Dunia

PM Inggris Bertekad Seret Perusuh Sayap Kanan ke Jalur Hukum Setelah Kerusuhan Meningkat

Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menunjukkan ketegasan untuk menindak tegas segala bentuk perusuhan yang dilakukan oleh kelompok sayap kanan dalam serangkaian kerusuhan yang mengguncang Inggris baru-baru ini. Kerusuhan yang dipicu oleh penikaman massal dalam beberapa hari terakhir ini diakui sebagai kekacauan terburuk yang melanda negara tersebut dalam 13 tahun terakhir.

Kejadian ini bermula dari penikaman massal yang terjadi di Southport dan memunculkan gelombang demonstrasi anti-imigrasi di berbagai kota. Dalam aksinya, para demonstran yang mengenakan topeng merusak properti, termasuk memecahkan jendela sebuah hotel yang dijadikan tempat penampungan para pencari suaka di Rotherham, South Yorkshire. Insiden ini menunjukkan eskalasi kekerasan yang berpotensi merusak stabilitas sosial di negara tersebut.

Starmer, yang baru sebulan menjabat sebagai Perdana Menteri setelah Partai Buruh mencatat kemenangan signifikan atas Partai Konservatif, beriman bahwa tindakan yang dilakukan oleh perusuh tersebut tidak dapat dibenarkan. Dalam sebuah pernyataan publik, ia menekankan, "Saya jamin Anda akan menyesal telah mengambil bagian dalam kekacauan ini," dan menyerukan agar semua individu yang terlibat, baik di lapangan maupun yang menyebarkan penghasutan secara daring, harus dihadapkan ke pengadilan.

Berdasarkan laporan yang dipublikasikan oleh Channel News Asia, kerusuhan ini berlangsung di berbagai kota seperti Liverpool, Manchester, Bristol, Blackpool, Hull, dan Belfast, dengan lebih dari 150 orang ditangkap oleh pihak kepolisian. Bentrokan antara para demonstran dan polisi semakin intensif, dengan para perusuh melemparkan batu, botol, dan bahkan merusak peralatan jurnalistik yang ada di lokasi. Meskipun sepuluh petugas terluka dalam kerusuhan tersebut, pihak kepolisian mengonfirmasi bahwa tidak ada penghuni hotel yang menderita luka.

Rekaman yang ditayangkan oleh BBC menunjukkan aktivitas perusuh yang memaksakan diri masuk ke dalam Holiday Inn Express sambil membawa benda-benda berbahaya dan membakar tempat sampah. Tentu, tindakan ini menimbulkan kekhawatiran mengenai keselamatan para pencari suaka yang seharusnya dilindungi.

Latar belakang dari kerusuhan ini adalah sebuah rumor palsu yang beredar di media sosial terkait latar belakang tersangka penikaman, Axel Rudakubana, seorang remaja berusia 17 tahun yang dituduh melakukan serangan brutal. Banyak yang percaya bahwa rumor tersebut telah diwariskan oleh kelompok-kelompok sayap kanan, termasuk English Defence League (EDL), yang dikenal dengan sikap anti-Islam dan terhubung dengan perilaku hooliganisme.

Penting untuk dicatat bahwa unjuk rasa yang terjadi tidak sepenuhnya berujung pada kekerasan. Ada juga demonstrasi damai, seperti yang terjadi di Aldershot, di mana peserta aksi membawa spanduk dengan pesan anti-invasi. Namun, sebagian besar demonstrasi yang dipimpin oleh kelompok radikal justru mengitar di sekitar slogan anti-imigrasi yang memicu perpecahan dan ketegangan di masyarakat.

Selain itu, para pemimpin agama dari berbagai latar belakang di Liverpool mengeluarkan seruan untuk ketenangan dalam menghadapi situasi yang semakin memburuk. Tiffany Lynch, perwakilan dari Federasi Polisi Inggris dan Wales, mencatat bahwa fenomena ini menyebar ke kota-kota besar dan kecil, menandai adanya pergeseran dalam sentimen sosial di Inggris.

Kelompok yang mendorong agenda anti-imigrasi tampaknya semakin diuntungkan oleh iklim politik saat ini, di mana partai sayap kanan, seperti Reform UK, mencatatkan hasil pemilu yang cukup signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya sentimen anti-imigrasi yang baru dalam masyarakat, yang mungkin berdampak pada meningkatnya radikalisasi di kalangan segmen-segmen tertentu.

Adanya ketidakpuasan yang menjalar dalam berbagai kalangan masyarakat seiring dengan meningkatnya retorika anti-imigrasi dari sejumlah politisi turut memicu ketegangan ini. Carla Denyer, seorang pemimpin dari partai sayap kiri Green, menyatakan bahwa kerusuhan ini merupakan "peringatan bagi semua politisi yang secara aktif mempromosikan atau mengalah pada retorika anti-imigrasi."

Sementara itu, respon pemerintah tampaknya juga akan melibatkan penguatan keamanan di sekitar tempat-tempat ibadah, khususnya bagi masjid-masjid yang menjadi target ancaman. Kementerian Dalam Negeri Inggris telah mengumumkan akan menyediakan keamanan darurat sebagai upaya untuk melindungi komunitas Muslim yang merasa terancam oleh kekerasan tersebut.

Kerusuhan ini menunjukkan kompleksitas dan tantangan yang dihadapi oleh kepemimpinan baru Starmer di tengah-tengah perpecahan sosial yang semakin terlihat. Tugas yang menjadi tanggung jawabnya bukan hanya untuk menghadapi perusuh, tetapi juga untuk menyatukan masyarakat Inggris agar dapat kembali ke jalur damai dan menghormati keragaman. Penegakan hukum dan rehabilitasi akan sangat penting demi mencegah insiden serupa di masa mendatang.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button