Pendidikan

Perundungan di Sekolah: Pemantik Kekerasan Antarsiswa yang Memerlukan Penanganan Serius

Kekerasan di lingkungan pendidikan, khususnya perundungan antarsiswa, terus meningkat dan menjadi perhatian serius di Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Jaminan Mutu Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik Universitas Gadjah Mada (UGM), Dody Wibowo, dalam sebuah workshop yang berlangsung di Jakarta, pada 5 Agustus 2024. Dody menyatakan bahwa kasus perundungan di sekolah sering kali berawal dari saling ejek atau bergurau yang tidak terkendali, yang pada akhirnya dapat memicu kekerasan fisik antar siswa.

Perundungan, Pemicu Kekerasan
Dody menegaskan bahwa perilaku perundungan sering kali sulit dideteksi karena terjadi secara perlahan. “Awalnya terlihat bergurau, tapi seiring berjalannya waktu bisa menimbulkan kekesalan yang berujung pada perkelahian di sekolah,” ucap Dody. Hal ini menunjukkan bahwa kepekaan terhadap perubahan perilaku siswa sangatlah penting. Dody juga mencatat, faktor penyebab perundungan ini dapat berasal dari lingkungan sosial, termasuk pengaruh media sosial dan tontonan yang tidak sehat.

Peran Sekolah dalam Mencegah Perundungan
Dody menyarankan pentingnya peran sekolah dalam mencegah intimidasi antarsiswa. “Sekolah seharusnya bisa memetakan dan mengenali jenis-jenis perundungan yang terjadi di kalangan siswa. Ini penting agar tindakan preventif dapat dilakukan lebih awal,” imbuhnya. Ia menekankan bahwa sosialisasi yang rutin mengenai bentuk-bentuk perundungan harus dilakukan oleh pihak sekolah. Dengan demikian, siswa akan lebih mengetahui dan memahami apa yang termasuk dalam kategori perundungan dan cara-cara menghindarinya.

Sosialisasi di Kelas
Dody mengusulkan agar di dalam kelas, guru secara rutin mengingatkan siswa tentang pentingnya saling menghargai dan memahami bentuk-bentuk perundungan. “Kita harus selalu ingatkan anak-anak kita mengenai isu ini,” katanya. Melalui pendekatan yang proaktif, diharapkan siswa dapat saling mendukung dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif dan aman.

Workshop Manajemen Konflik
Pernyataan Dody disampaikan dalam Workshop Manajemen Konflik Berbasis Sekolah (MKBS), yang merupakan rangkaian dari pra-Kongres III Partai NasDem. Dalam workshop ini, dua tema utama yang dibahas meliputi manajemen sekolah dalam merespons perundungan serta pengembangan kapasitas guru untuk menangani masalah ini. Kegiatan ini menunjukkan komitmen Partai NasDem untuk memperhatikan isu-isu sosial, termasuk pentingnya menciptakan lingkungan sekolah yang bebas dari perundungan.

Kongres III Partai NasDem
Selanjutnya, Kongres III Partai NasDem dijadwalkan akan berlangsung pada 25-27 Agustus 2024 di Jakarta Convention Centre (JCC). Acara ini akan dihadiri oleh Presiden Joko Widodo dan diharapkan dapat memberikan perhatian lebih pada isu-isu yang menyangkut kesejahteraan masyarakat, termasuk kekerasan di sekolah. Dengan adanya partisipasi aktif dari berbagai pihak, diharapkan bisa menghasilkan solusi yang relevan untuk mencegah perundungan yang kian meresahkan ini.

Mendorong Kesadaran Bersama
Kekerasan di sekolah yang dipicu oleh perundungan dapat memberikan dampak yang buruk bagi para siswa, baik secara fisik maupun mental. Masyarakat, orang tua, dan pendidik harus bersama-sama berupaya mendorong kesadaran akan bahaya perundungan serta pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang aman. Dody menyatakan perlunya kolaborasi yang erat antara sekolah, orang tua, dan komunitas untuk menciptakan budaya saling menghargai di kalangan siswa.

Media Sosial sebagai Sarana Informasi
Dalam era digital saat ini, perundungan tidak hanya terjadi secara langsung di sekolah, tetapi juga melalui media sosial. Dody menyebutkan bahwa pengaruh buruk dari media sosial dan tayangan yang tidak mendidik bisa memperburuk situasi. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk menyediakan pemahaman yang tepat mengenai penggunaan media sosial yang baik dan benar, agar siswa tidak terjerumus dalam perilaku negatif.

Implementasi Kebijakan
Dody menambahkan bahwa implementasi kebijakan yang jelas dan tegas dari pemerintah serta pihak sekolah diperlukan dalam memberantas perundungan di lingkungan pendidikan. Hal ini sejalan dengan fokus yang harus diberikan terhadap pengembangan kurikulum yang menanamkan karakter positif dan nilai-nilai moral kepada siswa.

Mendukung Inisiatif Positif
Akhirnya, setiap individu dalam komunitas pendidikan diharapkan dapat mendukung inisiatif positif yang mendorong terciptanya lingkungan belajar yang aman dan nyaman. Pelibatan siswa dalam program-program anti-perundungan dapat menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam menciptakan sekolah yang bebas dari kekerasan.

Dengan ditingkatkannya kesadaran, kerjasama, dan tindakan nyata dari berbagai pihak, diharapkan perundungan antarsiswa di sekolah dapat diminimalisir, sehingga anak-anak bisa menjalani proses belajar dengan aman dan nyaman. Dody Wibowo dan para pemangku kepentingan berharap konflik di sekolah bisa dikelola dengan baik, dan anak-anak dapat tumbuh dengan lebih baik dalam lingkungan yang mendukung mereka.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button