Gempa berkekuatan 7,1 mengguncang lepas pantai tenggara Pulau Kyushu, Jepang, pada Kamis, 8 Agustus 2024, tepatnya pukul 16:43 waktu setempat. Kejadian ini berlokasi di Hyuga Nada dengan kedalaman 30 kilometer. Gempa ini bukan hanya berdampak di daerah sekitarnya, tetapi juga menimbulkan peringatan tsunami untuk beberapa wilayah, termasuk pesisir Pulau Kyushu dan pesisir barat serta selatan Pulau Shikoku. Tsunami dengan ketinggian gelombang mencapai satu meter tercatat tiba di Prefektur Miyazaki. Di tengah ketegangan yang ditimbulkan, otoritas setempat bergerak cepat dengan menghentikan layanan kereta cepat dan membentuk markas darurat di kantor Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida.
Masyarakat di sekitar tersebut tampaknya merasakan guncangan gempa ini, dan beberapa laporan menyebutkan bahwa gempa susulan hingga magnitudo 5,0 juga dirasakan di kawasan Prefektur Miyazaki dan Kagoshima. Kesiapsiagaan masyarakat serta respons cepat dari otoritas setempat menjadi faktor penting dalam menghadapi situasi berisiko tinggi seperti ini.
Peringatan tsunami adalah langkah preventif yang diambil untuk melindungi warga dari potensi ancaman gelombang besar yang diakibatkan oleh gempa bumi. Tsunami biasanya dipicu oleh gempa bumi berkekuatan besar, terutama yang terjadi di bawah laut. Namun, tidak semua gempa bumi memicu tsunami. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), ada beberapa ciri-ciri gempa bumi yang berpotensi menimbulkan tsunami.
Pertama, magnitudo gempa yang besar indicated akan dapat menghasilkan tsunami. Jika durasi guncangan dirasakan cukup lama dan memiliki karakteristik seperti diayun-ayun, hal ini bisa menjadi pertanda bahwa tsunami mungkin akan mengikuti. Kedua, lokasi episenter juga memainkan peran krusial. Jika gempa terjadi di laut, terutama di zona subduksi atau patahan aktif, maka risiko terjadinya tsunami akan lebih tinggi.
Selanjutnya, mekanisme sesar atau patahan juga menjadi salah satu faktor penentu. Gempa yang terjadi pada patahan naik atau patahan turun cenderung lebih berpotensi menghasilkan gelombang tsunami. Selain itu, kedalaman gempa juga perlu diperhatikan; gempa dangkal, yang berada di bawah kedalaman 70 kilometer, seringkali lebih berisiko menyebabkan tsunami dibandingkan gempa yang lebih dalam.
Terakhir, tanda awal yang bisa dilihat setelah terjadinya gempa adalah adanya perubahan muka air laut, yaitu surutnya air laut secara tiba-tiba. Kondisi ini biasanya diikuti oleh gelombang raksasa yang akan menghantam daerah pesisir. Dalam setiap kejadian gempa yang signifikan, masyarakat di kawasan rawan tsunami diimbau untuk selalu waspada terhadap perubahan ini dan segera mengungsi ke tempat yang lebih tinggi jika terjadi tanda-tanda tsunami.
Jepang, dikenal sebagai salah satu negara paling siap menghadapi bencana alam akibat letak geografisnya, terus meningkatkan sistem peringatan dini untuk tsunami. Kesiapan tersebut terlihat dari respons cepat otoritas yang mengeluarkan peringatan kepada masyarakat untuk menjaga jarak aman dari pantai dan mengikuti arahan yang diberikan. Meski demikian, tidak semua orang selalu mengantongi informasi yang tepat tentang apa yang harus dilakukan ketika tsunami terjadi.
Pendidikan dan sosialisasi mengenai tsunami perlu ditingkatkan di kalangan masyarakat, terutama di daerah yang sering mengalami gempa. Pemerintah dan lembaga terkait harus terus melakukan latihan dan simulasi agar masyarakat dapat lebih familiar dengan langkah-langkah yang perlu diambil saat terjadi bencana.
Dengan kejadian terbaru ini, kembali diingatkan bahwa risiko gempa bumi dan tsunami adalah ancaman nyata bagi penduduk di daerah rawan. Penanganan yang baik dari pemerintah, ditunjang dengan kesadaran serta partisipasi aktif dari masyarakat, sangat penting untuk meminimalkan risiko dan dampak yang ditimbulkan. Mempelajari ciri-ciri gempa berpotensi tsunami adalah langkah awal yang perlu disadari oleh setiap individu, agar terhindar dari bahaya saat bencana melanda.
Dengan informasi ini, diharapkan masyarakat lebih tanggap dan memiliki pengetahuan yang lebih baik mengenai ancaman yang mungkin terjadi, terutama ketika menghadapi situasi seperti gempa yang baru saja mengguncang Jepang. Peringatan tsunami tidak hanya sekadar informasi, tetapi harus dimaknai sebagai kunci keselamatan dalam menghadapi bencana alam yang sepertinya tidak dapat dihindari.