Mantan Menteri Kesehatan, Prof. Dr. dr. Nila Moeloek, mengungkapkan pandangannya mengenai rencana menjadikan susu ikan sebagai alternatif susu sapi dalam program makan siang gratis yang diusulkan oleh presiden terpilih 2024, Prabowo Subianto. Dalam diskusi yang diadakan oleh Fokus Kesehatan Indonesia (FKI) di Jakarta Selatan, Nila menjelaskan bahwa pembuatan susu ikan melibatkan proses pengolahan ikan utuh menjadi bentuk bubuk, yang memerlukan teknologi tinggi dan biaya tambahan.
Proses Pembuatan Susu Ikan dan Tantangan yang Dihadapi
Menurut Prof. Nila, proses pengolahan yang kompleks menuntut adanya bahan tambahan untuk memastikan bahwa susu ikan dapat bertahan lama. “Susu ikan kaya protein, tapi jika hanya diubah menjadi bubuk, pasti ada kebutuhan akan mineral atau vitamin tambahan,” ungkapnya. Dengan demikian, ada banyak pertimbangan yang harus diperhatikan dalam upaya menyediakan susu ikan untuk program makan siang gratis. Dia juga menggarisbawahi bahwa meski susu ikan memiliki potensi besar, konsumsi ikan segar dalam bentuk utuh masih lebih dianjurkan.
Selain masalah kesehatan, terdapat pula tantangan pembiayaan yang perlu dipikirkan. “Membuang-buang biaya pada pengolahan dan pengemasan susu ikan mungkin tidak efisien jika masyarakat di daerah tersebut sudah memiliki akses langsung ke ikan segar,” tambahnya. Mengingat bahwa biaya produksi susu ikan tidak hanya meliputi proses pembuatannya tetapi juga kemasan dan distribusi, pertimbangan biaya dan teknologi mutlak diperlukan untuk menjalankan program tersebut secara efektif.
Kendala Sosial dan Kesukaan Masyarakat
Nila juga mengakui bahwa ada kendala sosial yang dihadapi dalam konsumsi ikan, terutama di kalangan anak-anak, yang mungkin tidak menyukai aroma amis dari ikan. Adanya stigma negatif terhadap ikan dapat menghambat upaya penyadaran masyarakat tentang pentingnya mengonsumsi berbagai sumber protein, termasuk ikan. “Masyarakat perlu diberikan informasi dan edukasi lebih lanjut tentang cara mempersiapkan ikan yang dapat meningkatkan selera makan,” sarannya.
Inovasi Nutrisi Melalui Susu Ikan
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga menekankan pentingnya inovasi susu ikan, yang dihasilkan dari Hidrolisat Protein Ikan (HPI). Inovasi ini merupakan hasil riset yang dilakukan oleh Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat sejak 2017. Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP, Budi Sulistyo, menjelaskan bahwa produk susu ikan ini telah diperkenalkan sebagai bagian dari program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Pentingnya Program Makan Bergizi Gratis
Program Makan Bergizi Gratis dirancang untuk menyediakan sumber alternatif protein kepada masyarakat dengan memperkenalkan susu ikan sebagai bagian dari bahan pangan pokok yang dapat difortifikasi. Dalam konteks ini, susu ikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas gizi masyarakat, terutama di daerah yang memiliki keterbatasan akses terhadap sumber protein berkualitas.
Susu ikan, sebagai alternatif, dapat menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan gizi di Indonesia yang kaya akan sumber daya kelautan. Namun, perlu ditekankan bahwa implementasi program ini harus mempertimbangkan komponen biaya dan teknologi agar tidak membebani masyarakat yang menjadi sasaran.
Keuntungan dan Kerugian Susu Ikan
Walaupun terdapat potensi besar dalam penerapan susu ikan, penting untuk mengevaluasi keuntungan dan kerugian dari penggunaannya. Dari sisi kesehatan, susu ikan diakui memiliki kandungan omega 3 yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi, serta memberikan manfaat bagi kesehatan jantung dan otak. Namun, masalah biaya dalam proses pengolahan dan distribusi menjadi tantangan yang tidak bisa diabaikan.
Komitmen untuk Meningkatkan Gizi Masyarakat
Dengan pertimbangan-pertimbangan ini, komitmen dari pemerintah untuk meningkatkan gizi masyarakat tetap menjadi prioritas. Investasi dalam teknologi tinggi dan proses pengolahan yang efisien adalah hal yang mutlak demi kesuksesan program ini. Pemerintah, bersama dengan masyarakat, harus bersinergi untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan dalam pemenuhan kebutuhan gizi, sehingga program makan bergizi tidak hanya menjadi slogan, tetapi juga dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.
Dengan demikian, inisiatif untuk menjadikan susu ikan sebagai alternatif susu sapi dalam program makan siang gratis ini memerlukan pendekatan yang holistik, menyeluruh, dan berkelanjutan. Upaya ini tidak hanya akan meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber protein berkualitas, tetapi juga akan membantu memperkuat ketahanan pangan di Indonesia. Seiring dengan perkembangan teknologi dan kesadaran akan pentingnya nutrisi, susu ikan bisa menjadi bagian integral dari pola makan sehat masyarakat.