Sains

Perbandingan SpaceX Crew Dragon dan Boeing Starliner: Mana yang Lebih Unggul?

SpaceX dan Boeing adalah dua raksasa teknologi yang saat ini bersaing dalam misi peluncuran astronot ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Dengan keberhasilan SpaceX melalui Crew Dragon dan perjalanan yang lebih rumit bagi Boeing dengan Starliner, kedua pesawat ruang angkasa ini menawarkan pendekatan yang berbeda dalam mendukung program antariksa NASA. SpaceX Crew Dragon, yang memiliki keberhasilan misi yang signifikan sejak 2012, menjadi pionir dalam transportasi kargo dan manusia ke ISS. Sementara itu, Boeing Starliner, meskipun memiliki sejarah panjang dalam industri aerospace, mengalami sejumlah kendala dalam pengembangannya.

Desain dan Kapasitas Penumpang SpaceX Crew Dragon adalah salah satu faktor yang membuatnya menonjol. Keranjang ini memiliki diameter 13 kaki dan dapat mengangkut hingga tujuh penumpang dengan nyaman. Di dalamnya terdapat ruang bertekanan seluas 328 kaki kubik, dilengkapi dengan tampilan digital dan kursi yang empuk, memberikan pengalaman perjalanan yang modern dan aman. Crew Dragon juga dilengkapi dengan dua jenis mesin pendorong: 16 pegas Draco untuk manuver orbital dan 8 SuperDraco untuk sistem peluncuran darurat. Keduanya dirancang untuk memberikan kekuatan dan kendali optimal saat melakukan operasi peluncuran serta saat menghindari situasi darurat.

Sementara itu, Boeing Starliner sedikit lebih besar dalam hal diameter dengan 15 kaki, namun lebih pendek dengan tinggi hanya 16,5 kaki. Dikembangkan dengan desain yang mirip dengan modul komando Apollo, Starliner juga dapat mengangkut hingga tujuh astronot. Meski tidak ada data resmi mengenai kapasitas kargo Starliner, misi pertama yang berhasil pada tahun 2024 telah membawa 759 pon kargo ke ISS. Pesawat ini memiliki modul layanan yang terhubung di bagian bawah yang dilengkapi dengan panel surya, menghasilkan listrik melalui lebih dari 3.500 sel surya, berbeda dari desain trunk di Crew Dragon yang dilengkapi dengan panel surya untuk keperluan yang sama.

Kedua pesawat ruang angkasa ini dirancang untuk dapat terhubung dan tinggal di ISS selama tujuh bulan. Namun, perbedaan mendasar muncul ketika keduanya kembali ke Bumi. Crew Dragon menggunakan teknik pendaratan yang lebih konvensional dengan empat parasut utama untuk memperlambat laju saat memasuki atmosfer, sebelum mendarat di permukaan air. Starliner memanfaatkan teknologi baru dengan mendarat di tanah menggunakan jaringan parasut dan kantung udara, memungkinkan pembongkaran yang lebih mudah dan lebih aman di lokasi darat.

Meskipun SpaceX telah berhasil meluncurkan astronaut dalam 42 misi ke ISS sejak 2020, Boeing Starliner mengalami berbagai rintangan dalam pengembangannya, yang termasuk masalah kebocoran helium dan masalah dengan katup oksigen pada roket Atlas. Misi pertamanya, yang dijadwalkan pada 5 Juni 2024, menunjukkan kemajuan untuk Boeing, tetapi tantangan yang tersisa masih memerlukan perhatian serta evaluasi lebih lanjut. Ini menciptakan perbandingan menarik antara kedua perusahaan yang berkompetisi dalam hal inovasi dan efektivitas dalam misi luar angkasa berawak.

Dari sudut pandang visi jangka panjang, keberadaan kedua pesawat ini menawarkan fleksibilitas bagi NASA serta opsi yang berbeda untuk tipe misi yang berbeda, termasuk pemecahan masalah saat terjadi kegagalan pada satu sistem. Dalam mirip dengan dunia bisnis yang mengandalkan perbandingan di antara produk-produk untuk menarik perhatian pasar, NASA bahkan menawarkan kesempatan bagi pengguna rumahan untuk memilih alternatif yang tepat ketika berurusan dengan pengadaan transportasi luar angkasa.

Melihat lebih jauh ke depan, kombinasi dari keberhasilan SpaceX dan pelajaran yang diperoleh dari pengembangan Boeing memberikan harapan bagi eksplorasi luar angkasa lebih lanjut. Dengan meningkatnya perhatian global pada misi luar angkasa dan pengembangan teknologi baru, kedua perusahaan ini tidak hanya berkontribusi pada kemajuan teknologi luar angkasa, tetapi juga pada kolaborasi antar bangsa di luar Bumi.

Dengan dua pendekatan yang berbeda dalam desain pesawat dan strategi pengembangan, baik Crew Dragon maupun Starliner memiliki potensi untuk membuat sejarah baru dalam perjalanan luar angkasa. Kedua inovasi ini menjadi cerminan dari upaya manusia dalam menjelajahi kosmos, dengan harapan untuk membuka jalan bagi tak terhitung kemungkinan yang ada di luar atmosfer planet kita. Bagi penggemar luar angkasa dan ilmuwan, menanti pencapaian berikutnya dari kedua program ini menjadi sebuah perjalanan yang patut disaksikan.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button