Indonesia

Pentingnya Sinergi Antara Pemerintah dan Lembaga Riset untuk Meningkatkan Industri Sawit

Jakarta: Pentingnya sinergi antara pemerintah dan lembaga riset dalam industri sawit kembali menjadi sorotan saat Asosiasi Inventor Indonesia (AII) menyelenggarakan seminar perdana dengan tema ‘Prospek Industri Hilir Sawit Ke Depan’ pada Selasa, 20 Agustus 2024. Seminar ini diadakan secara hybrid, baik online maupun offline, untuk menjangkau audiens yang lebih luas, terutama kalangan pengusaha dan industri.

Ketua Umum AII, Didiek Hadjar Goenadi, menyampaikan bahwa seminar ini merupakan bagian dari upaya promosi teknologi yang telah dievaluasi dari kegiatan sebelumnya. "Topik seminar ini disesuaikan dengan teknologi yang dipromosikan, yaitu di bidang hulu yang berfokus pada produktivitas dan bidang hilir yang mengedepankan pengembangan produk baru," ungkap Didiek.

Para pemateri dalam seminar tidak hanya terdiri dari tim ahli AII, tetapi juga melibatkan pengusaha, investor, serta perwakilan pemerintah dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Dengan menghadirkan berbagai pemangku kepentingan, seminar ini diharapkan dapat mempercepat dan memperluas komersialisasi hasil riset yang didanai oleh BPDPKS, sekaligus mendukung hilirisasi industri sawit.

Pembahasan mengenai invensi menjadi fokus utama seminar. Sebanyak 16 invensi dipresentasikan secara mendetail, menunjukkan potensi besar yang bisa dihasilkan melalui kolaborasi antara berbagai pihak. Dalam konteks ini, Kepala Divisi Direktorat Penyaluran Dana BPDPKS, Arfie Thahar, menekankan pentingnya sinergi antar lembaga. "Diperlukan lembaga yang berfungsi untuk mengkolaborasikan dan mensinergikan hilirisasi serta mempercepat komersialisasi produk hasil riset," kata Arfie dalam paparannya berjudul ‘Dukungan Dana Sawit Untuk Program Grant Riset Sawit’.

Lebih lanjut, Arfie menjelaskan bahwa pemerintah tidak hanya berperan sebagai lembaga pendanaan riset, tetapi juga sebagai regulator produk hasil riset. Dengan kolaborasi yang solid, hilirisasi produk berbasis riset dapat ditingkatkan. Pendekatan sinergis seperti ini diyakini dapat mempercepat penerapan inovasi teknologi di lapangan, yang pada gilirannya akan meningkatkan daya saing industri sawit Indonesia di tingkat global.

Dalam seminar tersebut, Harry Hanawi, Ketua Komite Perkebunan APINDO, menjelaskan mengenai manfaat biodiesel Indonesia. Ia menguraikan pentingnya Program Mandatori Biodiesel yang sudah berjalan sejak tahun 2014, yang bertujuan untuk mengatasi neraca perdagangan yang negatif serta ketergantungan pada impor BBM. Kebijakan yang dikenal dengan B35 ini menargetkan penyerapannya hingga 13,41 juta kiloliter biodiesel, yang diharapkan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 35 juta ton CO2.

Di samping itu, Hanawi juga menggarisbawahi kontribusi biodiesel terhadap penerimaan pajak pemerintah melalui Pajak Penghasilan Badan dan Pajak Pertambahan Nilai, serta produk biofuel lainnya seperti SAF (Sustainable Aviation Fuel) dan Renewable Gasoline. Manfaat ini menunjukkan bahwa biodiesel bukan hanya sekadar sumber energi alternatif, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional.

Sementara itu, Sahat M. Sinaga, Chairman of Indonesian Palm Oil Board (IPOB), menambahkan perspektif baru dalam diskusi dengan presentasinya yang berjudul ‘Reposisi Minyaksawit Indonesia dari Loyang (CPO) jadi Emas (DPMO) via Inovasi Teknologi (Hulu-Hilir) Industri Sawit’. Sinaga menilai bahwa inovasi teknologi dari hulu hingga hilir menjadi kunci untuk mengubah cetak biru industri sawit Indonesia dari sekadar penghasil minyak kelapa sawit menjadi produsen produk yang bernilai tinggi.

Strategi reposisi ini diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomis dan daya saing produk sawit di pasaran. Dengan akuisisi teknologi yang tepat, Indonesia bisa menghasilkan berbagai produk turunan sawit yang memiliki potensi ekspor yang lebih besar. Sinergi antara pemerintah, lembaga riset, dan dunia usaha menjadi sangat vital dalam mewujudkan visi tersebut.

Keterlibatan banyak stakehoder dalam seminar ini menunjukkan kesadaran akan perlunya kolaborasi untuk menghadapi tantangan di industri sawit, seperti perubahan iklim dan regulasi lingkungan yang semakin ketat. Melalui diskusi yang konstruktif, diharapkan bisa muncul solusi inovatif yang membantu mendorong pertumbuhan industri sawit yang berkelanjutan.

Dalam konteks global, industri sawit juga harus menghadapi dampak dari kampanye anti-sawit yang sering kali berakar pada aspek lingkungan. Pengembangan teknologi yang lebih ramah lingkungan dan praktik pertanian berkelanjutan menjadi keharusan untuk meningkatkan citra industri sawit Indonesia di mata dunia. Seminar ini menjadi langkah positif untuk memperkuat sinergi dan mempromosikan solusi yang mendukung keberlanjutan industri sawit.

Seminar yang diadakan AII ini membuktikan bahwa percepatan hilirisasi di industri sawit sangat bergantung pada sinergi yang harmonis antara pemerintah, lembaga riset, dan sektor swasta. Momentum ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh semua pihak untuk meraih potensi besar yang dimiliki oleh sektor sawit Indonesia. Dengan visi yang jelas dan kolaborasi yang kuat, industri sawit diharapkan dapat bertransformasi menjadi kekuatan ekonomi nasional yang berkelanjutan dan kompetitif di pasar global.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button