Dolar Amerika Serikat (AS) melonjak ke level tertinggi baru dalam 2,5 bulan pada perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu WIB), dengan indeks dolar mengukur nilai dollar terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, termasuk yen Jepang dan euro, naik sekitar 0,12 persen menjadi 104,08. Nilai ini telah mencapai titik tertinggi sejak 2 Agustus dan menunjukkan kenaikan sekitar 3,3 persen selama bulan ini, yang merupakan laju bulanan terkuat sejak April 2022.
Kenaikan Dolar Terpicu oleh Kondisi Ekonomi Positif
Dolar AS terus mengalami kenaikan selama tiga minggu berturut-turut, dan berada di jalur untuk kenaikan ke-15 dalam 17 sesi perdagangan. Kenaikan ini didorong oleh serangkaian data ekonomi yang menguat, mengurangi ekspektasi tentang kecepatan dan ukuran pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve. Imbal hasil pada obligasi Treasury AS 10 tahun pun menunjukkan kenaikan signifikan, mencapai 4,222 persen pada Selasa, angka tertinggi sejak 26 Juli.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari FedWatch Tool CME, pasar memperkirakan peluang sekitar 89,6 persen untuk pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan mendatang di bulan November. Selain itu, ada peluang 10,4 persen bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tetap pada levelnya saat ini. Sebelumnya, satu bulan lalu, pasar memprediksi kemungkinan pemotongan suku bunga lebih besar, termasuk ekspektasi untuk penurunan hingga 50 basis poin.
Pemilihan Presiden AS Mempengaruhi Dinamika Mata Uang
Sementara itu, perhatian pasar juga tertuju pada pemilihan presiden AS yang akan datang. Meningkatnya perhatian akan potensi kemenangan calon dari Partai Republik, Donald Trump, turut memicu fluktuasi dalam pasar mata uang. Kebijakan inflasi yang diusulkan Trump, seperti penerapan tarif, menjadi salah satu faktor yang memicu kekhawatiran pasar terhadap inflasi yang lebih tinggi di AS. Thierry Wizman, seorang ahli strategi valas dan suku bunga di Macquarie, New York, menyatakan bahwa prospek kemenangan Trump di pemilihan mendatang "mendorong pasar untuk memperhitungkan lebih banyak inflasi di AS," menjadikan agendanya lebih berpotensi inflasioner dibanding dengan agenda calon presiden dari Partai Demokrat, Kamala Harris.
Kondisi ini turut berkontribusi pada merosotnya nilai euro, yang turun sekitar 0,15 persen menjadi USD1,0798. Pernyataan dari sejumlah pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa yang memperingatkan risiko inflasi yang jatuh di bawah target dua persen menunjukkan perubahan dalam fokus mereka, terutama setelah bertahun-tahun mengalami pertumbuhan harga yang berlebihan.
Dolar Menguat Terhadap Yen Jepang
Dalam perdagangan terhadap yen Jepang, dolar AS menguat sebesar 0,17 persen menjadi 151,08, setelah sebelumnya mencapai level tertinggi di 151,19, angka yang belum dicapai sejak 31 Juli. Di sisi lain, Bank Jepang secara hati-hati mengawasi potensi risiko dari kenaikan harga impor terkait dengan melemahnya nilai yen, seperti yang dinyatakan oleh Direktur Eksekutif Takeshi Kato. Kenaikan harga impor ini menjadi perhatian khusus di tengah gejolak mata uang global yang dipicu oleh kebijakan moneter yang tidak menentu.
Pergerakan Pasar Efek Dolar AS
Saat dolar AS menguat, hal ini juga memberikan dampak signifikan terhadap pasar efek. Investor yang sebelumnya resah terhadap kebijakan moneter mengevaluasi kembali strategi investasi mereka. Kenaikan imbal hasil obligasi, bersamaan dengan ekspektasi bahwa pemotongan suku bunga Fed bisa kurang agresif dari yang diperkirakan, telah memengaruhi pasar saham, di mana sejumlah indeks mengalami volatilitas yang berarti.
Sejak awal bulan, pasar saham mengalami perubahan yang signifikan, di mana investor lebih cenderung beralih ke aset yang lebih aman seperti obligasi seiring dengan meningkatnya kekhawatiran inflasi. Hal ini juga berdampak pada kestabilan saham di sektor tertentu, di mana perusahaan-perusahaan yang bergantung pada utang lebih rentan terhadap perubahan suku bunga.
Secara keseluruhan, pergerakan dolar AS yang kuat dan ketegangan menjelang pemilihan presiden AS menjadi dua faktor penting yang akan terus mempengaruhi dinamika pasar keuangan di berbagai belahan dunia. Dolar yang menjadi "safe haven" kian dilirik di tengah situasi yang tidak pasti, dan investor diingatkan untuk selalu mengikuti perkembangan baik di sektor ekonomi maupun politik yang bisa berdampak langsung terhadap portofolio mereka.
Penutup
Keberlanjutan tren kenaikan dolar dan dampaknya terhadap pemilihan presiden AS yang semakin mendekat akan menjadi fokus utama bagi para analis dan investor dalam beberapa bulan ke depan. Dengan terus memantau data ekonomi dan merespons perkembangan politik yang muncul, pasar akan terus diperhadapkan pada tantangan dan peluang baru dalam mengelola risiko serta mendapatkan keuntungan investasi.