagian dari proses perkembangan seni. Seni, menurutnya, adalah eksplorasi yang tidak pernah berhenti.
Sementara itu, masyarakat diharapkan bisa terlibat dalam dialog seputar karya seni dan desain publik, agar lebih memahami proses kreatif di balik sebuah karya dan keterlibatan berbagai elemen yang ada di dalamnya. I Nyoman Nuarta, dengan semua prestasi dan dedikasinya dalam dunia seni, tetap berharap agar masyarakat dapat menerima karya-karyanya dengan berbagai cara dan pandangan yang berbeda, menjadikan seni sebagai media yang menyatukan dalam perbedaan.