Dunia

Presiden To Lam Jadi Ketua Partai Komunis Vietnam, Bertekad Lawan Korupsi Secara Tuntas

Hanoi: Presiden Vietnam, To Lam, telah resmi mengambil peran sebagai Ketua Partai Komunis Vietnam setelah pencalonan dirinya didukung secara bulat oleh partai tersebut pada 3 Agustus 2024. Penunjukan Lam terjadi setelah wafatnya pendahulu, Nguyen Phu Trong, yang mengepalai partai selama lebih dari satu dekade dan menjadi sosok dominan dalam politik Vietnam. Lam, yang berusia 67 tahun, sebelumnya telah mengambil alih fungsi politik paling berpengaruh di negara tersebut secara sementara mulai 18 Juli, sehari sebelum Trong tutup usia.

Dalam pernyataannya di hadapan para delegasi di Hanoi, Lam menegaskan komitmennya untuk melanjutkan semangat dan kebijakan yang ditetapkan oleh Trong, termasuk fokus terhadap pencapaian tujuan pembangunan sosial-ekonomi, serta melanjutkan kampanye melawan korupsi yang telah menjadi perhatian utama partai. "Dalam waktu mendatang, upaya antikorupsi akan terus dilakukan dengan gencar," kata Lam dalam konferensi pers, menggarisbawahi pentingnya agenda tersebut bagi stabilitas politik Vietnam.

Dengan pengalaman lebih dari empat dekade di kementerian keamanan publik, Lam sebelumnya menjabat sebagai menteri pada tahun 2016 dan memimpin kampanye antikorupsi besar-besaran yang dimulai oleh Trong. Dalam hal ini, Lam merasa bahwa latar belakang dan pengalamannya akan membantunya dalam menghadapi tantangan-tantangan baru di jabatannya yang sekarang.

Vietnam, sebagai negara komunis yang menarik banyak investasi, telah mengalami sejumlah gejolak politik dalam beberapa bulan terakhir, banyak di antaranya terkait dengan upaya pembersihan yang dilakukan dalam sistem pemerintahan untuk mengendalikan praktik-praktik korupsi. Lam menekankan bahwa meskipun dia berfokus pada kampanye melawan korupsi, terdapat kemungkinan bahwa kampanye tersebut akan sedikit melambat menjelang kongres partai yang dijadwalkan pada tahun 2026, ketika stabilitas partai menjadi prioritas utama.

Para pejabat dan diplomat mengamati bahwa ada pembicaraan di dalam partai mengenai penunjukan presiden baru agar Lam dapat berkonsentrasi sepenuhnya pada posisi Ketua Partai. Hal ini akan memberikan Lam ruang untuk mengadopsi gaya kepemimpinan yang lebih kuat, mirip dengan pendahulunya di Tiongkok, Xi Jinping. Namun, Lam perlu mengelola keseimbangan antara dua jabatan besar tersebut, yang telah menjadi tantangan bagi politik Vietnam sebelumnya. "Jika sidang pleno berakhir tanpa menunjuk presiden baru, itu akan menjadi sinyal babak baru bagi Vietnam," papar Nguyen Khac Giang, seorang ahli dari ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura.

Sementara itu, Lam telah mendapatkan selamat dari pemimpin Tiongkok Xi Jinping atas penunjukannya sebagai ketua baru partai, yang menunjukkan ketertarikan strategis antara kedua negara. Dengan latar belakangnya yang kuat dalam keamanan dan pengawasan, Lam diharapkan dapat memperkuat stabilitas politik dan mendorong Vietnam menuju tujuan sosioekonominya di tengah tekanan global dan domestik.

Dalam konteks global, Vietnam saat ini berada pada posisi yang strategis dengan banyaknya investor yang tertarik memasuki pasar yang stabil, meskipun tantangan dari praktik korupsi tetap menjadi perhatian serius. Lam berjanji untuk menegakkan prinsip integritas dan akuntabilitas, dua nilai yang sangat penting bagi pertumbuhan dan keberlanjutan ekonomi negara ini.

Pengamat politik menyatakan bahwa meskipun Lam berjanji untuk terus memerangi korupsi, tantangan-tantangan administratif dan politik di dalam partai mungkin mempengaruhi kecepatan dan efektivitas kampanye tersebut. Ia perlu melawan berbagai kepentingan di dalam partai yang mungkin tidak sepenuhnya setuju dengan pendekatannya.

Sebelum menjabat sebagai presiden, Lam dikenal sebagai sosok yang vokal mengenai isu-isu keamanan dan ketertiban. Dengan latar belakangnya tersebut, ia dipandang sebagai pemimpin yang mampu mengatasi tantangan-tantangan dalam negeri, termasuk menangani korupsi yang telah lama menjadi masalah di Vietnam. Lam juga berkomitmen untuk menjaga hubungan baik dengan negara-negara tetangga dan mitra internasional, meskipun ada pergeseran politik yang terjadi.

Kesulitan dalam partai komunis Vietnam selama ini mencerminkan dinamika yang kompleks, di mana reformasi diperlukan untuk mencapai tujuan ekonomi yang lebih besar sembari menjaga stabilitas politik. Dengan kepemimpinan Lam, Vietnam berdiri di persimpangan baru. Dia menjanjikan kemajuan dalam melawan korupsi, yang telah lama menjadi ancaman serius bagi reputasi dan kepercayaan publik terhadap partai.

Dalam waktu yang akan datang, dengan fokus yang kuat pada pencegahan korupsi dan reformasi sosial-ekonomi, To Lam diharapkan dapat membawa Vietnam menuju era yang lebih transparan dan bertanggung jawab, menciptakan tatanan pemerintahan yang lebih baik dan memfasilitasi perkembangan lebih lanjut di negara yang terus berkembang ini. Seiring dengan upayanya untuk menghadapi tantangan yang ada, Lam juga harus menavigasi pertikaian internal yang mungkin muncul di dalam partai, sekaligus mempertahankan dukungan dari elemen-elemen kunci dalam struktur kekuasaan Vietnam.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button