Prancis dan Amerika Serikat (AS) tengah mengupayakan gencatan senjata sementara selama 21 hari untuk mengurangi ketegangan antara Hizbullah, Lebanon, dan Israel. Rencana ini diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot dalam pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada Rabu, 25 September 2024. Barrot menegaskan bahwa langkah ini bertujuan memberikan waktu untuk negosiasi lebih lanjut yang dapat membawa solusi diplomatik di kawasan tersebut.
Kesepakatan dan Harapan
Dalam pernyataannya, Barrot mengungkapkan harapan bahwa kedua pihak akan menerima rencana gencatan senjata tanpa penundaan. "Kami berharap kedua belah pihak menerimanya tanpa penundaan, untuk melindungi penduduk sipil dan memungkinkan dimulainya negosiasi diplomatik," ucapnya. Rencana ini diharapkan dapat segera diumumkan ke publik dalam waktu dekat.
Barrot juga menegaskan bahwa ia akan melakukan kunjungan ke Lebanon pada akhir pekan ini. Selama kunjungannya, ia berencana bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mencari parameter yang tepat untuk mencapai solusi diplomatik sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701. "Ini adalah jalan yang sulit, tetapi ini adalah jalan yang memungkinkan," tambahnya.
Latar Belakang Krisis
Krisis yang melanda Lebanon dan interaksi antara Hizbullah dan Israel memiliki akar sejarah yang dalam. Resolusi 1701 diadopsi setelah perang antara Israel dan Hizbullah pada tahun 2006, yang bertujuan memperluas mandat pasukan penjaga perdamaian PBB di wilayah tersebut. Resolusi ini juga memberikan wewenang kepada pasukan PBB untuk membantu tentara Lebanon dalam menjaga wilayah selatan dari kehadiran senjata atau personel bersenjata selain dari negara Lebanon.
Namun, hingga saat ini, Hizbullah tetap mengendalikan Lebanon selatan secara efektif, meskipun tentara Lebanon ook berada di sana. Hizbullah merupakan kelompok bersenjata yang memiliki kekuatan politik paling kuat di Lebanon, yang sering kali menyebabkan ketegangan di kawasan tersebut.
Dukungan dari AS dan PBB
Selama pertemuan Dewan Keamanan, Wakil Duta Besar AS untuk PBB, Robert Wood, menegaskan bahwa penerapan penuh Resolusi 1701 merupakan satu-satunya solusi jangka panjang untuk masalah ini. "AS telah terlibat secara intensif dengan semua pihak di kawasan tersebut. Tujuan kami jelas, untuk mencegah perang yang lebih luas yang kami yakini tidak menguntungkan pihak mana pun, tidak menguntungkan rakyat Israel dan tidak menguntungkan rakyat Lebanon," ujar Wood.
Dia mengungkapkan bahwa AS terus bekerja sama dengan negara-negara lain untuk merumuskan proposal yang diharapkan dapat menciptakan ketenangan dan membuka jalur untuk diskusi guna mencapai solusi diplomatik yang komprehensif.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, juga menyampaikan pesan penting dalam pertemuan tersebut. Ia menekankan bahwa Lebanon tidak boleh dibiarkan menjadi "Gaza lainnya". Guterres menyerukan penghentian tindakan kekerasan, dengan tegas mengatakan, "Mari kita katakan dengan satu suara yang jelas, hentikan pembunuhan dan penghancuran. Tolak retorika dan ancaman. Mundurlah dari jurang. Perang habis-habisan harus dihindari dengan segala cara."
Tantangan ke Depan
Meskipun gencatan senjata sementara ini memberikan harapan, tantangan besar masih menghadang. Ketegangan yang berkepanjangan antara Hizbullah dan Israel, serta situasi politik yang kompleks di Lebanon, menjadi hambatan nyata untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan. Komitmen kedua belah pihak untuk tidak hanya menghentikan permusuhan tetapi juga mulai bernegosiasi menuju solusi jangka panjang akan sangat menentukan hasil dari upaya ini.
Dengan latar belakang yang sarat dengan konflik dan perpecahan, langkah-langkah diplomatik yang kiranya diambil oleh Prancis dan AS menunjukkan pentingnya kerjasama internasional dalam mencari solusi atas konflik yang berlarut-larut. Semua pihak harus bersedia untuk mengesampingkan perbedaan dan berkomitmen pada proses yang dapat mengakhiri siklus kekerasan yang telah berlangsung lama.
Keberhasilan rencana gencatan senjata ini tidak hanya akan berdampak pada keamanan di Lebanon dan Israel, tetapi juga bisa membawa stabilitas yang lebih luas di kawasan Timur Tengah, yang telah lama terpengaruh oleh ketegangan politik dan konflik bersenjata. Kini, perhatian dunia tertuju pada perkembangan selanjutnya, sambil berharap akan ada langkah nyata menuju perdamaian yang pantas untuk rakyat Lebanon dan Israel.