Penutupan Musabaqah Tilawatil Quran Nasional (MTQN) XXX yang berlangsung di Samarinda pada Minggu, 15 September 2024, menjadi salah satu momen bersejarah dalam perkembangan seni dan teknologi di Indonesia. Acara tersebut ditutup dengan pertunjukan spektakuler 500 drone yang menerangi langit malam, menciptakan formasi lafaz Allah dan Muhammad. Pertunjukan ini tidak hanya menghibur ribuan penonton, tetapi juga mencatatkan rekor baru di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai formasi terbesar yang pernah ada di Indonesia.
Pertunjukan yang Mengagumkan
Pertunjukan 500 drone ini dilaksanakan dengan sangat baik, memperlihatkan keindahan visual yang belum pernah terlihat sebelumnya dalam acara sekelas MTQN. Dengan formasi yang mengagumkan, penonton dapat menyaksikan gambar-gambar monumental yang bukan hanya sekedar seni, tetapi juga mengandung makna spiritual yang dalam. Ribuan pasang mata terpesona dengan keterampilan dan kreativitas yang ditunjukkan, membuktikan bahwa perkembangan teknologi dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan.
Sosok di Balik Kesuksesan
Di balik kesuksesan acara ini, terdapat sosok inspiratif yaitu Mei, CEO Clovertec, sebuah perusahaan yang berfokus pada produk Consumer Electronic Goods. Mei, yang baru beberapa tahun memeluk agama Islam, berkontribusi besar dalam proyek pertunjukan ini. Dia menyatakan rasa syukurnya atas kesempatan untuk terlibat dalam acara sebesar ini dan merasa bangga bisa memecahkan rekor nasional untuk formasi lafaz Allah dan Muhammad.
“Saya sangat bersyukur bisa berkontribusi dalam momen besar ini, terlebih dengan memecahkan rekor nasional. Ini adalah pencapaian besar tidak hanya bagi Clovertec, tetapi juga untuk perkembangan teknologi di Indonesia," ungkap Mei dalam keterangan tertulisnya.
Keterlibatan Tim Profesional
Dalam mewujudkan pertunjukan luar biasa ini, Mei tidak bekerja sendiri. Ia berkolaborasi dengan Donny Priwardhana, CEO Visual Rangers Indonesia, sebuah perusahaan multimedia kreatif yang khusus dalam produksi teknis acara besar. Donny dan timnya terlibat secara penuh dalam segala aspek teknis, mulai dari pemrograman hingga eksekusi pertunjukan drone. Tak hanya itu, mereka juga bertanggung jawab untuk karya seni lainnya, termasuk tari kolosal yang menggunakan teknologi hologram, augmented reality, dan video mapping.
“Kolaborasi ini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang membawa pesan spiritual yang kuat melalui visual yang indah. Teknologi drone memberikan kesempatan baru untuk menyampaikan pesan dalam bentuk yang lebih kreatif dan menyentuh,” kata Donny, menyoroti aspek estetika dari pertunjukan tersebut.
Kerja Keras dan Koordinasi yang Matang
Event Organizer dari acara ini, API-Argo Pesona Indonesia, memegang peranan penting dalam memastikan keberhasilan acara. Koordinasi yang baik antara semua pihak terlibat juga menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan acara ini. Proses persiapan dan eksekusi yang berlangsung selama sebulan merupakan tanda kerja keras yang dilakukan untuk menciptakan pertunjukan yang tidak terlupakan.
Bukan tanpa tantangan, sebelum hari H, seluruh tim harus berhadapan dengan pergerakan satelit yang dapat memengaruhi sinyal dan pergerakan drone. Namun, berkat persiapan matang dan uji coba intensif, pertunjukan drone tersebut dapat terlaksana dengan sempurna tanpa satu pun drone yang mengalami kegagalan.
“Alhamdulillah, semua berjalan sesuai harapan. Ini adalah bukti bahwa teknologi drone mampu membawa perubahan besar dalam industri hiburan,” ujar Mei. Ia menambahkan bahwa pertunjukan drone adalah ramah lingkungan dan lebih sederhana dalam penggunaan energi dibandingkan dengan kembang api.
Pendidikan dan Harapan untuk Masa Depan
Ketua Regional Asosiasi Pilot Drone Indonesia (APDI) Kaltimtara, Ismail Fahmy Almadi, juga menekankan pentingnya acara ini sebagai momen edukatif bagi generasi muda. Melibatkan mahasiswa teknik lingkungan dalam persiapan dan pelaksanaan, acara ini memberikan pengalaman praktis yang berharga tentang penggunaan teknologi drone dalam skala besar.
“Meski sempat menghadapi kendala bahasa dengan tim teknis dari Singapura, kami berhasil mengatasi semua tantangan dan menampilkan pertunjukan yang tidak hanya indah tetapi juga aman," jelas Ismail.
Formasi-formasi yang ditampilkan tidak hanya mencakup lafaz Allah dan Muhammad, tetapi juga simbol-simbol lain seperti logo MTQ dan burung Garuda yang mengepakkan sayap di langit Samarinda, menunjukkan kemajuan teknologi dan inovasi seni visual.
Mei juga menyampaikan harapannya agar teknologi drone dapat semakin dikenal dan dimanfaatkan secara luas dalam dunia hiburan, memberi pengalaman yang berkesan. Dia percaya bahwa kreativitas tidak memiliki batasan dan dapat diaplikasikan dalam berbagai jenis acara, dari festival hingga peluncuran produk.
“Dengan pertunjukan grafis terbesar di langit, kami ingin membuka mata dunia bahwa Indonesia mampu menghadirkan inovasi yang menggabungkan teknologi dan budaya dalam satu harmoni yang indah,” kata Mei dengan penuh semangat.
Penutupan MTQN XXX ini diharapkan tidak hanya menjadi tonggak sejarah, tetapi juga menjadi inspirasi bagi inisiatif inovatif di masa depan, menegaskan bahwa teknologi dan tradisi dapat berjalan berdampingan guna menciptakan pengalaman luar biasa bagi masyarakat luas.